SEMARANG (SUARABARU.ID) – Cuaca ekstrem berpotensi melanda sejumlah wilayah Indonesia dari 12 – 14 Maret 2024, yang bertepatan dengan awal Ramadan. Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengimbau masyarakat untuk waspada terkait hal tersebut.
Melansir dari NU Online, anggota LPBI PBNU, Ali Yusuf mengatakan, cuaca ekstrem sekarang ini disebabkan oleh beberapa kondisi atmosfer yang dinamis, yang dapat menyebabkan peningkatan yang signifikan dalam curah hujan dan angin kencang di beberapa daerah di Indonesia.
Menurutnya, pertama disebabkan oleh aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO), yang merupakan aktivitas intraseasonal di wilayah tropis yang melibatkan pergerakan konveksi dari Samudera Hindia ke Samudera Pasifik dengan arah ke timur, biasanya terjadi setiap 30 sampai 40 hari.
“Kedua, adanya gelombang planet di atmosfer dan lautan yang merambat dari arah barat dan timur di sekitar khatulistiwa. Gelombang ini terdiri dari gelombang Kevin dan Rossby Equatorial,” ujarnya, Selasa (12/3/2024) malam.
Ia menjelaskan bahwa cuaca ekstrem disebabkan oleh pengaruh dari kondisi monsun Asia pada peningkatan massa udara basah menghasilkan peningkatan potensi cuaca ekstrem di beberapa kawasan di Indonesia. Cuaca ekstrem saat ini dipicu oleh bibit siklon tropis 91 s yang muncul di selatan pulau Jawa, yaitu di Samudra Hindia sebelah barat daya Banten, yang bergerak ke arah tenggara atau selatan Pulau Jawa.
“Menurut BMKG, lebih dari 18 Provinsi di Indonesia yang diperkirakan berpotensi terdampak cuaca ekstrem saat ini, mulai dari Sumatera Selatan hingga Papua,” imbuhnya.
Ia mengatakan, di kawasan tersebut, terutama di sepanjang pesisir selatan, juga diperkirakan memiliki potensi untuk terjadi banjir rob. Hal ini disebabkan oleh fenomena pergantian bulan yang bersamaan dengan dekatnya jarak bulan ke bumi, sehingga berpotensi meningkatkan ketinggian pasang air laut secara maksimal.
Ia mengungkapkan, secara garis besar, langkah-langkah antisipasi yang diperlukan saat ada potensi cuaca ekstrem meliputi beberapa hal. Pertama, selalu memantau informasi cuaca dari BMKG. Kedua, untuk sementara menghindari aktivitas di kawasan laut dan pantai yang berpotensi gelombang sangat tinggi.
Ketiga, meningkatkan koordinasi berbagai pihak untuk melakukan langkah-langkah antisipasi dan kesiapsiagaan. Keempat, memeriksa kondisi drainase atau saluran air, pohon/ranting yang sudah rapuh, atap rumah/bangunan, dan lokasi-lokasi untuk evakuasi.
Kelima, menyiapkan dokumen dan perbekalan penting ke dalam tas (tas siaga bencana) atau sejenisnya. Keenam, meningkatkan upaya kesiapsiagaan bersama, termasuk mengaktivasi sistem peringatan dini dan menyiagakan relawan siaga/respon bencana.
“Secara individu, langkah-langkah antisipasi yang perlu dilakukan saat ada potensi cuaca ekstrem diantaranya, selalu waspada terutama saat beraktivitas di luar ruangan, membawa dan menyiapkan peralatan/perlengkapan yang diperlukan seperti payung, jas hujan, pakaian ganti, menjaga stamina dan daya tahan tubuh agar tidak mudah sakit, dan berdoa kepada Allah SWT agar selalu diberikan perlindungan dan keselamatan,” pungkasnya.
Ning S