KOTA MUNGKID (SUARABARU.ID) – Dalam upaya memperkuat dan meningkatkan kemandirian panti asuhan, Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia Organisasi Daerah (ICMI Orda) Magelang meluncurkan inisiatif: Upgrading Panti Asuhan Yatim dan Duafa, Martabat dan Kekuatan. Kegiatan itu dilaksanakan di Fakultas Hukum Unimma, beberapa hari lalu.
Program komprehensif itu berfokus pada pengembangan pendekatan manajemen yang bermartabat dan kuat dalam panti asuhan. Dengan tujuan mewujudkan kemandirian melalui optimalisasi sumber daya yang tersedia.
Kepala Dinas PPKB dan PPPA Kabupaten Magelang, Bela Pinarsi, ketika membuka acara itu menyambut baik inisiatif dari ICMI Orda Magelang. Dia berharap bisa diteruskan untuk kerja sama di bidang lain, khusus untuk Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA).
Dia menekankan pada kegiatan parenting.
Menurut dia, betapa pentingnya peran orang tua dalam mengasuh anak dan juga persiapan menjelang pernikahan. Ditekankan pada pembentukan kerangka manajemen yang cermat, memungkinkan panti asuhan memanfaatkan potensinya dan mengurangi ketergantungan pada pendanaan eksternal. Dengan menanamkan kemandirian dalam proses manajemen, untuk tujuan menciptakan lingkungan di mana panti asuhan dapat berdiri sendiri, memastikan operasional berkelanjutan, bahkan tanpa ketergantungan dukungan donor terus-menerus.
“Tetapi tetap menjadi tujuan, kemudahan orang mampu dalam sedekah dan menjalankan ibadah,” katanya.
Mandiri
Sekretaris Umum ICMI Orda Magelang, Sanny B Tjahjono, menambahkan, bagaimana masyarakat memandang perintah Alquran, khususnya surat Al Maun, menjadi kisah cinta dan peduli terhadap sesama. “Itu merupakan tujuan dari agama,” katanya.
Dia yang mewakili Ketua Umum, Suharsono, mengharap LKSA menjadi perhatian dan didatangi untuk melakukan kemudahan ibadah. Sudah saatnya LKSA untuk bertransformasi menjadi tempat perlindungan mandiri, melalui literasi kewirausahaan dan tata kelola yang professional.
Pengurus Panti Asuhan Utsnan bin Affan, Babadan, Ngluwar, Kabupaten Magelang, Ustad Panrois, dalam kesempatan itu menyatakan, kegiatan dimaksudkan untuk mengubah mindset pengelolaan panti dari meminta menjadi bagaimana panti menjadi daya tarik pelaksanaan ibadah, khususnya perhatian kepada anak yatim.
Di sisi lain, pegiat sosial dari Semarang, Sri Suroto, dalam kesempatan itu menyajikan materi tentang Strategi Pembiayaan Kreatif/Funrising. Dia memberikan metode inovatif untuk menghasilkan dana secara independen. Menurut dia, pendekatan serbaguna tidak hanya menangani aspek keuangan, tetapi juga mencakup strategi operasional holistik.
Pedoman yang diberikan mencakup tata kelola efektif, memastikan lembaga mematuhi praktik terbaik. Kemudian memandu peserta menuju kemandirian.
Kegiatan itu menandai langkah penting menuju pembentukan kembali narasi perawatan anak yatim, dengan menekankan pemberdayaan, keberlanjutan, dan masa depan. Di mana lembaga-lembaga itu berkembang secara independen. “Ke depan orang mampu dan donator akan datang sendiri ke lembaga-lembaga kesejahteraan sosial anak untuk menyalurkan donasinya,” harapnya.
Pendaftar kegiatan tersebut lembaga Panti Asuhan Anak Yatim dan Dhuafa dari Kota dan Kabupaten Magelang. Dari 53 lembaga diseleksi, diperoleh 36 yang lolos adminitrasi. Dari 36 diambil 32, dan yang hadir 26 Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA).
Eko Priyono