blank
Tiga orang narapidana terorisme (Napiter) Lapas Kelas I Semarang mengucapkan ikrar setia NKRI. Foto: Dok/Lapas

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Tiga orang narapidana terorisme (Napiter) Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas I Semarang mengucapkan ikrar setia Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di Aula Lapas Semarang, Selasa (14/11/2023).

Kegiatan ini dihadiri Kepala Bidang Pembinaan, perwakilan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), perwakilan Detasemen Khusus 88, Polsek Ngaliyan, Koramil, Kemenag Ngaliyan, perwakilan Bapas Kelas I Semarang, dan Kepala Seksi Bimbingan Pemasyarakatan.

Diketahui, narapidana (warga binaan) yang melakukan ikrar setia NKRI adalah S, ANS, dan YS, yang dulunya berbaiat dan bergabung kelompok jihadis radikal teror Jamaah Anshor Daulah (JAD), kelompok lokal di Indonesia yang berafiliasi dengan kelompok teror global ISIS.

BACA JUGA: Seperti Apakah Menu Makan dalam Penjara? yuk Intip di Lapas Semarang

Kepala Lapas (Kalapas) Kelas I Semarang, Usman Madjid menyampaikan, ketiga narapidana ini telah meninggalkan kelompok lamanya. Mengakui kesalahan serta berjanji untuk menjaga NKRI dari paham radikalisme terorisme.

Ketiga Napiter mengikuti prosesi mulai dari menyanyikan lagu Indonesia Raya, penghormatan, mencium bendera merah putih, membaca dan menandatangani ikrar setia NKRI, pengucapan sila Pancasila hingga meneriakkan yel-yel NKRI. Pernyataan tersebut kemudian disahkan Kepala Bidang Pembinaan, Agung Nurbani.

Usman menegaskan, dengan adanya Napiter yang sudah ikrar NKRI, maka hak-hak mereka sebagai warga binaan tentunya akan diberikan. “Ini adalah hal khusus, pada konteks kasus terorisme yang menjerat mereka,” katanya.

BACA JUGA: Upaya Deteksi Dini Gangguan Kamtib, Begini Arahan Lapas Semarang untuk Keluarga WBP

“Kami mengapresiasi warga binaan teroris yang telah berikrar setia kepada NKRI. Karena telah berikrar setia NKRI, maka para Napiter akan mendapatkan hak-haknya untuk remisi dan pembebasan bersyarat,” ujar Usman.

Sementara itu Kepala Bidang Pembinaan, Agung Nurbani mengatakan, pembinaan yang dilakukan warga binaan teroris ditempatkan di sel yang berbeda agar dapat bersosialisasi dengan yang lain. Setiap harinya, para warga binaan teroris ini melaksanakan pembinaan berupa kesenian kaligrafi dan membuat beraneka macam gorengan.

“Bersyukurlah, kalian dulunya adalah keluarga yang kabur, tapi sekarang sudah kembali lagi ke rumah. Kami berharap pembacaan ikrar ini tidak hanya sebatas ucapan semata, namun bisa ditanamkan dalam jiwa dan diterapkan dalam tindakan,” tutur Agung.

Ning S