SUARABARU.ID Oleh: Fikri Shofin Mubarok MIKom
Berita tak lepas dari dunia fotografi jurnalistik. Gambar yang tajam, penuh emosi, dan dapat berbicara sendiri telah menjadi elemen penting dalam penyampaian berita. Dalam berita, sebuah gambar seringkali mampu menyampaikan pesan yang tak terlupakan. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Susan Sontag dalam bukunya yang berjudul On Photography.
Fotografi memungkinkan kita mengkonsumsi peristiwa dunia dengan mata kita sekaligus menyimpannya dengan kamera. Sebuah gambar yang kuat dapat menciptakan dampak emosional yang mendalam, menggugah perasaan, dan membuat kita merenung.
Gambar di atas, menggambarkan seorang anak perempuan Vietnam yang terluka dalam serangan Napalm, adalah salah satu contoh paling terkenal dari kekuatan gambar dalam berita. Gambar ini membantu membangkitkan kesadaran global tentang kengerian perang dan dampaknya pada warga sipil.
Contoh lain misalnya dari Koresponden asing dan jurnalis foto Los Angeles Times Marcus Yam. Karya foto jurnalistiknya dianugerahi Penghargaan Pulitzer 2022 untuk Fotografi Berita Terkini atas liputannya yang menarik tentang jatuhnya Afghanistan ke tangan Taliban
Dalam gambar kedua terlihat dua orang junalis surat kabar Etilaat Roz, Nemat Naqdi. Keduanya disiksa saat berada dalam tahanan setelah ditangkap karena merekam unjuk rasa untuk menuntut hak-hak perempuan. Demonstrasi tersebut terjadi hanya satu hari setelah Taliban mengumumkan pemerintahan sementara yang seluruhnya laki-laki dan terdiri dari para pendukungnya, tanpa keterwakilan perempuan atau kelompok etnis minoritas.
Dari kedua contoh diatas terlihat bahwa fotografi jurnalistik berperan sebagai penyedia informasi visual yang mendukung berita. Dalam bukunya yang berjudul Photojournalism: The Professionals’ Approach Kenneth Kobre menekankan bahwa fotografi jurnalistik bertujuan untuk “menggambarkan berita secara obyektif dan cerdas.
Fotografer jurnalistik harus dapat mengambil gambar yang mencerminkan esensi peristiwa tanpa menambahkan bias yang tidak perlu. Dengan mengikuti prinsip-prinsip etika dan integritas dalam pengambilan gambar, fotografi jurnalistik mampu menjadi alat yang kuat dalam mendokumentasikan peristiwa dan menyajikannya kepada masyarakat dengan sebaik-baiknya.
Fotografi jurnalistik juga memunculkan pertanyaan etika yang penting. Fotografer seringkali berhadapan dengan situasi yang penuh emosi dan harus memutuskan antara mengabadikan momen dan menghormati privasi individu.
Penelitian oleh Stuart Allan dalam bukunya yang berjudul Citizen Witnessing: Revisioning Journalism in Times of Crisis menyoroti kompleksitas etika dalam fotografi jurnalistik. Dalam buku tersebut, Allan membahas bagaimana fotografer jurnalistik harus berurusan dengan pertimbangan etika saat memilih apakah harus mengambil gambar dalam situasi krisis, seperti kecelakaan, bencana alam, atau peristiwa kekerasan. Hal itu juga pernah terjadi dalam kasus kecelakaan lady diana pada tahun 1997. Insiden tersebut memicu kontroversi besar-besaran tentang praktik paparazzi dan privasi individu terkenal.
Kecelakaan itu memunculkan perdebatan tentang etika dalam fotografi jurnalistik dan mengilustrasikan bagaimana pengejaran terhadap selebriti oleh paparazzi dapat menjadi sangat invasif dan membahayakan. Keputusan ini melibatkan pertimbangan moral yang serius tentang hak privasi individu yang mungkin terlibat dalam peristiwa tersebut dan dampak psikologis yang bisa terjadi pada fotografer itu sendiri. Oleh karena itu, fotografi jurnalistik juga memerlukan pemahaman yang mendalam tentang etika untuk menjaga keseimbangan antara tugas dokumentasi dan penghormatan terhadap martabat manusia.
Seiring dengan perkembangan media digital, narasi visual semakin penting dalam berita. Fotografi jurnalistik bukan hanya tentang satu gambar, tetapi juga tentang bagaimana serangkaian gambar dapat digunakan untuk menciptakan narasi yang kuat. Ini mencakup teknik-teknik seperti penggunaan galeri gambar online dan presentasi multimedia yang menambah dimensi dan pemahaman kepada berita.
Jadi dapat disimpulkan bahwa fotografi jurnalistik memiliki peran penting dalam mengungkapkan kekuatan visual dalam berita. Dengan mengambil gambar yang kuat dan mencerminkan peristiwa dengan obyektif. Fotografi jurnalistik dapat membantu kita untuk menyelami dan memahami berita dengan lebih dalam. Namun, penggunaannya juga menuntut pertimbangan etika yang cermat. Sebagai pembaca berita yang sadar, kita dapat menghargai kekuatan gambar ini dan mengenali peran kunci yang dimainkannya dalam memahami dunia yang terus berubah.
- Fikri Shofin Mubarok MIKom adalah Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Sultan Agung