Oleh: Amir Machmud NS
API Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Jawa Tengah 2023 sudah menyala. Lidah Api Abadi dari Mrapen, Manggarmas, Grobogan itu bagai menari-nari riang menggapai langit dari kaldron Stadion Joyokusumo, Pati.
Itulah simbol nyala semangat berkompetisi, tradisi klasik yang selalu dinanti dalam setiap upacara pembukaan multievent olahraga, baik di level regional, nasional, dan internasional.
Penyulutan obor di kaldron juga “menyeleksi” tokoh, dan lazimnya menjadi penghormatan bagi atlet legendaris yang diakui memiliki “maqam” khusus dalam sejarah olahraga suatu bangsa atau region tertentu.
Dan, Porprov Ke-16 Jateng memilih Doktor Rumini, legenda atletik yang juga dikenal sebagai aktivis pembina olahraga. Peraih medali emas nomor saptalomba SEA Games 1993 dan 1995 itu, dengan anggun menyalakan Api Porprov sebagai tanda dimulainya pesta olahraga tertinggi provinsi ini, Sabtu 5 Agustus 2023.
Menjadi lebih bermakna, karena Porprov kali ini digelar di Pati Raya, dan Rumini adalah salah satu putra terbaik kabupaten ini dari dunia olahraga. Dia lahir di Desa Widorokandang, Pati.
Makna Khusus
Tampilnya legenda-legenda olahraga sebagai penyulut obor tentu bukan tanpa makna. Ada visi, ada proyeksi, dan ada target menciptakan “momen tak terlupakan”.
Di Olimpiade Barcelona 1992, seremoni penyalaan api dikenang sebagai momen sangat spektakuler.
Pemanah difabel, Antonio Rebollo, dari jarak 70 meter mengarahkan anak panah untuk meluncur beberapa inci di atas kaldron. Lebih dari dua miliar pemirsa televisi di seluruh penjuru dunia diliputi ketegangan. Untuk menyiapkan momen presisi itu, Rebollo berlatih lebih dari 1.000 kali.
Olimpiade Atlanta 1996 mengetengahkan ketokohan Muhammad Ali yang inspirasional. Dalam usia merambat tua dan gangguan penyakit parkinson, legenda tinju kelas berat itu menyalakan Api Olimpiade dengan tangan bergetar-getar.
Dunia pun dibuat menahan napas. Tak sedikit orang direportasekan menangis histeris, terharu menyaksikan saat-saat menggetarkan itu. Ali bagai menyulut semangat, mewartakan kebangkitan, kepercayaan diri, dan memperlihatkan karakter perlawanan terhadap derita parkinson yang dia alami.
Pada level yang lain, di Asian Games Jakarta 2018, disajikan parade penyemangat dan inspirasi dari barisan mantan atlet legendaris Indonesia. Puncaknya, Susi Susanti, peraih emas pertama Indonesia dari arena Olimpiade, menggelorakan sejarah Asian Games dengan menyulut obor di piringan kaldron Stadion Gelora Bung Karno.
“Pesan” Tersirat
Tentu bukan secara kebetulan Rumini ditugaskan sebagai penyulut Api Porprov 2023. Ibu tiga anak dari pernikahannya dengan perwira militer, Arief Soehartono ini secara tersirat menyampaikan pesan kepada atlet-atlet dan para calon atlet.
Pertama, yakinilah pilihan ketika kalian tertarik untuk menjadi atlet. Prestasi tak bisa diraih dengan jalan instan, maka bersikaplah profesional dalam ketekunan berkarier.
Kedua, bersungguh-sungguhlah dalam membajakan diri.
Ketiga, tanamkanlah selalu sikap sportif.
Dan, keempat, rajutlah masa depan, agar sukses dalam prestasi olahraga, sekaligus sukses dalam kehidupan.
Rumini adalah contoh yang patut diteladani oleh para atlet muda. Ketika ia meraih gelar sebagai doktor dalam ilmu olahraga pada 2013, saya memberi ucapan selamat dengan memberi catatan bahwa raihan akademik itu merupakan momen inspirasi yang penting.
Dia memulai perjalanan karier dengan tekun berlatih di bawah C Prayitno, mentor yang juga berasal dari Pati. Setelah pensiun sebagai atlet, dia berkomitmen melatih anak-anak remaja untuk menggemari atletik, juga mengurus organisasi Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) Jawa Tengah, di sela-sela tugas utama sebagai dosen di Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) Unnes. Kini ia menjabat sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi.
Artinya, menjadi atlet adalah panggilan hasrat dan bakat. Sedangkan tanggung jawab terhadap tugas profesi dan masa depan, termasuk kehidupan keluarga tak harus terabaikan.
Atlet-atlet bisa memetik pelajaran: tepiskan bayangan kekhawatiran tentang masa depan yang abu-abu ketika memilih terjun sebagai atlet. Bukankah Doktor Rumini, dengan ketekunan kiprahnya, bisa menjadi contoh nyata?
— Amir Machmud NS, wartawan suarabaru.id dan Ketua PWI Provinsi Jawa Tengah —