blank
Kapolres Jepara AKBP Wahyu Nugroho Setyawan

JEPARA (SUARABARU.ID) – Ada cara kreatif yang dilakukan oleh Kapolres Jepara AKBP Wahyu Nugroho Setyawan dalam mengurai persoalan- persoalan yang ada di wilayahnya tugasnya. Ia mencoba menghidupkan spirit dan gagasan RA Kartini dengan menggagas berdirinya Kampung Kartini Tangguh di Jepara.

Tujuannya untuk melakukan pendekatan budaya dalam mengatasi persoalan sosial yang ada di tengah-tengah masyarakat.

Menariknya untuk mematangkan konsep ini Wahyu Nugroho Setyawan mengundang sejumlah aktivis perempuan Jepara untuk berdiskusi dengan personil Polwan yang ada di jajaran Polres Jepara.

blank
Hadi Priyanto pegiat budaya dan penulis buku

Waktunya bertepatan dengan Curhat Bersama Polres dengan tema Kiprah dan Kesetaraan Gender Perempuan Jepara yang diselenggarakan dalam rangka peringatan Hari Polwan ke- 75. Acara berlangsung di Ruang Endra Dharma Laksana Polres Jepara, Rabu (2/7-2023). Hadir juga Wakapolres Jepara Kompol Berry dan sejumlah Pejabat Utama Polres Jepara.

Pertemuan yang dibuka langsung oleh Kapolres Jepara dengan menghadirkan narasumber eksternal, Santi Adriyani dari Pusat Studi Gender dan Anak Unisnu, Indria Mustika Sekretaris Yayasan Kartini Indonesia dan Hadi Priyanto pegiat budaya dan penulis buku.

Pada kesempatan ini AKBP Wahyu Nugroho Setyawan juga menjelaskan tentang gagasan dan bahkan latar belakang Kampung Kartini Tangguh.

Menurut AKBP Wahyu Nugroho Setyawan Jepara memiliki tiga tokoh perempuan yang luar biasa yaitu Ratu Shima, Ratu Kalinyamat dan RA Kartini. “Beliau telah menjadi kekuatan kultural masyarakat Jepara,” ujar Kapolres Jepara.

blankNamun ironisnya, angka -angka persoalan sosial dan hukum yang menyangkut perempuan dan anak terus saja meningkat. “Karena itu untuk mengatasi persoalan tersebut tidak cukup dengan pendekatan hukum. Pendekatan budaya juga harus diperhatikan,” ujarnya.

Karena itu ia mengajak kepada para aktivis perempuan dan juga anggota Polwan di Polres Jepara untuk memperkuat pendekatan budaya dengan menghidupkan gagasan dan bahkan spirit RA Kartini, ” papar AKBP Wahyu.

Ia berharap kedepan ada aksi nyata untuk untuk membangun gerakan kebudayaan dengan menghadirkan Kampung Kartini Tangguh. “Dalam konsep ini gagasan Kartini diharapkan menjadi basis dan nilai gerakan untuk mengatasi berbagai persoalan di masyarakat, ” tutur Kapolres Jepara.

Kampung Tangguh Kartini kita jadikan icon perjuangan perlindungan perempuan dan anak, tambahnya.

blankSementara Indria Mustika yang memaparkan tugas kebangsaan perempuan di era 4.0 mengungkapkan pentingnya kesediaaan perempuan untuk mengembangkan literasi ditengah keluarga, terus belajar, mengembangkan program cerdas perempuan dan keteladanan

Karena agar basis gerakan memiliki roh, maka Memahami gagasan dan nilai keutamaan RA Kartini yang antara lain emanaipatif, nasioanalis, kritis, optimis, kreatif, bersahaja dan jujur.

Sedangkan Santi Andriyani dari Pusat Studi Gender dan Anak Unisnu yang menyampaikan materi kesetaraan gender mengungkapkan ada 5 bentuk ketidakadilan gender, marginalisasi, subordinasi, labelisasasi, beban ganda, kekerasan berbasis gender.

Untuk mewujudkan kesetaraan gender dan keadilan gender maka perlu melihat dan mengukur 4 aspek, yaitu APKM ( Akses, Partisipasi, Kontrol dan Manfaat) apakah 4 aspek tersebut telah didapatkan oleh laki-laki dan perempuan secara adil.

Sementara Hadi Priyanto mengungkapkan dukungannya terhadap gagasan orisinil Kapolres untuk membangun Kampung Kartini Tangguh. ” Kartini adalah kekuatan absolut dan kultural masyarakat Jepara. Saatnya kita hidupkan gagasan Kartini untuk mengurai persoalan sosial yang ada, ” ujarnya.

Hadepe