BLORA (SUARABARU.ID) — Ada tempat wisata baru di wilayah Blora. Orang menyebutkan “wisata mewah”. Ya, karena lokasinya yang “mepet sawah”. Tempat wisata ini berada di area persawahan di Desa Bangsri, Kecamatan Jepon, Blora, Jawa Tengah.
Sebagian lahan sawah itu diubah menjadi destinasi wisata, gazebo berjajar di antara hamparan padi, irigasi sawah ditabur benih ikan, hingga anak-anak bermain senang kadang sesekali bisa memberi makan ikan yang ada di pematang sawah itu.
Pancaran kuning keemasan menyepuh cahaya di sekitar area persawahan Desa Bangsri Kecamatan Jepon, puluhan orang berkunjung ke kawasan persawahan Desa Bangsri.
Semakin sore, pengunjung wisata desa itu semakin bertambah, mereka ingin melihat panorama alam, sekedar mengingat sejarah Noyo Gimbal. Tak hanya menikmati suasana, tetapi di tempat itu wisatawan bisa mencicipi kuliner tradisional khas Blora yang bisa menggoyang lidah.
Pemerintah Desa (Pemdes) Bangsri, Kecamatan Jepon, Kabupaten Blora, di masa kepemimpinan Kepala Desa (Kades) Laga Kusuma, memberikan inovasi dan lapangan pekerjaan untuk meningkatkan mobilitas perekonomian di wilayahnya, ada tempat wisata baru yang diharapkan bisa meningkatkan perekonomian masyarakat Desa Bangsri, Kecamatan Jepon. Keberadaan patung besar Noyo Gimbal diharapkan bisa menjadi daya tarik bagi wisatawan.
Lebih lanjut, Kepala Desa Bangsri, Laga Kusuma menceritakan konsep wisata Noyo Gimbal View, yakni pemandangan sawah, dan karena disini ada cagar budaya Naya Sentika.
“Dulu ada peperangan di sini, yaitu tokohnya Noyo Gimbal itu,” jelas Kepala Desa Bangsri, Selasa, 11 Juli 2023.
Di desa wisata Desa Bangsi, lanjut Laga Kusuma, di Noyo Gimbal View ini ada tempat–tempat saung, ada patung raksasa ‘Noyo Gimbal’, ada restonya, ada coffee shop-nya, juga ada live music-nya.
“Karena saat ini kadang masih turun hujan, live musiknya outdoor, sementara berhenti dulu, nanti kalau hujannya reda kita lanjut kembali,” ungkap Laga Kusuma.
Lebih lanjut Laga Kusuma mengatakan bahwa buka tempat wisata patung Noyo Gimbal, pagi pukul 07.00 WIB, sembari menikmati sarapan pagi dengan view sawah,” ujar Kepala Desa Bangsri.
Lanjut Kepala Desa Bangsri, sementara ada paket wisata naik Bajaj, dengan tariff Rp 70 ribu per orang.
“dengan membayar tujuh puluh ribu rupiah, mendapat fasilitas renang gratis, melukis edukasi melukis celengan karakter itu nanti hasilnya dibawa pulang, Voucher makan tiga orang, berangkatnya edukasi dan berenang itu gratis naik Bajaj, itu cuma tujuh puluh ribu,” kata Kepala Desa Bangsi Laga Kusuma.
Dia meminta, pengunjung Noyo Gimbal View, harus baik itu sopan dan ramah, saling menghargai, mau mengantre, mau peduli, tidak merusak tanaman, dan tidak membuang sampah sembarangan.
Pemandangan Indah dan Suasana Syahdu
Pada kesempatan itu, ada pengunjung asal Kecamatan Bogorejo, Arif, mengatakan bahwa baru melihat dari kejauhan pemandangannya sangatmemukau, menjadikan suasana syahdu sambil menikmati pemandangan dengan menikmati menu-menu khas Desa Bangsri.
“Mewah istilahnya, mepet sawah cocok sekali untuk rehat, bagi keluarga dan bersama teman temannya, bisa main ke Noyo Gimbal view,” ujar Arif.
Ada wisata makan ikan, kata Arif, bisa foto selfi didepan patung Noyo Gimbal, dan ada rumah kelinci, serta ada arena tempat bermain untuk anak – anak.
“Pokoknya tempatnya memikat hati warga Blora, dan ternyata tidak meninggalkan sejarahnya Noyo Gimbal, karena bisa foto bersama patung besarnya, habis selfi dengan Noyo Gimbal, ini anak saya malah pingin mencoba paket wisata naik bajaj gratis, mas,” ucap Arif.
Untuk diketahui bersama, dalam sejarah Desa Bangsri termasuk cagar budaya Blora “Situs Perang Bangsri Noyo Gimbal”. Cerita ini merupakan legenda yang menceritakan asal usul lima nama desa di Kecamatan Jepon, Kabupaten Blora.
Legenda ini berawal dari ketika perang Diponegoro selesai dengan ditangkapnya Pangeran Diponegoro oleh Belanda, dimana kemudian sisa-sisa prajurit pengikut Pangeran Diponegoro melarikan diri ke utara namun tetap bergerilya meneruskan perjuangan Pangeran Diponegoro melawan Belanda.
Salah satu prajurit Pangeran Diponegoro yang menyelamatkan diri ke utara tersebut yaitu Naya Sentika. Perjuangan Naya Sentika dilakukan di sekitar Desa Bangsri. Lurah Desa Bangsri yang bernama Ki Gede Toinah mendukung dan membantu perlawanan Naya Sentika terhadap Belanda.
Di Desa Bangsri ini Naya Sentika membangun kekuatan bersama para pengikutnya. Ia tidak hanya mendapat bantuan dari Lurah Desa Bangsri, tetapi seluruh rakyat di desa Bangsri juga ikut membantunya.
Penduduk Desa Bangsri ada yang menjadi prajurit dan ada juga yang membantu menyediakan makanan dan perlengkapan perang lainnya.
Spesial paket Noyo Gimbal View featuring Kampung Pelangi paket Rp 70 ribu, memperoleh fasilitas makan 3 orang nasi ayam dan air minum; berenang di kampung pelangi; edukasi melukis celengan (hasilnya dibawa pulang); berangkat ke kampung pelangi diantar pakai bajaj; serta free gorengan satu porsi.
Kudnadi Saputro