blank
Langgar Bubrah tampak dari depan. Mirip kontruksi Menara Kudus.

JEPARA (SUARABARU.ID)- Sejarah panjang Kota Kudus tidak bisa dilepaskan dengan keberadaan Menara Kudus yang sangat ikonik. Bangunan yang menyerupai tempat ibadah umat Hindu ini diyakini sebagai peninggalan Sayyid Ja’far Shodiq atau yang dikenal dengan sebutan Sunan Kudus.

blank
Lingga dan yoni, serta batu pilar yang terdapat di pintu masuk.

Namun, jika kita menelusuri sudut-sudut lain kota kretek tersebut, kita akan menemui jejak peninggalan peradaban Hindu yang masih terjaga hingga saat ini. Salah satunya adalah Langgar Bubrah, sebuah bangunan yang kontruksinya mirip dengan menara Kudus namun tidak sempurna.

blank
Tempat pemujaan yang mirip dengan mihrab masjid.

Langgar Bubrah terletak 1 kilometer tidak jauh dari Menara Kudus, bersebrangan dengan Klenteng Hok Ling Bio, berada di Desa Demangan RT 2 RW 4 Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus. Menurut cerita tutur, bangunan Langgar Bubrah ini dibuat lebih dulu daripada Menara Kudus.

blank
Cagar budaya yang dilindungi.

Dari keterangan yang terdapat di situs tersebut, Langgar Bubrah dibangun pada Abad XV M. Dibangun tanpa menggunakan perekat, dengan ukuran 6,3 X 6 meter, dan tinggi 2, 75 meter.

Jika kita mengamati dengan seksama, bentuk bangunannya tidak sempurna dan setengah jadi. Langgar Bubrah sekilas mirip dengan langgar atau musholla. Karena terdapat tempat pengimaman (mihrab) di dalamnya.

Dari keterangan warga setempat, “Langgar Bubrah ini sebenarnya bukan langgar. Karena, meskipun ada tempat pengimaman namun ukurannya tidak ada 1 meter. Sehingga jika itu tempat pengimaman pasti kepala akan terbentur tembok saat dibuat rukuk”, kata Kiai Aslim Akmal, salah satu warga setempat yang mengaku sejak kecil sering bermain di tempat tersebut.

Selain itu, di depan Langgar Bubrah terdapat lingga yoni dan sebuah batu lumpang, menhir dan relief batu dengan gambar tokoh dewa. Lazim di setiap peribadatan umat Hindu pada zaman dulu, Lingga dan yoni arca, atau patung merupakan sebuah objek pemujaan. Lingga yoni merupakan benda dan simbol kesuburan bagi umat Hindu”, lanjut Kiai Aslim.

Toleransi Beragama Masyarakat Kudus

Kenapa disebut dengan Langgar Bubrah, karena bangunan tersebut memang tidak sempurna dan setengah jadi. Namun yang paling menarik adalah keberadaan bangunan Langgar Bubrah yang berada di tengah-tengah Kota Kudus, sebagai kota santri.

Kudus merupakan kawasan pesantren yang telah melahirkan Ulama-ulama berpengaruh di tanah Jawa. Sebut saja KHR. Asnawi, KH. Arwani, hingga KH. Sya’roni Ahmadi. Namun, meskipun kental dengan suasana santri, masyarakat Kota Kudus menjunjung tinggi nilai toleransi beragama yang masih bisa dirasakan hingga saat ini.

Bisa jadi, bangunan Langgar Bubrah dan lingga yoni yang masih terjaga hingga saat ini merupakan warisan dari Sunan Kudus yang sangat menjunjung tinggi toleransi beragama. sampai dengan hari ini, masyarakat Kota Kudus menghindari untuk menyembelih hewan sapi. Baik untuk kebutuhan hajat maupun saat hari raya Idul Adha.

Masyarakat Kudus lebih memilih menyembelih dan megkonsumsi daging kerbau, dan masih bertahan sampai sekarang. Konon, Sunan Kuduslah yang memberi fatwa untuk tidak menyembelih sapi untuk menghormati umat Hindu saat itu. Seperti diketahui, hewan sapi merupakan hewan suci umat Hindu.

ua