blank
Relawan BPBD Kudus saat mengevakuasi warga yang terdampak banjir. Foto: Ali Bustomi

KUDUS (SUARABARU.ID) – Pintu 8 Bendungan Wilalung ke arah sungai Juwana akhirnya terpaksa dibuka dengan lebar bukaan 5 cm menyusul debit air yang terus meningkat. Pembukaan pintu 8 tersebut dilakukan Jumat (6/1) pukul 15.00 WIB dengan disaksikan Camat, Kapolsek, Danramil serta pimpinan kewilayahan terkait.

Pembukaan pintu air bendungan Wilalung ini dipastikan akan memperpanjang bencana banjir yang sudah enam hari melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Kudus.

Koordinator pintu bendungan Wilalung, Noor Ali mengatakan debit air Bendung Wilalung yang sudah mencapai 813 meter kubik per detik, dan sudah berstatus Siaga III atau level tertinggi. Pembukaan pintu air ini merupakan standar operasional prosedur (SOP) dari BBWS ketika debit air sudah di atas 800 meter kubik per detik.

“Sesuai SOP, jika debit air sudah di atas 800 meter kubik per detik, pintu air dibuka. Pembukaan tersebut dilakukan untuk mengurangi beban Sungai Wulan, maka sebagian air harus dikurangi ke arah Sungai Juwana dengan membuka pintu air Bendung Wilalung,”kata Noor Ali, Jumat (6/1).

Pembukaan tersebut dipastikan akan berdampak pada peningkatan intensitas genangan banjir akan meningkat diantaranya di hampir semua desa di wilayah Kecamatan Undaan. Khususnya kawasan persawahan Desa Berugenjang, Wonosoco, Lambangan, Undaan Kidul, Tengah, Lor, Wates, hingga areal pemukiman yang saat ini tergenang di Ngemplak hingga Karangrowo.

Ke arah timur, dampak pembukaan pintu air ini juga berdampak pada ketinggian genangan di wilayah Kecamatan Mejobo seperti Payaman, Temulus, Kesambi, hingga ke arah Kabupaten Pati yang merupakan jalur dari DAS Sungai Juwana.

Sebagaimana diketahui, banjir yang melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Kudus sampai saat ini belum kunjung surut. Meski curah hujan tak setinggi di awal tahun, namun sisa genangan yang ada di 23 desa di lima kecamatan tak kunjung surut.

Hal ini dikarenakan sungai-sungai yang menjadi hulu aliran air seperti sungai Jratun, sungai Wulan hingga Juwana, debitnya juga tinggi. Sehingga genangan air pun tertahan tanpa bisa dibuang.

Akibat banjir yang terjadi, 40 ribu lebih warga terdampak dengan sekitar seribu lebih warga kini harus tinggal di pengungsian.

Ali Bustomi