blank

Oleh : Sri Nurwaningsih, S.Pd. SD

Disleksia sebuah kata yang sedikit asing bagi kebanyakan  orang. Disleksia adalah gangguan dalam proses belajar pada siswa yang ditandai dengan kesulitan membaca, menulis, atau mengeja. Biasanya disertai dengan kesulitan mengidentifikasi kata-kata yang diucapkan dan mengubahnya menjadi huruf atau kalimat.

Disleksia merupakan gangguan saraf pada bagian otak yang memproses bahasa. Kondisi ini bisa dialami anak-anak maupun orang dewasa. Walaupun disleksia menyebabkan kesulitan dalam belajar, tetapi tidak mempengaruhi tingkat kecerdasan bagi penderitanya.

Gejala disleksia pada siswa bervariasi, tergantung pada usia dan tingkat keparahannya. Gejala ini akan terlihat setelah anak memasuki usia sekolah saat mulai belajar membaca, diantaranya nampak pada kecenderungan  lamban belajar nama abjad dan bunyi, kesulitan mengingat bilangan, lamban dalam berbicara maupun mengeja, kesulitan dalam mengingat sesuatu, kesulitan menghitung, menulis terbalik, sulit membedakan huruf tertentu, lambat dalam mengerjakan tugas dan sulit menyimpulkan sesuatu.

Metode Kartu

Dengan kondisi diatas siswa akan mengalami kesulitan dalam belajar membaca, menulis dan berhitung. Untuk membantu siswa yang mengalami disleksia agar bisa belajar dengan baik maka guru bisa menggunakan metode belajar dengan menggunakan kartu huruf dan kartu kata. Tujuan bermain kartu ini digunakan untuk menambah penguatan penguasaan siswa dalam ketrampilan membaca terutama siswa yang megalami gagguan disleksia.

Untuk persiapan pelaksanaan pembelajaran, pertama guru dapat menentukan huruf dan kata yang disesuaikan dengan tema, misalnya tema kegiatan pagi hari. Guru dapat memilih kata bangun, mandi, sarapan, sekolah dan lainnya yang sesuai dengan tema. Kedua membuat kartu- huruf, kartu kata dan kartu suku kata.

Kartu ini dibuat menggunakan kertas asturo, karton,  cover, manila atau menggunakan kardus bekas juga bisa. Ketiga menyiapkan papan panel untuk menempel kartu-kartu tersebut. Jika tidak ada, guru dapat memanfaatkan lantai maupun meja yang ada dikelas,  atau papan tulis.

Menarik Perhatian Siswa

Untuk pelaksanaan pembelajaran, secara klasikal guru dapat memulainya dengan  menarik perhatian siswa  melalui menyanyi atau tanya jawab tentang kegiatan pagi hari. Guru juga bisa memulainya dengan sebuah cerita yang bisa diberikan pada siswa. Selanjutnya guru menanyakan beberapa kata yang terkait dengan tema. Setiap siswa menjawab kemudian diminta memilih kartu dan menempelkannya ditempat yang sudah disiapkan, dan dibaca ulang bersama-sama.

Guru meminta siswa membaca dalam hati dan diulang-ulang selama 5 menit. Pengulangan ini dapat membantu siswa disleksia dalam mengingat setiap kata yang diucapkan dan huruf yang menyusunnya. Bagi siswa lain yang belum tahu bisa meminta bantuan teman sebelahnya.

Langkah selanjutnya, guru meminta siswa menempel kartu suku kata dibawah kata yang sudah tertempel dan dilanjutkan dengan menempel huruf yang sesuai. Kegiatan dapat dilanjutkan dengan mengelompokkan siswa. Kemudian masing-masing kelompok menempelkan kata lanjutan agar menjadi sebuah kalimat berdasarkan kata-kata yang dipilih oleh kelompok lain.

Bagaimanakah penanganan disleksia? Menurut dr Purboyo meskipun disleksia tidak bisa diobati, gangguan ini bisa diatasi dengan penanganan yang tepat. Salah satunya dengan memberikan remedial atau mengulang-ulang materi belajar sampai siswa tersebut benar-benar paham. Selain itu pengulangan dilakukan untuk mempelajari kebutuhan siswa penyandang disleksia dalam memahami suatu hal.

Untuk mengetahui keberhasilan dalam pembelajaran, guru dapat melakukan penilaian melalui pengamatan dan tugas secara individu maupun kelompok. Pada saat penilaian, siswa diberikan soal tersendiri yang berbeda dengan temannya, juga disesuaikan dengan kemampuan siswa tersebut dalam mengerjakan.

Meskipun disleksia tergolong penyakit yang tidak bisa disembuhkan, tetapi penanganan sejak dini dan kesabaran dalam pembelajaran, serta penggunaan metode belajar yang sesuai efektif meningkatkan kemampuan siswa disleksia dalam membaca.

Penulis adalah Guru  SD Negeri 1 Lebak, Pakis Aji, Jepara