SUARABARU.ID – Pariwisata merupakan sektor utama ekonomi daerah karena dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pendapatan asli daerah (PAD), khususnya di Kota Semarang.
Dengan meningkatnya tujuan wisata dan investasi, pariwisata menjadi kunci untuk pendapatan ekspor, penciptaan lapangan kerja, pengembangan bisnis dan infrastruktur. Dalam hal ini, stakeholder memiliki peranan penting dalam aksi pengembangan dalam sektor pariwisata, yaitu membuat kebijakan dan rencana yang sistematis.
Dalam rangka melaksanakan pembangunan, termasuk pembangunan pariwisata, diperlukan peran stakeholders yang terdiri dari pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat atau pemuda.
Dalam tatanan masyarakat, pemuda merupakan identitas yang potensial. Posisinya strategis sebagai penerus cita-cita perjuangan bangsa dan tenaga pembangunan nasional.
Salah satu bentuk pembangunan bangsa yang dapat dilakukan oleh pemuda adalah berkontribusi dalam pembangunan pariwisata. Sektor pariwisata membutuhkan partisipasi generasi muda yang kreatif dan inovatif untuk memenuhi permintaan pasar pariwisata dalam masyarakat.
Pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat perlu dimulai dari mengenali nilai-nilai kebutuhan masyarakat guna membangun peluang bisnis bagi tempat wisata dan masyarakat lokal.
Masyarakat lokal berperan sebagai tuan rumah dan memainkan peran penting dalam pengembangan tempat wisata di semua tahap, mulai dari tahap perencanaan, pemantauan, dan pelaksanaan.
Pada tahap perencanaan, perlu disadari bahwa pemuda merupakan bagian penting dalam pengembangan wisata, sehingga mereka perlu bekerja sama dengan Pemerintah Daerah Kota Semarang dan sektor swasta.
Dibutuhkan komitmen yang kuat dari seluruh komponen untuk bekerja sama dengan pemuda untuk menyamaratakan pendapat dan persepsi, serta meningkatkan potensi wisata untuk keberlanjutan pariwisata. Hal ini memungkinkan para pemuda untuk memahami bahwa mereka juga merupakan bagian dari produsen dalam pengembangan pariwisata dan menyadari pentingnya pariwisata dalam lingkungan tempat tinggal mereka.
Di tahap pemantauan, semua komponen melakukan pengawasan terhadap segala sesuatu yang menyebabkan potensi adanya penyimpangan terhadap pengembangan pariwisata yang mungkin saja terjadi. Barangkali dengan adanya pelatihan-pelatihan bagi para pemuda di Kota Semarang tentang manajemen pariwisata, cara mengelola tempat wisata, atau teknik-teknik menuntaskan masalah.
Selain itu, dapat juga dilakukan studi banding terhadap kota lain yang sektor pariwisatanya lebih sukses. Walhasil para pemuda tersebut bisa eksis dan mampu berkompetisi.
Tahap selanjutnya adalah tahap pelaksanaan. Di tahap ini mereka dapat melakukan identifikasi potensi wisata yang ada di Kota Semarang sehingga mengetahui apa yang menjadi komoditas utama dan keunikan dari wisata tersebut.
Pada tahap ini, para pemuda adalah pengguna aktif teknologi digital sehingga dapat membantu memperkenalkan dan menyebarluaskan wisata yang ada di Kota Semarang.
Sebagai contoh, para pemuda dapat melakukan promosi serta memberikan informasi wisata yang ada di Kota Semarang melalui konten-konten menarik yang ditujukan kepada orang-orang. Dengan begitu diharapkan para wisatawan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri, tertarik mengunjungi objek wisata tersebut.
Langkah-langkah tersebut bisa menjadikan pariwisata di Kota Semarang lebih unggul, juga dapat menambah pendapatan asli daerah (PAD). Selain itu, sektor pariwisata Kota Semarang juga dapat berkontribusi dalam meningkatkan perolehan devisa negara, memperbesar kesempatan kerja bagi masyarakat, serta dikenalnya kebudayaan dan wisata setempat oleh wisatawan.
Alfi Danika Putri, mahasiswa Pariwisata Universitas Semarang