WONOGIRI (SUARABARU.ID) – Trio dalang remaja, Selasa malam (16/8), tampil melakonkan Bima Labuh dalam pagelaran wayang kulit di Pendapa Kabupaten Wonogiri. Pentas wayang kulit tiga dalang ini, untuk memeriahkan malam tirakatan Tujuhbelasan.
Ketiga dalang yang berkolaborasi mementaskan Lakon Bima Labuh, terdiri atas Raras Nareswara Krihna (11). Raras merupakan dalang cilik kelahiran Wonogiri 11 Juni 2011, asal Dusun Ngaglik RT 02/RW 02 Desa Pulutan Kulon, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Wonogiri.
Kemudian Nareswara Praba (11), pelajar Kelas 5 Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al Fallah, Desa Purwosari, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri. Berikut Fauzi Ramadani (15), asal Desa Gemawang, Kecamatan Ngadirojo, Wonogiri, yang masih duduk di Kelas 8 SMP Negeri 3 Sidoharjo, Kabupaten Wonogiri.
Demikian dijelaskan Kepala Dinas Pendidikan Kebudayaan (Dikbud) Kabupaten Wonogiri, Dr Yuli Bangun Nursanti, melalui Kabid Kebudayaan Eko Sunarsono SSn yang juga tokoh dalang.
Prabu Baka
Ikut hadir menyaksikan pentas Bima Labuh, Wakil Bupati Setyo Sukarno, Dandim 0728 Letkol (Inf) Deny Octavianto, Kapolres AKBP Dydit Dwi Susanto, Ketua DPRD Sriyono SPd, Sekda Haryono, Asisten Sekda Teguh Setyono, Kepala Dishub Waluyo, Kepala Dikbud Dr Yuli Bangun Nursanti, Kepala Dinas Perindagkop UMKM Wahyu Widayati, Kepala Disnaker Ristanti, Kepala Dinsos Kurnia.
Bima Labuh berkisah tentang tokoh Panenggak Pandawa Raden Brotoseno, di era pasca-Lakon Bale Sigala-gala. Yang tampil perang tanding dengan Prabu Baka (pemangsa manusia) di Keraton Ekacakra.
Itu dilakukan Brotoseno, saat melihat penderitaan warga dan permintaan bantuan Ki Demang Sagotra, terkait dengan tingkah Patih Sardulayaksa yang menangkapi warga Kademangan, untuk disajikan sebagai jamuan makan kepada Prabu Baka si pemangsa manusia.
Patih Sardulayaksa dapat ditewaskan oleh Brotoseno. Kemudian giliran Prabu Baka, hilang nyawa karena ditusuk dengan Kuku Pancanaka saat terjadi perang tanding.
Bambang Pur