CILACAP (SUARABARU.ID) – Sampah merupakan material sisa yang tidak bermanfaat setelah berakhirnya suatu proses. Sampah memang terlihat menjijikkan, karena selain kotor, sampah memiliki aroma yang busuk.
Sampah adalah sisa buangan dari suatu produk atau barang yang sudah tidak digunakan lagi, akan tetapi masih dapat didaur ulang menjadi barang yang bernilai.
Di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, terdapat fasilitas pengolahan sampah Refuse Derived Fuel (RDF), tepatnya di Jeruklegi, Kabupaten Cilacap.
Tahun ini, fasilitas RDF Jeruklegi mampu mengolah sampah dengan volume sampah segar hingga 160 ton per hari, dan akan meningkat terus sampai 200 ton per hari untuk menghasilkan 70 ton RDF.
Namun sebelum sampah-sampah itu diolah RDF, setiap harinya sampah yang datang di tempat tersebut bisa dimanfaatkan warga. Mereka (warga) akan memilah-milah sampah yang bisa dimanfaatkan untuk dijual.
Kegiatan memungut sampah seperti itu sudah menjadi rutinitas warga yang memanfaatkan sampah untuk dijual kembali, guna mencukupi kebutuhan keluarganya.
Rasmini (67), salah satu warga Desa Jangrana, Kesugihan, Kabupaten Cilacap ini setiap harinya harus memilah sampah di tempat fasilitas pengolahan sampah RDF ini.
Setiap hari, Rasmini diantar anaknya untuk menjalankan rutinitasnya memungut sampah di tempat tersebut.
“Tiap hari saya diantar anak. Ini menjadi rutinitas saya sehari-hari, karena saya harus menghidupi suami dan anak-anak di rumah,” kata Rasmini kepada Suarabaru.id dalam kegiatan Jelajah Energi Jateng pada Selasa (28/6/2022).
Hampir menangis, Rasmini mengungkapkan suka dukanya. Suaminya yang sudah tua itu sudah lama sakit akibat terjatuh dari pohon kelapa, sehingga dirinya harus menggantikannya mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya.
Suaminya yang sudah tua itu sudah tak mampu beraktifitas lagi. Rasmini pun harus merawatnya, termasuk memberinya makan dan lainnya. Meski sudah berumur, Rasmini benar-benar harus menjadi tulang punggung untuk keluarganya.
Padahal di usia seperti saat ini, Rasmini sudah sepatutnya menikmati masa tuanya beristirahat di rumah. Namun karena keadaan yang mengharuskan dia untuk mencari nafkah, Rasmini mau tidak mau harus bergelut dengan pekerjaannya memungut sampah.
Sementara itu, meskipun ketiga anaknya sudah besar, mereka juga belum bisa membantu keuangan orang tuanya.
Selama 20 tahun ini Rasmini mengaku sudah terbiasa dengan pekerjaannya memilah sampah. Dia harus memisahkan antara plastik, kertas, aluminium, atom dan lainnya.
“Sampah saya pilah-pilah, yang plastik dijadikan satu dengan plastik, begitu pula kardus, kertas, atom, aluminium semuanya disendirikan, setelah itu saya jual, di sana sudah ada pembelinya,” beber Rasmini.
Dari hasil berjualan sampah itu, Rasmini dalam sehari mampu mengantongi uang Rp 30 ribu hingga Rp 40 ribu. “Ya kalau pas rejekinya saya bisa dapat Rp 50 ribu,” ucap Rasmini.
Menurut Rasmini, tempat fasilitas pengolahan sampah RDF di Jeruklegi ini sangat membantu perekonomian masyarakat. “Alhamdulillah saya sangat bersyukur. Seneng sekali bisa terbantu. Meski hanya dengan memungut sampah, saya bisa memberi makan keluarga saya,” tukasnya.
Dengan adanya tempat fasilitas pengolahan sampah RDF ini, Rasmini dan warga lainnya sangat terbantu dalam mencukupi kebutuhan keluarganya.
Seperti yang disampaikan Kepala Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah, Sujarwanto Dwiatmoko bahwa teknologi RDF merupakan upaya pengelolaan sampah berkelanjutan yang mengedepankan ekonomi sirkular melalui pengelolaan sampah menjadi sumber energi terbarukan rendah emisi.
Fasilitas RDF di Jeruklegi, Cilacap, mampu mengelola sampah secara modern berbasis teknologi tepat guna. Sampah diolah menjadi RDF untuk dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif pengganti batu bara.
Fasilitas RDF yang dibangun atas kolaborasi SBI, Pemerintah Kabupaten Cilacap, Kementerian Lingkungan Hidup & Kehutanan, Kementerian PUPR dan Pemerintah Kerajaan Denmark ini diresmikan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan.
Saat ini, fasilitas yang merupakan wujud kolaborasi lintas pemangku kepentingan tersebut telah beroperasi penuh dan menjadi contoh pengelolaan sampah menjadi bahan bakar pertama di Indonesia.
Fasilitas pengolahan sampah atau RDF di Cilacap memiliki potensi kapasitas pengolahan hingga mencapai 200 ton sampah segar per hari. Menggunakan teknologi bio-drying, sampah basah dengan kadar air diatas 50 % bisa dikeringkan menjadi 20% – 25%.
Pemanfaatan sampah ini merupakan langkah nyata untuk membantu menjaga lingkungan agar tetap berkelanjutan, serta membantu perwujudan ekonomi sirkular bersama masyarakat setempat.
SBI juga telah bekerja sama dengan pihak swasta lain untuk mengurai problematika sampah dengan meningkatkan kapasitas sampah terolah menjadi RDF di fasilitas RDF Jeruklegi, Cilacap.
Ning Suparningsih