SEMARANG (SUARABARU.ID)– Dampak konflik Rusia-Ukraina, harus dilihat dari sisi krisis yang berdampak pada kemanusiaan. Karena itu, Indonesia harus mampu berperan dalam menciptakan perdamaian, seperti yang diamanatkan konstitusi negara ini.
”Pada alinea pertama UUD 1945 mengamanatkan kepada kita, untuk ikut menciptakan perdamaian dunia, dengan mencegah penjajahan dengan mengedepankan aspek kemanusiaan,” kata Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat, saat membuka diskusi daring bertema ‘Menuju Perdamaian Rusia-Ukraina’, yang digelar Forum Diskusi Denpasar 12, Rabu (25/5/2022).
Pada diskusi yang dimoderatori Luthfi Assyaukanie PhD (Tenaga Ahli Wakil Ketua MPR RI Koordinator Bidang Penyerapan Aspirasi Masyarakat dan Daerah) itu, hadir sebagai narasumber Muhammad Farhan (Anggota Komisi I DPR RI), Prof Drs Anak Agung Banyu Perwita MA Ph D (Guru Besar Universitas Pertahanan).
BACA JUGA: Tanggul Jebol Sepanjang 27 Meter Selesai Ditangani
Narasumber lainnya, Dr Connie Rahakundini Bakrie (Pengamat Militer dan Pertahanan Keamanan), Ple Priatna (Direktur Eksekutif Indonesian Institute of Advance International Studies/Inadis) dan Joko Purwanto (Aktivis Komite Persahabatan Rakyat Indonesia-Rusia).
Selain itu, hadir pula Dr Polit Sc, Henny Saptatia DN MA (Ketua Program Studi Kajian Wilayah Eropa, Sekolah Kajian Strategik dan Global Universitas Indonesia/ SKSG-UI) serta Ade Alawi (Deputi Direktur Pemberitaan Media Indonesia) sebagai penanggap.
Menurut Lestari, krisis Rusia-Ukraina harus segera diakhiri, karena dampaknya sangat mempengaruhi tatanan di sejumlah sektor di dunia.
BACA JUGA: IZI Jateng Beri Bantuan Service Motor Gratis untuk Korban Banjir Rob
Belum tuntas dampak pandemi, ujar Rerie sapaan akrab Lestari, sejumlah krisis yang mengikutinya, memberi tekanan tersendiri dalam upaya negara-negara di dunia, termasuk Indonesia, untuk bangkit.
Ancaman terhadap kemanusiaan dalam krisis Rusia-Ukraina, menurut Rerie, harus sesegera mungkin diakhiri, dengan menggalang dukungan negara-negara lain di dunia.
Anggota Majelis Tinggi Partai Nasdem itu berharap, Indonesia dapat melakukan langkah dan sikap yang tepat, dalam ikut serta mengatasi konflik Rusia-Ukraina menuju perdamaian.
BACA JUGA: Kalah di Persidangan, Bank Mandiri Harus Kembalikan Uang Nasabah yang Hilang Rp 5,8 M
Sedangkan anggota Komisi I DPR RI, Muhammad Farhan menilai, krisis Rusia-Ukraina berdampak pada banyak sektor. Seperti ekonomi, terkait sumber daya alam dan ketersediaan komoditas.
Diungkapkan dia, sanksi terhadap Rusia dari sejumlah negara dunia, akan mempengaruhi keseimbangan ketersediaan komoditas di dunia. Sanksi itu, jelas Farhan, justru mendorong Rusia untuk menguasai Ukraina.
Dia berpendapat, demi menciptakan perdamaian dunia, Indonesia harus condong terhadap salah satu pihak dalam konflik itu. Di sisi lain, tambahnya, upaya perdamaian dalam krisis Rusia-Ukraina bisa dicapai, bila Ukraina menyerah dan memberikan kemerdekaan kepada sejumlah negara bagiannya.
BACA JUGA: Perang Obor Tegalsambi Ingin Digelar Meriah
”Bila Indonesia tetap bersikap non blok, krisis Rusia-Ukraina akan terus dalam status quo,” ujar Farhan.
Sementara itu, Pengamat Militer dan Pertahanan Keamanan, Connie Rahakundini Bakrie berpendapat, selama 91 hari krisis Rusia-Ukraina, saat ini sudah menjadi multilateral war terhadap Rusia di tanah Ukraina.
Krisis Rusia-Ukraina, jelas Connie, adalah perang yang berbeda dari perang pada umumnya. Dia menilai, untuk menghadapi kondisi ini, Indonesia harus konsisten dengan Gerakan Non-Blok-nya, untuk berupaya menghentikan perang.
BACA JUGA: Sabet Medali di Ajang Sea Games Vietnam, Dua Atlet Jepara Diarak Keliling Kota
Negara-negara yang tergabung dalam Gerakan Non-Blok, tegas Connie, harus berani mengakhiri diskriminasi terhadap Rusia dan sejumlah negara di Asia dan Afrika, dalam bentuk sanksi dari negara adidaya.
”Untuk menciptakan perdamaian dunia, salah satunya dengan menciptakan regional ballance of power, di sejumlah kawasan,” saran dia.
Riyan