Sejumlah seniman dan budayawan dari berbagai wilayah Kabupaten Jepara berkumpul disini. Mereka larut dalam acara Suluk Mantingan dengan tema Relasi Agama, Seni dan Budaya.. (Foto : Eko )

JEPARA (SUARABARU.ID) – Ada yang menarik  di Paseban Masjid Mantingan bagian utara, Jum’at 15/4/2022 malam. Sejumlah seniman dan budayawan dari berbagai wilayah Kabupaten Jepara berkumpul disini. Mereka larut dalam acara  Suluk Mantingan dengan tema Relasi Agama, Seni dan Budaya.

Aminan Basyari koordinator Komite Sastra DKD yang membacakan puisi pada acara Suluk Mantingan

Acara yang dihelat Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) Nahdatul Ulama Kabupaten Jepara, Jawa Tengah ini  sekaligus Tahlil dan Doa Haul KH. Agus Sunyoto dan KH. Sya’roni Ahmadi. Keduanya tokoh NU yang meninggal dunia di bulan suci Ramadan tahun 2021 lalu.\

Sutarya pegiat pelestarian seni ukir Jepara saat menyampaikan apresiasi

Almarhum Romo Kyai Ngabehi Agus Sunyoto, mantan ketua Pengurus Pusat Lesbumi NU, bagi para pengurus Lesbumi dan  pegiat budaya di Jepara adalah tokoh yang mendapatkan tempat tersendiri. “Beliau sering tindak Jepara dan menjadi inspirasi teman-teman pegiat budaya,” ujar Ketua Lesbui Jepaa Ngateman.

Sedangkan K.H. Sya’roni Ahmadi Al-Hafidz merupakan ulama yang alim dalam bidang tafsir. Beliau juga dikenal oleh masyarakat sebagai ulama yang sangat karismatik dan disegani masyarakat dan Mustasyar PBNU asal Kudus.

Dalam acara live streaming melalui zoom dengan Ning Nisya, puteri dari almarhum KH. Agus Sunyoto itu menjelaskan,dia bersama almarhum mendatangi beberapa tempat seperti  Benteng Portugis dan Masjid Mantingan.”Jepara sudah melahirkan sosok seperti Kartini dan banyak Kyai dan ulama dari Jepara,” ujarnya

Menurut Ning Nisya. almarhum KH. Agus Sunyoto, berpesan agar Jepara yang memiliki identitas dan potensi  luar biasa  ini diharapkan  agar bisa memiliki program lebih jelas. “Banyak yang bisa dikerjakan sama yang muda,” tuturnya. Semoga  ada program Lesbumi NU Jepara, bisa membuka sejarah, karena baik di Kabupaten Rembang dan Pati, kuncinya ada di Jepara, tambah Ning Nisya.

Dalam kesempatan yang sama Ngateman Ketua Lesbumi Jepara yang berasal dari Desa Kedungmalang, Kecamatan Kedung, mengatakan acara Suluk Mantingan adalah relasi agama, seni dan budaya.  “Suluk Mantingan artinya ruang diskusi tokoh-tokoh agamawan dan seniman di Jepara,” ujar Ngateman.

“Kedepannya, agenda Suluk Mantingan, akan melibatkan tokoh-tokoh masyarakat, termasuk tokoh lintas agama dan pelaku seni budaya,” tambahnya.

Salah seorang narasumber bernama Agung menyampaikan bahwa kebudayaan Jawa dan Islam bisa berdampingan menjadi sebuah kiblat kehidupan yang mulia, Rahmatan lil ‘Alamin. “Acara malam ini Suluk Mantingan adalah sebuah benang merah, relasi antara agama dan budaya tidak perlu dipertentangkan karena sudah satu frekuensi,” terangnya.

Pada acara tersebut sejumah seniman juga hadir dan memberikan apresiasi. Ada Sutarya pegiat seni ukir Jepara, Bayu Andara, Burhan dan   Aminan Basyari koordinator Komite Sastra DKD yang  membacakan puisi. Sedangkan Brodin menembangkan mantra Hong Wilaheng Sekareng Bawono Langgeng. Ki Sholeh Ronggo Warsito, S.Pd.I. dari Mlonggo memimpin doa dan menutupan acara pukul 00.20 WIB.

Hadepe