SEMARANG (SUARABARU.ID)– Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi mengatakan, peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah pada 1443 tahun yang lalu, agar dijadikan spirit untuk evaluasi diri terhadap semua hal yang telah dilakukan di tahun 1442 Hijriyah yang lalu.
”Apakah yang kita lakukan dalam rumah tangga, lingkungan masyarakat, Kota Semarang selama satu tahun sudah baik atau belum. Yang pasti, sambil terus menerus mengetuk pintu langit, kita mesti bersyukur atas segala nikmat yang diberikan Tuhan,” kata Hendi sapaan akrabnya.
Dia mengatakan hal itu dalam acara Pengajian Virtual ‘Istighotsah dan Tahlil Malam Tahun Baru Islam 1 Muharam 1443 H untuk Keselamatan Bangsa’, yang digelar Senin (9/8/2021) lalu.
BACA JUGA: Hadapi Tim Penilai Nasional, Satker Kemenkumham Jawa Tengah Diminta Segera Berbenah
Hendi menerjemahkan semangat hijrah dari sifat malas menjadi lebih rajin bekerja, lebih produktif dalam kehidupannya, semakin dekat kepada Tuhan melalui shalat wajib dan sunnah, wiridan, dzikir dan tahlil.
”Menggunakan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) dan dana CSR untuk terus menerus memerangi kemiskinan dan kebodohan, juga termasuk bagian dari semangat hijrah,” tegasnya.
Sedangkan Plt Kabag Kesra Sekda Pemkot Semarang, Ali Sofyan menjelaskan, kegiatan itu diselenggarakan bekerja sama dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan tiga masjid besar yang ada di Semarang, yaitu Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) Jalan Gajah Raya Semarang, Masjid Agung Semarang (MAS) Kauman Semarang dan Masjid Raya Baiturrahman (MRB) Jalan Pandanaran 126, Simpanglima, Semarang.
BACA JUGA: Kasus Covid-19 di India Capai 32 Juta
Pengajian itu juga diikuti Forkompimda, Wakil Wali Kota Hevearita Gunaryanti Rahayu atau Mbak Ita, Sekda Iswar Aminuddin, Camat, Lurah dan Lembaga keagamaan Islam se-Kota Semarang.
Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Roudlotut Tholibien, Leteh, Rembang, KH Mustofa Bisri, juga ikut menyampaikan tausiah secara virtual.
Pembacaan istighotsah dipimpin Drs KH Ahmad Hadlor Ihsan, pengasuh Ponpes Al-Islah Mangkang Kulon, yang juga Wakil Ketua Bidang Ketakmiran MAJT. Sedang tahlil dipimpin pengasuh Ponpes Roudlotul Quran An-Nasimiyyah yang juga Ketua Takmir Masjid Agung Semarang (MAS) Kauman, KH Hanief Ismail Lc.
BACA JUGA: Warung Makan Gratis “Bumbu Langit”, Makan Kenyang Dibayar Pakai Doa
Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jateng, Dr KH Ahmad Darodji MSi, dalam sambutannya mewakili sesepuh Kota Semarang, menyatakan di tahun baru hijriyah ini, merupakan momen untuk melakukan evaluasi diri.
Sementara itu, Mustasyar PBNU KH Mustofa Bisri dalam tausiahnya menyampaikan, pengajian model online atau virtual sangat tepat pada musim pandemi covid-19.
”Ada baiknya para kiai yang biasa keluar rumah untuk bersilaturahmi atau pengajian, selama satu setengah tahun ini tidak bisa kemana-mana, sebaiknya diajari zoom atau alat-alat digital, agar bisa silaturahim dan ngaji jarak jauh. Sekaligus mengurangi stres di musim covid-19,” saran dia.
BACA JUGA: TXT Jadi Grup K-Pop Ketiga di 200 Chart Billboard Selama Sembilan Minggu Berturut-Turut
Menurut Gus Mus, wabah covid-19 didatangkan Allah SWT ke bumi untuk menghukum manusia yang sudah lupa tugas utamanya sebagai khalifah di muka bumi.
”Ibarat anak sekolah SD, kita sedang dihukum oleh Allah seperti distrap di depan kelas. Tetapi karena sudah kelewatan dan keterlaluan kesalahan kita, sampai distrap dikeluarkan dari dalam kelas. Kita ini khalifah ditugasi Tuhan untuk mengelola dunia, lha kok malah kita yang dikuasai dunia,” tegasnya.
Diungkapkan juga olehnya, peringatan Allah sudah sejak lama disampaikan melalui Alquran, tapi tidak diperhatikan manusia.
BACA JUGA: PDI Perjuangan Tanggapi Konflik Bupati dan Sekda Jepara
”Alih-alih manusia jadi penguasa atau khalifah di dunia, malah manusia yang dikuasai dunia. Mari di kesempatan tahun baru Islam ini, kita melakukan evaluasi diri,” sarannya.
Gus Mus menyebut, covid-19 sebagai wabah kemanusiaan. Orang yang tidak pernah peduli keluarga dan anak-anaknya, diingatkan untuk kembali ke rumah. Karena covid-19 masuk ranah ilmu kesehatan, Gus Mus mengajak semua pihak untuk mempercayai dan husnudzon kepada para ahli kesehatan.
”Para kiai dan ekonom bicara sesuai keahlian masing-masing. Yang paham corona itu ahli-ahli kesehatan, mari kita percayai mereka,” tegas dia.
BACA JUGA: Dr H Z Sukawi MA Dilantik sebagai Rektor Unsiq Jateng di Wonosobo
Di akhir acara, Gus Mus memberikan catatan berupa doa, kepada Wali Kota Semarang, agar selalu dibaca dan diamalkan. Doa itu yakni, ‘Ya hayyu ya qoyyum, birokhmatika nastaghis‘, dibaca tiga kali setiap usai Shalat Subuh dan Maghrib.
Kemudian Gus Mus juga menyarankan untuk membaca istighfar sehari semalam, minimal 100 kali, dan membaca shalawat yang disukai sebanyak-banyaknya tiap waktu, untuk menghilangkan pikiran kosong.
Riyan