JEPARA (SUARABARU.ID) – Ada yang menarik di dukuh Sidomulyo, Desa Banjaragung Sabtu ( 8/5-2021) siang tadi. Sebagian besar ibu-ibu di padukuhan ini memasak ingkung atau dekem ayam.
Sebab ada tradisi unik yang sejak lama dilakukan warga di padukuhan ini. Setiap malam tanggal 27 Ramadan, mereka membawa ingkung ayam ke masjid Al Khoirot dan kemudian menyantapnya bersama. “Ini wujud sedekah dan ucapan syukur kepada Allah SWT,” ujar ustadz Zainul Ufi , takmir masjid Al Khoirod.
Kegiatan yang baik itu dirintis oleh almarhum Mbah Guru Nursyid, demikian santri dan masyarakat menyebut KH.Nursyid. Almarhum adalah seorang guru dan sekaligus guru ngaji yang dikenal sangat sabar dan bijaksana. Sebelum meninggal, ia mengumpulkan santri-santrinya untuk meneruskan tradisi itu. Karena itu adat baik tersebut di lanjutkan oleh ustadz Zainul Ufi dan ustadz-ustadz lainnya.
Disamping itu juga ada kebiasaan baik yang sudah berjalan turun temurun dan berpuluh tahun di masjid Jami’ Al Khoirot. Setiap malam masjid tersebut selalu dipenuhi ratusan santri yang mengaji Alquran secara gratis Puncaknya adalah di acara hataman/khotmil quran santriwan santriwati masjid Al Khoirot yang dilaksanakan malam 27 Ramadan.
Pada malam pitu likur Ramadan itu semua pemuda-pemudi masyarakat hadir berkumpul bersilaturrohim dan berdoa bersama di masjid dengan membawa sodaqoh makanan. Harapannya semoga dimalam 27 ramadan bisa mendapat keberkahan hidup di dunia dan akhirat.
Menurut Miftahussururi selaku sekretaris Takmir Masjid Al Khoirot, acara yang berlangsung Sabtu ( 8/5-2021) malam ini terdapat 88 ingkung ayam yang dibawa warga. Jumlah tersebut berasal dari 38 santri yang khataman Quran dan selebihnya dari masyarakat sekitar.
Disamping itu juga ada penyerahan santunan dari remaja masjid kepada warga yang kurang mampu dan anak yatim
Di masjid Al Khoirot saat ini terdapat 102 santriwan santriwati yang mengikuti proses pembelajaran Alquran. Untuk memberikan pendidikan yang baik ada absensi santri. Sedangkan untuk pembelajaran ini didukung 23 ustadz ustadzah. “Semoga tradisi yang baik ini bisa membawa semangat dan mengispirasi anak-anak santri dalam belajar mengaji Alquran di manapun ia berada,” ujar Miftahussururi.
Makna Ayam Ingkung
Dalam tradisi Jawa, ingkung ayam yang sering kali dimakan dalam acara ritual budaya dan keagamaan berasal dari kata jinangkung dan menekung yang artinya adalah mengayomi dan memanjatkan doa. Namun ada yang mengartikan ingkung berasal dari kata ingsun ( aku ) dan menekung ( berdoa ).
Karena itu banyak makna yang dikandung di dalam penyajian ayam ingkung. Kaki ayam ingkung dibuat seakan bersimpuh dan sayap bersujud melambangkan penyerahan manusia kepada Allah. Sedangkan kepala ayam dibuat menoleh kebelakang merupakan simbul agar manusia selalu ingat apa yang telah dijalani untuk bersyukur atas apa yang telah dimiliki.
Sedangkan pemilihan ayam diharapkan agar manusia meniru perilaku ayam, yang saat diberi makan akan memilih yang baik dan meningalkan yang buruk. Maknanya manusia harus harus mampu memilih yang baik dan meninggalkan yang buruk.
Hadepe – Ulil Abshor