Oleh : Hadi Priyanto
JEJAK perjalanan sejarah Kota Jepara telah sangat sangat lama. Bahkan kota ini telah mulai disebut dalam mitos kerajaan-kerajaan di Jawa. Dalam mitos itu, Jepara telah disebut sebagai daerah kekuasaan Sandang Garba. Ia adalah anak Prabu Suwela Cala atau Prabu Sri Kandiawan, raja Medang Kamulan atau Medang Gale yang juga disebut penguasa di tanah segala asal.
Dalam cerita mitos ini disebutkan bahwa Jepara yang kala itu bernama Jungpara adalah salah satu daerah kekuasaan Sandang Garba, rajanya para pedagang yang sangat terkenal dalam mitos Jawa. Sandang Garba adalah anak Prabu Suwela Cala raja Medang Kamulan atau Medang Gale yang juga disebut penguasa di tanah segala asal.
Prabu Suwela Cala atau ada yang menyebut Sri Prabu Kandiawan memiliki daerah kekuasaan yang sangat luas mulai dari Bagelen, Tumapel, Cajonan hingga Jungpara.
Sri Prabu Kandiawan memiliki 5 orang anak. Mereka sejak kecil dididik dan dipersiapkan untuk menjadi raja dengan mengajarkan bidang-bidang yang akan menjadi pekerjaan dan tanggung jawabnya. Karena wilayah kekuasaannya yang sangat luas, maka ketika usianya telah semakin tua, Sri Prabu Kandiawan membagi wilayah kekuasaannya kepada putra-putranya.
Disamping membagi atas dasar wilayah, Sri Prabu Kandiawan juga membagi dalam bidang-bidang yang menjadi kebutuhan rakyat Kerajaan Medang Kamulan.
Dengan pembagian fungsi itu diharapkan kerajaan Medang Kamulan dapat berkembang dengan baik dan dapat mensejahterakan rakyatnya. Disamping itu ia berharap anak-anaknya dapat bekerjasama, rukun dan saling tolong menolong. Sebab masing-masing terikat dan tergantung satu dengan yang lainnya.
Anak yang pertama adalah Sri Panuwun. Ia dikenal juga sebagai Prabu Among Tani yang menguasai, mengatur dan pemimpin para petani. Ia ahli pengairan, pertanian dan juga pemerintahan. Harapannya hasil pertanian dari kerajaan ini dapat memenuhi kebutuhan rakyat Medang Kamulan.Ia berkedudukan di Medang Gele atau Pegelen.
Kemudian yang kedua adalah Sri Sandang Garba, rajanya kaum pedagang yang menguasai Jungpara atau Jepara hingga Cajonan atau Juana. Dia bertugas mengatur dan mengembangkan perdagangan bukan saja diantara wilayah kerajaan Medang Kamulan, tetapi juga mengatur perdagangan dengan kerajaan lain.
Sedangkan adiknya bernama Prabu Kalung Kala yang bertugas mengatur pertahanan dan berkedudukan di Prambanan. Tugas utamanya adalah menjaga ketentraman dan keamanan rakyat di kerajaan Medang Kamulan serta menjaga agar kerajaan tidak diserang oleh kerajaan lain.
Putra keempat adalah Sri Petung Laras atau dikenal juga sebagai Tunggul Ametung atau Raja Kadewan dan memerintah Kediri. Ia seorang pendeta yang banyak memberikan pencerahan spiritual rakyat Medang Kamulan. Anak terakhir Sri Prabu Kandiawan adalah Sri Jetayu atau Dandang Gendis rajanya kaum agama atau kaum pertapa dalam mitos Jawa yang memerintah kerajaan Kuripan dan Jenggala.
Sandang Garba, Rajanya Kaum Pedagang
Pada saat Sandang Garba menguasai Jungpara atau Jepara dan Cajongan atau Juana, ia telah membangun kerjasama dengan Tuban utamanya untuk perdagangan hasil bumi. Sandang Garba banyak menjual barang-barang dari Jepara, Juana dan juga dari daerah-daerah yang menjadi kekuasaan saudaranya kekerajaan lain.
Sebaliknya ia juga membeli hasil pertanian dari Tuban untuk dijual ke wilayah Medang Kamulan. Konon waktu itu Sandang Garba juga sudah mulai melakukan kerjasama perdagangan dengan para saudagar dari seberang lautan.
Namun diantara dua wilayah yang menjadi kekuasaan Sandang Garba, konon Jungpara dapat lebih cepat berkembang dibandingkan dengan Juana. Sebab Jungpara memiliki teluk yang perairannya dalam sehingga dapat untuk bersandar perahu-perahu besar. Karena itu banyak saudagar dari kerajaan seberang yang mulai berdatangan ke Jepara.
Mereka menjual barang-barang yang dibawa dari negerinya dan membeli hasil bumi dari kerajaan Medang Kamulan. Sedangkan Juana wilayah pantainya kurang baik untuk pelayaran perahu-perahu besar.
Waktu itu konon Cajongan terletak disebelah timur selat Silugonggo yang memisahkan Muria dengan pulau Jawa. Sedangkan Ujungpara terletak disebelah barat selat ini. Karena itu perdagangan di Jepara lebih maju dibandingkan dengan Juana.
Disamping itu masyarakat Jepara lebih pandai berdagang dan juga pandai membuat barang-barang kerajinan. Barang-barang kerajinan ini dijual ke negeri lain di tanah seberang melalui saudagar yang datang ke Jepara atau ke wilayah lain di negeri Medang Kamulan yang dipimpin oleh saudara-saudara Sandang Garba.