JEPARA (SUARABARU.ID) – Salah satu gagasan dan pemikiran RA Kartini yang masih memiliki relevansi kuat dengan kondisi saat ini adalah pentingnya membangun budi pekerti yang kuat disamping gererasi yang cerdas dan terampil.
Karena itu pendidikan karakter yang oleh Kartini disebut budi pekerti sangat diperlukan disetiap jenjang pendidilkan. Dalam konteks ke Indonesiaan, maka karakter Pancasila harus menjadi arah dan landasan pembentukan karakter bangsa.
Hal tersebut diungkapkan oleh Ketua Yayasan Kartini Indonesia, Hadi Priyanto saat berbicara dalam Seminar Virtual Memperingati 142 tahun Kelahiran RA Kartini yang diselenggarakan di Pendopo Kecamatan Mayong, Selasa 20/4-2021.
Seminar yang dipandu oleh Ulil Abshor tersebut juga menghadirkan aktivis perempuan Murniati, Iskak Wijaya budayawan, Indria Mustika Guru dan Abndi Munif pegiat budaya Jepara.
Dalam seminar virtual dengan tema Surat-Surat yang Tetap Bersuara tersebut Hadi Priyanto yang berbicara peran besar Kartini dalam membangkitkan spririt kebangsaan dan nasaionalisme juga menyesalkan hilangnya Pancaslia dan Bahasa Indonesia dalam Standar Nasional Pendidikan yang dituangkan dalam Peraturan Pemerntah No. 57 tahun 2021.
PP tersebut telah ditandatangani oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 30 Meret 2021 dan telah diundangkan dalam lembar negara pada tanggal 31 Meret 2021.
“Ini persoalan serius dan bukan semata hanya kesalahan pengetikan. Sebab dalam PP tersebut tidak lagi mencantumkan nomenklatur Pancasila dan Bahasa Indonesia sebagai mata pelajaran yang wajib ada dalam kurikulum pendidikan dasar menengah dan di pendidikan tinggi. Keduanya adalah bagian penting pembentukan karakter bangsa,” ujar Hadi Priyanto. Oleh sebab itu harus segera dilakukan segera revisi peraturan pemerintah tersebut.
Hidupkan kembali gagasan Kartini
Sementara Iskak Wijaya mengajak semua fihak untuk menghidupkan kembali gagasan dan pemikiran RA Kartini. “Seharusnya buku Habis Gelap Terbitlah Terang menjadi buku wajib yang harus dimiliki dan dibaca oleh para pemangku kepentingan, para guru, pejabat pemerintah dan bahkan masyarakat Jepara,” ujar Iskak. Sebab dengan demikian gagasan pemikiran dan cita-cita Kartini akan terus hidup.
Sedangkan Indria Mustika melihat pentingnya merumuskan nilai-nilai keutamaan dan keteladanan RA Kartini. “Nilai-nilai itu dan juga turunannya akan memudahkan anak-anak dalam meneladani spirit dan juga memahami gagasan dan cita-cita Kartini. Nilai keutamaan seperti emansipatif, nasionalis, kritis, optimis, kreatif, bersahaja dan jujur masih memiliki relevansi kuat dengan persoalan bangsa saat ini,” tegas Indria.
Hal senada juga disampaikan oleh Murniati. “Walaupun secara formal tidak ada lagi diskriminasi, namun masih banyak gagasan dan cita-cita RA Kartini yang harus terus diperjuangkan. Tingginya angka KDRT, kawin muda, HIV /AIDS dan rendahnya peran perempuan disektor publik adalah bentuk nyata persoalan tersebut,” ujar Murniati.
Sementara Abdi Munif menggajak semua fihak untuk terus membuka ruang-ruang diskusi untuk menghidupkan kembali gagasan dan cita-cita RA Kartini yang masih relevan untuk menghadapi persoalan kebangsaan kita.
Hadepe / ulil abshor