Sambil menunggu waktu berbuka puasa, Ganjar Pranowo bersepeda ke sejumlah UMKM di Sampangan, Semarang. Foto: dok/ist

SEMARANG (SUARABARU.ID)– Bantuan dan pelatihan terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang diberikan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan pemerintah daerah, telah mampu mengangkat nilai jual, memperluas pasar, hingga memberdayakan masyarakat sekitar.

Seperti cerita pelaku UMKM yang didatangi Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, di sela gowes sambil menunggu waktu berbuka puasa, Sabtu (17/4/2021) sore. Cerita pertama datang dari Yuli Widiasih, owner dari Narraya Creation, di Kelurahan Bendan Dhuwur, Kecamatan Gajahmungkur, Semarang.

Narraya Creation yang bergerak di bidang pengolahan limbah atau sampah plastik, kain perca, minyak kemiri dan minyak klentik itu, sudah berdiri sejak 2007. Usaha itu ternyata bisa menggerakkan dan membina masyarakat sekitar, termasuk anak-anak muda.

BACA JUGA: Polisi Tetap Jaga Gereja untuk Memberikan Keamanan Jemaat dalam Beribadah

”Bergabung dengan pembinaan Karang Taruna sekitar 4-5 tahun lalu. Untuk bahan sampah plastik kami kumpulkan dari warung-warung. Jadi kita ambil dari warung dan dibarter dengan gula atau minyak,” ujarnya, saat didatangi Ganjar.

Dalam kesempatan itu, Yuli juga mendapat pesan dari Gubernur Jateng, agar pada masa pandemi ini bisa bersahabat dengan covid-19, tetapi juga harus tetap berkarya dengan memperhatikan protokol kesehatan.

Cerita kedua tentang kesuksesan pelaku UMKM disampaikan pemilik UMKM Keripik Mbak Pesek, Sriyati. Dia mengaku, sejak mendapatkan pelatihan dan bantuan dari pemerintah, produk keripik tempe produksinya berhasil memperluas pasar. Bahkan bisa merambah ke minimarket, supermarket, serta tempat wisata dan pusat oleh-oleh.

BACA JUGA: Ditemukan Puluhan Botol Bekas Minuman Keras di Balkondes Borobudur

Pelatihan terkait kemasan itu berhasil mendongkrak nilai jual, dari semula Rp 10 ribu bisa menjadi Rp 15 ribu-Rp 20 ribu per kemasan.

”Awalnya produk dikemas biasa. Setelah dapat bantuan dan pelatihan soal cara mengemas dengan labeling standard, juga bantuan terkait izin PIRT dari Dinkop Provinsi Jawa Tengah serta sertifikasi halal, mulai bisa masuk ke minimarket dan supermarket. Sebulan dari dua pasar itu rata-rata Rp 15 juta. Masih ditambah saya jual di kios sekitar Rp 400 ribu-Rp 600 ribu,” ujarnya.

Sriyati menjelaskan, beberapa bantuan lain bersumber dari Baznas dan bantuan CSR untuk bahan baku. Beberapa bantuan itu digunakan untuk membeli peralatan untuk mendukung produksi.

BACA JUGA: Pesepeda di Kota Magelang “Ngabuburit” Sambil Berbagi

”Untuk kios namanya Kayla Snack. Sejak pandemi kerja sama dengan teman UMKM lain, dengan menjualkan produk di kios. Buka pagi sampai pukul 15.00 WIB,” ungkap dia.

Cerita berikutnya dituturkan pemilik UMKM Bagor Bucah (Bawang Goreng Bu Cahyo). Usahanya semakin berkembang, setelah difasilitasi pemerintah. Seperti pelatihan kemasan, sertifikasi halal, hak kekayaan intelektual, hingga pembinaan.

”Pelatihan yang didapat soal hak kekayaan intelektual, konsultasi kemasan dan pembukuan. Dalam pelatihan itu sangat membantu, karena langsung diimplementasikan. Misal cara menbuat kemasan dan foto produk bagus. Omzet juga bisa meningkat dua kali lipat, dulu Rp 10 juta sekarang rata-rata Rp 20 juta,” terang dia.

BACA JUGA: Bersama TNI-Polri, Linmas Ikut Amankan Penguburan Secara Prokes

Berbagai cerita kesuksesan pelaku UMKM setelah mendapat pelatihan dan pembinaan itu diapresiasi Ganjar Pranowo.

Dalam berbagai kesempatan, dia menyatakan, yang dibutuhkan pelaku UMKM agar bisa meningkatkan kualitas adalah, pelatihan packaging dan market place. Hal itu yang terus dikembangkan Pemprov Jateng, melalui Dinas Koperasi dan UMKM.

”Cerita-cerita positif seperti itu yang bisa memicu kita untuk terus berinovasi, termasuk memberikan pelatihan dan pendampingan kepada pelaku UMKM. Bahkan kalau bisa kita menjadi off taker untuk membuka pasar,” kata Ganjar, dalam beberapa kesempatan terkait pengembangan UMKM di Jateng.

Riyan-Sol