blank
Arya Surendra/dok

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Membina sepak bola itu gampang-gampang susah. Namun, jika mau konsisten, mengelola bola bisa terus bertahan dan mendatangkan manfaat pada banyak orang. Itulah yang dilakukan Arya Surendra, manajer tim Universitas Surakarta (Unsa).

Rektor Unsa ini mulai menangani timnya sejak 2010. Dalam membina, Arya mengikuti filosofi Johan Cruyff, eks pemain dan pelatih top asal Belanda. Cruyff dikenal sederhana tapi efektif.

”Filosofi Cruyff adalah untuk menang kita harus mencetak gol lebih banyak dari tim lawan. Filosofi itu saya tambah dengan pesan bapak saya: cari jeneng (nama) dulu, baru dapat jenang,” ujar Arya. Menurut dia, hanya dengan konsistensi, pembinaan sepak bola bisa berjalan. Tanpa itu, pembinaan bakal gembos setelah masuk tahun ketiga atau keempat.

”Kuncinya pada konsistensi. Kalau itu bisa dijaga, maka pembinaan akan langgeng,” ungkap ayah tiga anak berusia 36 tahun ini. Arya mau membina sepak bola karena mengikuti jejak ayahnya, Prof Brodjo Sudjono. Brodjo pernah dipercaya menjadi manajer tim Arseto Solo.

”Amanah almarhum bapak akan saya jalankan dengan sepenuh hati. Saya senang karena banyak pemain Unsa yang bisa menembus skuad Persis Solo. Bisa menjadi bank pemain bagi Persis jelas membanggakan,” tutur ketua bidang pembinaan usia muda Asosiasi Kota (Askot) PSSI Solo itu. Dia menambahkan salah satu pemain binaannya, Diego Banowo, sekarang memperkuat Persela Lamongan yang berkiprah di Liga 1. Sebelumnya, Diego ikut berperan meloloskan Persita Tangerang promosi ke Liga 1.

Untuk mencari pemain, pihaknya memiliki Sekolah Sepak Bola (SSB) di Sragen. Di samping itu, Unsa menerjunkan lima pemandu bakat yang bertugas menyeleksi para pemain berusia 17 hingga 23 tahun. Mereka yang lolos seleksi diberikan bea siswa, jaminan kesehatan, dan mes.

Saat ini tim Unsa ditangani Titan Suryata, putra Yudhi Suryata (mantan pelatih Persijap Jepara). Prestasi terbaik Unsa adalah menjadi finalis Campus Cup 2016-2017. Mereka kalah dari Universitas Negeri Jakarta di partai pamungkas.

Selain itu, Unsa pernah tampil di Liga 3 Jateng 2016-2017. Kala itu anak-anak yang dimanajeri Arya menempati peringkat ketiga. Jika Liga 3 Jateng nanti diputar lagi, pihaknya siap untuk ambil bagian.

Pria bertampang kalem itu mengakui membina sepak bola butuh ongkos tinggi. Timnya dibiayai dengan dana mandiri. Penggalangan dana, lanjut dia, tidak sulit asalkan punya koneksi, memiliki jaringan kerja, kreatif, dan proaktif.

rr