Kiai Agus Sunyoto beserta rombongan ziarah ke makam Ratu Kalinyamat di Mantingan.

JEPARA (SUARABARU.ID)- Sejarah kota Jepara sepertinya mendapat perhatian khusus dari seorang sejarawan sekaligus Ketua Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia Nahdlatul Ulama’ (Lesbumi NU) K.H. Agus Sunyoto. Hal ini terlihat dari kunjungannya ke kota ukir beberapa hari yang lalu, tepatnya pada tanggal 14-15 Desember 2020.

Kiai Agus berada di Benteng Portugis Jepara.

Dalam kunjungannya ke Jepara, Kiai Agus menyempatkan waktunya untuk mengunjungi beberapa situs sejarah yang tersebar di berbagai tempat. Salah satunya adalah dengan mengunjungi makam Ratu Kalinyamat di Mantingan, serta Benteng Portugis yang berada di Desa Banyumanis, Kecamatan Donorojo, Kabupaten Jepara.

Diskusi dengan mengupas Sejarah Jepara, bersama Pengurus PCNU Jepara dan Lesbumi.

Ketika ditemui oleh suarabaru.id, dalam sebuah diskusi yang diselenggarakan oleh Lesbumi PCNU Kabupaten Jepara, Kiai Agus membeberkan banyak fakta sejarah yang selama ini tidak pernah dikaji oleh para sejarawan maupun oleh masyarakat Jepara. Salah satunya adalah keberadaan Benteng yang diberi nama Benteng Portugis.

Kiai Agus mengatakan bahwa Benteng Portugis itu bukan benteng yang dibangun oleh bangsa Portugis. “Sejak kapan Portugis membangun benteng di Jepara, sedangkan bangsa Portugis tidak pernah menjejakan kakinya di Jawa, apalagi bisa masuk sampai Jepara”, ujar Kiai Agus.

Lebih lanjut Ia mengatakan, bangsa Portugis itu musuh bebuyutanya Jepara. “Bangsa Portugis tidak pernah berani menjejakan kakinya di Jawa karena takut akan keberadaan armada perang Jepara sejak Adipati Unus sampai Ratu Kalinyamat. Hanya pasukan dari Jeparalah yang berani menyerang Portugis di Malaka. Dan pada saat itu, yang lebih dikenal oleh bangsa Portugis adalah Jepara, bukan Demak atau Majapahit”, lanjutnya.

Selain benteng Portugis, Kiai Agus juga menyinggung keberadaan kapal perang Adipati Unus yang pada saat itu sudah terbuat dari baja. Menurutnya, dari beberapa catatan sejarah, terutama tulisan Tome Pires, disebutkan bahwa kapal perang Adipati Unus yang terbuat dari baja diabadikan menjadi sebuah monumen.

“Jika kapal tersebut terbuat dari baja, bangkainya pasti masih ada. Inilah tugas kita untuk menelusuri jejak-jejak sejarah Jepara yang banyak dihilangkan. Terutama pasca Jepara dihancurkan Mataram, bukti-bukti sejarah kebesaran Jepara seperti hilang ditelan zaman”, tutur Kiai Agus disela-sela diskusi.

Sementara itu, panitia dari Lesbumi PCNU Kabupaten Jepara yang diketuai oleh Ngateman, merasa tertantang untuk membuat sebuah buku tentang sejarah Jepara. “Kami sangat termotivasi dengan apa yang disampaikan oleh Kiai Agus. Kami juga selama ini intens berkomunikasi dengan beliau. Beliau siap mensuport sumber sejarah tentang Jepara yang dimilikinya. Bahkan data-data dan catatan-catatan dari para sejarawan akan dikeluarkan sebagai referensi pembuatan buku tentang sejarah Jepara. Do’akan semua berjalan lancar”, ujar Ngateman.

Hadepe / ua