Sensasi puncak B 29, di desa Argosari bisa melihat lautan awan yang luar biasa menakjubkan sejauh mata memandang

Menikmati Sensasi Wisata Lumajang

Oleh : Dian Purnamawati

 

Lumajang? Ah gersang, susah air lagi…

Itulah persepsi saya tentang kota Lumajang ketika masa2 kuliah di tahun 94 an dan mantan pacar saya menjalani KKN disana.

Namun anggapan itu sirna setelah berkujung kesana. Wisata Lumajang sendiri memang belum seterkenal Banyuwangi yang sedang naik daun atau Wonosobo yang selalu mempesona. Bahkan ada juga yang belum tahu dimana kota ini. Sungguh disayangkan karena sebenarnya, Lumajang atau dulu disebut Lamajang sudah terkenal sejak tahun 1182 sebagaimana tersebut dalam prasasti Ranu Kumbolo.

Ditambah lagi daerah ini sempat mempunyai otonomi sendiri pada awal berdirinya Majapahit dengan tokohnya yaitu Raden Arya Wiraraja. Menurut sejarah, orang inilah yang membantu Raden Wijaya melawan Kerajaan Kediri dan juga mengusir pasukan Mongol dari Nusantara. Karenanya kemudian diberi hadiah setengah dari wilayah kerajaan Singasari yang meliputi Jawa bagian timur sampai ke Madura. Bagi anda yang tertarik dengan sejarah, dapat mengunjungi Situs Biting yang berada di daerah Sukodono. Disana terdapat tumpukan batu bata besar seluas 135 hektar yang diperkirakan dahulu merupakan sebuah benteng. Menurut sejarah, situs itu ada keterkaitan dengan Majapahit dan merupakan bukti pernah ada kerajaan besar disana yang kemungkinannya adalah Kerajaan Lamajang atau disebut Majapahit Timur.

Karena letak geografisnya berada di lereng Semeru, maka cuacanya cenderung sejuk. Hasil-hasil pertanian sangat subur disini. Yang terutama banyak dijadikan buah tangan adalah salak dan pisang khas yang dikenal dengan sebutan pisang agung semeru. Cirikhasnya adalah daging buahnya yang besar dan tebal. Dahulu, perkebunan pisang jenis ini hanya ada di kecamatan Senduro, namun saat ini sudah ada beberapa tempat lain di Lumajang yang bisa digunakan untuk pembudidayaan jenis pisang ini.

Karena letaknya di kaki gunung semeru, keindahan alam Lumajang sangat lengkap. Apabila anda sudah pernah ke Bromo dan ingin melihat tempat yang lebih tinggi lagi, datanglahke B 29, di desa Argosari yang letaknya satu tempat dengan perkebunan pisang tadi, yakni di Kecamatan Senduro. Apabila anda berkendara dari arah kota Lumajang diperlukan waktu sekitar 2 jam untuk sampai disana. Setelah sampai di areal parkir, untuk menuju keatas, anda bisa jalan kaki atau menyewa ojek yang banyak tersedia. Menggunakan motor pribadi pun dimungkinkan namun tidak saya sarankan mengingat jalan menuju kesana sempit, menanjak dan cukup berbahaya apabila tidak pandai mengemudinya. Saya sendiri menggunakan jasa ojek yang sudah sangat lihai dengan situasi. Sepanjang perjalanan keatas yang saya lalui sekitar 20 menit, saya disuguhi hembusan angin pagi dan pemandangan yang luar biasa indah sepanjang jalan.

Apabila cuaca sedang baik, di puncak B 29, anda akan melihat lautan awan yang luar biasa  menakjubkan sejauh mata memandang. Karenanya tempat ini disebut juga negeri diatas awan. Dingin dan letih hilang seketika pada saat itu. Yang tersisa hanya kekaguman, ternyata Indonesia juga ada tempat seindah ini.

Karenanya anda jangan kesiangan karena sekitar jam 7 pagi, awan-awan tersebut akan berangsur-angsur hilang dan digantikan dengan pemandangan perbukitan. Untuk sarapan jangan khawatir, di sekitar tempat itu banyak warung-warung kopi dan sarapan yang dikelola oleh penduduk lokal.Cukuplah untuk mengganjal perut dan melanjutkan perjalanan.

Arah pulang, masih di kecamatan yang sama, jangan lewatkan untuk melihat Pura megah yang konon tertua di Indonesia yaitu Pura Mandaragiri Semeru Agung. Biasanya pada akhir pekan, pura ini selalu ramai dikunjungi oleh umat Hindu yang akan beribadah, namun cukup banyak juga wisatawan yang hanya dating untuk sekedar melihat-lihat atau berfoto. Tiket masuk tidak dikenakan namun karena ini adalah tempat beribadah, anda harus mengikuti aturan-aturan yang berlaku disana antara lain dengan berpakaian sopan dan tidak membuat kagaduhan.

Setelah dari Senduro, anda bisa melaju ke Pronojiwo. Kecamatan ini berbatasan dengan Malang dan menawarkan banyak obyek wisata menarik  yang memanjakan mata. Salah satunya adalah air terjunTumpak Sewu yang disebut-sebut Niagara-nya Indonesia karena bentuk airnya yang seperti tirai lebat.

Tiket masuk ke obyek ini cukup murah, hanya Rp.10.000. Karena letaknya seperti di dalam hutan, jadi dari tempat parker sampai ke area dimaksud, anda dapat menikmati kicauan burung dan rimbunnya pepohonan. Jangan lupa untuk memakai alas kaki yang nyaman dan sol yang berkaret agar tidak terpeleset karena jalanan yang cukup licin.

Sampai di tempat tujuan, anda dapat menikmati obyek wisata tumpak sewu ini dari 2 sisi, bias dari atas atau turun kebawahnya. Jika tidak ingin berbasah-basah, anda cukup melihat dan mendengar diatas gemuruh air dari gardu pandang yang cukup aman karena disediakan pengaman dari besi. Namun apabila belum puas, anda bisa turun kebawah dan merasakan langsung sensasi guyuran air di badan. Saya sarankan anda sangat berhati-hati karena aksesnya cukup sulit yaitu menuruni bukit melalui tangga besi kurang lebih 1 km an. Jalurnya lumayan ekstrim karena licin dan berbatu. Untuk pegangan tangan, disediakan tali sehingga sangat tidak disarankan untuk turun setelah sore hari atau pada saat hujan.

Setelah sampai di bawah dan akan menuju air terjun tersebut, anda akan melewati jalanan yang landai dan seakan-akan gerbang masuk tumpak sewu. Tempat ini dikenal dengan sebutan tebing perawan. Setelah melewati ‘gerbang’ tersebut, barulah hembusan air sejuk dapat kita rasakan. Apabila anda melihat keatas, terlihat jelas ribuan tirai air rapat yang membuat tempat ini begitu indah.

Setelahnya anda juga bisa jalan sedikit kegua bidadari tidak jauh dari situ. Tempatnya cukup indah, ditambah suasana yang masih asri, saya jamin anda akan betah berlama-lama disini. Jika masih punya tenaga, anda bisa lanjut jalan sekitar 50 m anda  akan mendapati telaga yang berwarna biru. Airnya tidak dalam dan sangat jernih sehingga pandangan mata akan sampai kedasar kolam. Disini anda akan puas bermain air dan berenang. Namun jangan terlalu lama, kembalilah sebelum sore karena menjelang sore hari tempat ini akan sangat gelap dan membuat kesulitan untuk kembali keatas.

Di Pronojiwo ini selain tumpak sewu, sebenarnya masih banyak wisata yang tidak kalah indah seperti air terjun kapas biru dan sumber telu. Namun apabila anda bosan dengan wisata air, anda dapat trekking ke puncak Sriti untuk menikmati matahari terbenam disana. Obyek wisata ini belum lama dibuka namun sudah cukup terkenal. Perjalanan untuk sampai kepuncak Sriti sekitar 30 menit berjalan kaki dan saya sarankan pada saat sore hari. Kenakan baju nyaman dan nikmatilah suasana sunset ditempat ini yang begitu menawan.

Pada saat kunjungan saya ke Lumajang  beberapa waktu lalu, saya  sempat juga mengikuti Lava Tour  Semeru. Hampir mirip seperti lava tour Merapi, perjalanan disini juga mengenakan jeep yang tarifnya Rp 400.000 untuk 4-5 jam.  Dalam tur ini, saya tidak hanya melihat hamparan bekas lava tapi juga melewati pesawahan, hutan pinus obong, penambangan pasir dan juga benteng semeru. Karena jalannya masih tanah dan terjal, jadilah sepanjang perjalanan di jeep penuh teriakan karena terguncang-guncang. Wisata ini cukup menarik walau belum banyak yang tahu. Sangat disayangkan tempat ini tutup setelah erupsi kemarin. Entah kapan dibuka lagi.

Bagaimana, sudah ingin ke Lumajang?

(Dian Purnamawati, Penggiat Wisata, tinggal Di Babadan Kabupaten Semarang)

Suarabaru.id