SEMARANG (SUARABARU.ID)– Menyikapi belum redanya krisis kesehatan global Covid-19, panitia menyiapkan dua rencana, Plan A dan Plan B, terkait rute yang akan digunakan elite runner (pelari elit), dalam penyelenggaraan lomba lari Borobudur Marathon 2020, di kawasan Candi Borobudur, Magelang, pada (15/11/2020) mendatang.
Diungkapkan Panitia Penyelenggara, Lukminto Wibowo, rute awal atau Plan A bagi pelari marathon (42,195 km) di BorMar tahun ini adalah, rute half marathon (21 km). Dimana pelari berlari dua kali putaran di lintasan half marathon.
”Rute ini masih menyusuri area perbukitan, sawah dan kampung, sehingga bisa disaksikan langsung masyarakat dari jarak dekat,” kata Lukminto dalam keterangannya di Semarang, Jumat (9/10/2020).
BACA JUGA : Covid-19 di Kabupaten Magelang Tambah 28 Konfirmasi Baru
Namun dalam perkembangannya, imbuh dia, pihaknya menyiapkan Plan B, yaitu 30 pelari elit yang berlari di sekitar lokasi taman candi dengan protokol kesehatan, dan tanpa penonton.
”Menurut hitungan kami, di sekitar taman Candi itu kan jaraknya 2,4 km. Jadi peserta bisa berlari sebanyak 17 kali putaran. Terus terang kami khawatir, BorMar menciptakan klaster baru pandemi corona, karena di sana ada celah kerumunan penonton. Ini yang sekuat tenaga kami hindari,” ujarnya.
Ditambahkan Luki, sapaan akrabnya, terkait model rute di sekitar candi, terinspirasi pelaksanaan London Marathon, yang baru saja digelar 4 Oktober lalu. Rute yang dilalui bukan di jalanan, namun di St James Park secara tertutup, dengan protokol kesehatan dan keamanan yang super ketat.
Hanya saja, faktor pembeda dari London Marathon adalah, pada BorMar kali ini pesertanya dikhususkan kaum muda di bawah 45 tahun. Mereka adalah pelari yang direkomendasi PB PASI, dan pelari yang menjuarai BorMar tahun 2019 lalu.
”Terkait dengan Plan B ini, kami akan berkonsultasi dengan Pak Ganjar Pranowo, selaku Gubernur, untuk mendapatkan arahan dan masukan,” tambahnya.
Di bagian lain, Ketua Yayasan Borobudur Marathon, Liem Chie An menilai, jika Plan B dimana pelari hanya mengitari lingkungan candi, bisa dikatakan sebagai jalan tengah mencegah penularan virus corona. Pihaknya memrioristkan unsur safety atau keselamatan, baik itu pelari maupun masyarakat.
Siaran Televisi
”Kami memang menyosialisasikan jaga jarak dan kenakan masker bagi penonton nanti. Namun di lapangan, siapa yang bisa menjamin? Jika Plan A digunakan, sepertinya sulit untuk menghalau penonton yang ingin melihat dari dekat. Jarak 21 km itu panjang lho,” kata pengusaha ayam dan perhotelan itu.
Menurutnya, berbeda dengan Plan B yang berada di lingkungan candi, yang minim atau bahkan tanpa penonton. Unsur safety terjaga. Itu sudah dilakukan di London Marathon. Di BorMar nanti akan ada juga siaran langsung televisi. Jadi penonton bisa mengikuti perhelatan itu secara langsung.
Bagi Chie An, yang penting saat ini adalah bagaimana aura dan eksistensi Borobudur Marathon tetap menggema, menciptakan spirit berlari dengan tidak mengesampingkan kesehatan masyarakat.
Seperti diketahui, wabah corona membuat BorMar tahun ini menggunakan sistem hybrid yaitu kolaborasi elite runner (pelari undangan di Borobudur), dan virtual yang diikuti pelari di seluruh penjuru negeri ini. Pada kategori virtual, peserta bisa memilih nomor lari yang diikuti, baik itu marathon, half marathon atau 10 km.
Hingga kini, sudah tercatat 6.350 pelari virtual yang siap berpartisipasi. Angka itu di luar ekspektasi panitia, yang menargetkan 5.000 runners.
”Peserta virtual melonjak. Karena masih ada waktu, diprediksi bisa mencapai 10.000 pelari. Ini realitas yang membuat kami semangat untuk tetap menggelar BorMar. Meskipun di tengah pandemi, semangat untuk berlari masih tinggi,” tandasnya.
Riyan-Sol