Oleh: Amir Machmud NS
//…ada misteri di wajahnya// pikiran yang tak terucap// ada tindakan di pikirannya// langkah yang tak terungkap// umpannya menjadi kata// bolanya menjadi bahasa// dia gerakkan kehidupan dalam kesebelasannya// regisseur, sang pengatur// dengan kelembutan pikiran bola// bagai mencecap keindahan partitur Mozart…// (Sajak “Andrea Pirlo”, 2020)
JUVENTUS memilih “Mozart” ketimbang mempertahankan lelaki berjiwa petualang dari Napoli itu. Andrea Pirlo ditetapkan sebagai pelatih Bianconeri, setelah memecat Maurizio Sarri yang sebenarnya “tidak terlalu gagal” berkat sukses memberi scudetto kesembilan kali beruturut-turut, namun terhenti di 16 besar Liga Champions.
Langkah spekulasikah ini, ketika manajemen Juve memercayakan tim kepada pelatih yang minim jam terbang? Pirlo terhitung baru Juli lalu dipercaya menangani tim U-23 Juventus, sedangkan desas-desus pergantian Sarri lebih mengarah kepada nama-nama paten, Massimiliano Allegri dan Mauricio Pochettino.
Akan tetapi, dengan jejak miminalis itu pun, Pirlo tidak layak disambut dengan pertanyaan, “Pirlo who?”, atau “Chi o chi Pirlo?”. Dia laksana Zinedine Zidane untuk Real Madrid, Pep Guardiola untuk Barcelona, atau Kenny Dalglish untuk Liverpool.
Manajemen Juventus boleh jadi mencoba mengimitasi jejak Pep dan Zidane, seperti fans Barcelona yang kini merindukan kembalinya sang legenda, Xavi Hernandez untuk mengarsiteki Azulgrana. Dengan keyakinan penuh, seperti disampaikan oleh Direktur Klub Fabio Paraciti, pengangkatan Pirlo lebih ke soal firasat bahwa dia merupakan sosok yang tepat.
“Keputusan itu sangat natural, dalam gaya Juventus. Kami yakin dia ditakdirkan menjadi hebat semasa menjadi pemain, dan kami berpikir dia bisa melakukan hal yang sama sebagai pelatih,” tuturnya kepada Sky Sport Italia yang dikutip Football Italia.
Selain kapasitas teknik personal, manajemen Juve meyakini karisma Pirlo mampu mengatasi ruang ganti yang dalam beberapa hal terkadang mengekspresikan ego para bintang. Dari segi taktik, barang tentu dia masih harus beradaptasi, namun setidak-tidaknya kehadiran dengan modal perbawa akan menghembuskan keseganan seperti Zidane di Madrid, atau kini Frank Lampard di ruang ganti Chelsea.
* * *
BIROGRAFI Andrea Pirlo, Penso Quindi Gioco atau Aku Berpikir Maka Aku Bermain, membuka banyak hal tentang personalitas, gaya bermain, dan filosofinya. Dia pemain yang sederhana, berjuang sejak merintis karier di Brescia, Internazionale Milan, dipinjamkan ke Reggina, menemukan sinar di AC Milan, lalu melegenda bersama Juventus.
Judul biografi itu terinspirasi pernyataan terkenal filsuf legendaris asal La Haye, Prancis, Rene Descartes, Cogito Ergo Sum atau “Aku Berpikir Maka Aku Ada”. Menurut “Bapak Matematika” itu, satu-satunya hal yang pasti di dunia adalah keberadaan seseorang itu, yang secara faktual dapat dibuktikan bahwa dia bisa berpikir.
Pengakuan terhadap Pirlo adalah keistimewaannya. Gaya sepak bolanya dikemas sederhana. Metamorfosis dari gelandang serang ke gelandang bertahan dengan peran playmaker. Posisi khusus untuk Pirlo itu merupakan “temuan” Carlo Ancelotti ketika berkolaborasi di AC Milan. Ancelotti mengintroduksi peran gelandang di depan dua bek tengah sebagai deep-lying miedfielder. Pirlo mengembangkannya dengan naluri sebagai metronom, menjadi regisseur dalam skema garis regista.
Visi bermain dengan umpan-umpan panjang akurat menjadi ciri khas pemain berwajah melankolik nan misterius ini. Setiap dia menguasai bola, sendi-sendi tim seolah-olah digerakkan dalam sebuah “perintah” akan adanya serangan penting. Sebagai pengatur permainan, dia seperti menggerakkan orkestrasi tim dengan partitur-partitur simfoni. Dialah Mozart-nya sepak bola.
Gerakannya lembut, tanpa mengandalkan kecepatan dan kekuatan. Pirlo menginspirasi dengan “mengatur” permainan seperti Xavi Hernandez dalam ritme tiki-taka di Barcelona. Bedanya, dia punya keunggulan plus, yakni akurasi tendangan bebas yang menjadikannya sebagai salah satu maestro free kick di samping Rivelino, Nelinho, Eder, Ronaldo Nazario, Ronaldinho, Juninho Pernambucano, David Beckham, dan kini Lionel Messi.
Pirlo mengaku belajar total dari Juninho, pemain Lyon asal Brazil. Dia simak video-video detail cara Juninho berancang-ancang, menggunakan bagian kakinya, dan timing melepas kanon. Dia menambah sendiri jam latihan di Milanello, dan jadilah seorang Pirlo yang memiliki karakteristik berbeda dari rata-rata ahli tendangan bebas. Bolanya meluncur menukik, menghunjam jatuh ke garis gawang dengan presisi dan kecepatan waktu yang sulit diantisipasi kiper lawan.
Satu lagi, dia salah satu penendang penalti ala Panenka, mengutamakan tipuan dengan tendangan pelan ke arah tengah gawang. Kiper Inggris Joe Hart dipermalukan oleh “penalti Panenka” Pirlo di Euro 2012. Untuk keahlian ini dia berjajar dengan Sergio Ramos, Zlatan Ibrahimovic, Lionel Messi, dan Omar Abdulrahman.
Pelatih Italia, Marcello Lippi memujinya sebagai pemimpin dalam diam. Tak banyak bicara, tetapi sanggup mengontrol ritme pertandingan dengan kakinya.
* * *
TAK semua legenda mampu meraih sukses ganda, sebagai pemain sekaligus pelatih. Franz Beckenbauer berhasil mengantar Jerman (Barat) sebagai juara dunia 1990, Dalglish sukses bersama Liverpool, Carlo Ancelotti berkibar bersama AC Milan, Johan Cruyff melegenda lengkap di Barcelona, yang diikuti “murid kesayangannya”, Pep Guardiola. Yang teranyar, Zidane di Real Madrid.
Yang kini sedang merintis karier adalah Ole Gunnar Solskjaer bersama almamaternya Manchester United, Frank Lampard mengarsiteki Chelsea, dan kini dengan penuh keyakinan Juventus memercayai Andrea Pirlo.
Michael Platini yang awalnya membawa tim nasional Prancis tak terkalahkan dalam lebih dari 20 laga, gagal mempertahankan konsistensi di Euro 1992. Graeme Souness juga tak mampu menyamai raihan Dalglish di Liverpool, dan yang paling menonjol adalah kegagalan kiprah Diego Maradona sebagai pelatih Argentina di Piala Dunia 2010.
Bagaimanapun, kepelatihan dalam dunia sepak bola memuat kosmologi spekulasi. Timing kehadiran, kondisi ekosistem klub, dan chemistry akan menjadi elemen-elemen menentukan.
Andrea Pirlo masuk dalam pusaran itu. Modal prestasi, nama besar, dan karisma, akan membaur dengan semesta Juventus yang selanjutnya menjawab, dunia Pirlo bakal seperti apa…
Amir Machmud NS, wartawan SUARABARU.ID, kolumnis olahraga, Ketua PWI Jateng