JEPARA, (SUARABARU.ID) – Ketika banyak orang berebut ingin mendapatkan bantuan dari pemerintah melalui program jaring pengaman sosial, ada seorang wanita sederhana yang menolak bantuan itu. Ia seorang penjaga kantin disebuah rumah sakit di Jepara.
Sementara di daerah lain banyak orang yang lebih mampu tanpa malu berusaha mendapatkan bantuan seperti itu. Hebatnya, ia telah menolak bantuan itu sebanyak dua kali. Sementara menurut pendamping program bantuan, ia sangat layak mendapatnya sebab memenuhi kriteria yag ditetapkan.
Ia menolak dengan alasan masih banyak keluarga yang lebih berhak dari keluarganya. “Biarlah itu dimanfaatkan mereka walaupun kami tidak hidup berlebihan,” ujarnya kepada pendamping program Program Keluarga Harapan (PKH), M. Abdul Ghofur dan Destiawan Wahyu
Wanita hebat yang tinggal di Desa Sinaggul Mlonggo ini bernama Cicik Nursityo Suci, 41 tahun. Ia bekerja sebagai penjaga kantin di sebuah rumah sakit swasta di Jepara. Sedang suaminya, Kunderin, 47 tahun menjadi tukang kayu. Keluarga ini memiliki dua orang anak yang masih dalam tanggungannya. Anak pertama pasangan ini sudah lulus sekolah SMA dan anak keduanya, masih sekolah di sebuah sekolah kejuruan di Jepara.
Padahal jika ia mau menerima bantuan PKH, keluarga ini akan mendapatkan bantuan untuk pendidikan anaknya sebesar Rp. 2 juta / tahun yang diberikan setiap bulan sebesar Rp. 166 ribu. Jumlah yang tidak sedikit untuk seorang penjaga kantin.
Namun Suci dan suaminya, Kunderin memilih membiayai pendidikan anaknya dari hasil keringatnya sendiri. Pasangan ini tidak ingin terlalu membebani pemerintah ditengah situasi pandemi. “Anak saya sudah mendapatkan KIP. Juga kami sudah mendapat KIS PBI serta bantuan sembako non program setelah adanya covid-19.Itu sudah sangat cukup,” ujar Suci kepada pendamping PKH.
Walaupun ia menolak bantuan PKH, namun Suci merasa perlu untuk menyampaikan itu dengan memenuhi datang ke balai desa. “ Melalui pendamping PKH, kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Pemerintah RI yang telah memberikan perhatian kepada kami,” ujar Suci kepada Pendamping Sosial PKH Kec. Mlonggo.
Cicik Nursityo Suci dan suaminya Kunderin, adalah profile warga yang dapat menjadi teladan moral bagi siapapun. Dalam keterbatasannya sebagai penjaga kantin dan tukang kayu, keluarga ini tidak ingin merongrong bantuan sosial ditengah pandemi, walaupun ia berhak menerimanya. Semoga keluarga ini selalu dimudahkan dalam mencari rizqi.
Hadepe – Abd Gfr