blank
Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga RI Wihaji berkunjung ke Tempat Penitipan Anak (TPA) Pertiwi Ngaru-aru, Banyudono, Kabupaten Boyolali, Senin (24/2/2025). Foto: BKKBN Jateng

BOYOLALI (SUARABARU.ID) – Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Dr. H. Wihaji, S.Ag, M.Pd melakukan auidensi dan peninjauan di Jateng.

Mantan Bupati Batang ini mengawali kunjungannya dengan memimpin apel pagi di Kantor Perwakilan Kemendukbangga/BKKBN Provinsi Jawa Tengah di Kota Semarang, Senin 24 Februari 2025.

Wihaji menyampaikan, BKKBN kini telah bertransformasi menjadi kementerian, sehingga setiap pegawai untuk  mau dan mampu bekerja dengan cara baru, dengan budaya baru, dan melaksanakan kebijakan-kebijakan baru sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

“Kebijakan dan tugas itu harus tersampaikan hingga ke lini lapangan. Pekerjaan rumah Kemendukbangga/BKKBN, salah satunya adalah mempercepat deliver program, pedoman, SOP sampai di lini lapangan,” kata Wihaji.

Apel pagi menjadi momentum pembinaan bagi para pegawai Perwakilan Kemendukbangga/BKKBN Jawa Tengah. Tanpa terkecuali, sebanyak 102 ASN dan 37 PPNPN mengikuti pembinaan yang diberikan langsung oleh Menteri Kemendukbangga/BKKBN.

“Tinggalkan budaya-budaya lama yang tidak baik, cari inovasi dan kreativitas sebagai cara baru untuk menjalankan program,” tegasnya.

Hari itu juga, Menteri Wihaji mengunjungi Kabupaten Boyolali, dengan tujuan ke Bina Keluarga Lansia ‘SEJAHTERA’. Yakni kelompok kegiatan keluarga yang mempunyai lansia, di Desa Dohonudan Kecamatan Ngemplak.

Bina Keluarga Lansia (BKL) Sejahtera menjadi binaan dari Penyuluh KB Kecamatan Ngemplak bersama lintas sektor Kecamatan Ngemplak, terdiri dari 8 pengurus BKL dan 57 anggota.

“Lansia Berdaya, apa itu Pak Wihaji, jadi itu maksudnya sepuh-sepuh (lansia) tetap sehat. Kegiatannya apa, yang penting seneng. Karena masalah lansia itu satu, kesepian,” ujar Wihaji.

Karena kesepian maka berkumpullah di ruang ini, berkumpul bahagia, bercerita bernyanyi bersama. Dengan begitu, maka rasa kesepian menjadi lebih berkurang. Kunjungan ini senada dengan program quickwins kementerian Lansia Berdaya, yakni program yang mempersiapkan lansia agar tangguh, dan memiliki nilai kebermanfaatan di masa usia senja nya.

Selain lansia, ada pula program spesifik yang menyasar pada penitipan anak di perkotaan, ‘TAMASYA’ Taman Asuh Sayang Anak. Dalam hal ini menteri Wihaji berkunjung ke Tempat Penitipan Anak Pertiwi Ngaru Aru, Desa Ngaru Aru, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali.

“Hari ini kita mengunjungi salah satu tempat penitipan anak yang saya kira ini contoh luar biasa. Kenapa ini menjadi program Kementerian karena kita memberikan harapan, salah satunya adalah agar orang tuanya juga bisa kerja, tapi anak tetap terurus dan dikasihi. Jadi harus dipastikan disitu pemerintah hadir,” kata Wihaji.

Taman Asuh Sayang Anak (Tamasya) tidak sebatas menjadi ruang penitipan anak saja. lebih dari itu, Tamasya menjadi ruang kasih sayang dari para ‘bunda’ yang mengasuh di tempat penitipan anak. “Jangan sampai ada masalah. Memastikan kesehatannya, memastikan makanannya, memastikan kebersihannya dan kalau ada apa-apa, misalnya sakit harus cepat langsung koordinasi, di obati,” kata Wihaji.

Dari taman asuh anak, berlanjut ke Desa Sambi, Kabupaten Boyolali untuk memantau proses Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting) di lapangan. Bersama Kepala Perwakilan Kemendukbangga/BKKBN Jawa Tengah, Kepala DP3AP2KB Jawa Tengah, anggota DPRD Jawa Tengah, semuanya melakukan pemantauan langsung bagaimana proses Genting dilakukan, termasuk mengunjungi kelompok keluarga beresiko stunting.

“Ada program kita namanya Program Genting, yang merupakan akronim dari Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting. Program ini ditujukan kepada Keluarga Resiko Stunting (KRS), keluarga yang dalam 1000 Hari Pertama Kehidupan, mempunyai potensi resiko stunting,” ungkap wihaji.

Episode Panjang

Masalah stunting masih menjadi episode panjang masalah kesehatan di Indonesia. Anak dengan stunting biasanya ditandai dengan tinggi badan yang sangat pendek hingga melampaui defisit di bawah median panjang atau tinggi badan berdasarkan umur di Boyolali.