KUDUS (SUARABARU.ID) – Lajnah Muroqobah Yanbu’a (LMY) Kabupaten Kudus berhasil mencetak rekor MURI pelafalan huruf hijaiyah berdasarkan sifat dan makhraj melalui metode Yanbu’a bersama 3.230 santri.
Pencatatan rekor tersebut dilakukan bersamaan dengan acara Haflah Khotmil Qur’an Akbar Santri Roudhah Tarbiyatul Qur’an (RTQ) se Kabupaten Kudus yang digelar di Gedung Jamiatul Hujaj Kudus (JHK), Minggu (23/2).
Penyerahan piagam penghargaan MURI tersebut diserahkan oleh Perwakilan MURI, Sri Widayati kepada KH Ulil Albab Arwani, penyusun metode pembelajaran Alquran Yanbu’a. KH Ulil Albab dikenal juga sebagai pengasuh Pondok Pesantren Yanbuul Qur’an Kudus yang merupakan salah satu pesantren Tahfid ternama di Tanah Air.
Dalam sambutannya, Sri Widayati menyampaikan sebuah kebanggaan dari MURI memberi apresiasi atas kegiatan yang dilakukan LMY. Pihaknya berharap agar kegiatan ini menjadi kegiatan yang bermanfaat untuk mencetak generasi Alquran.
“Ada 3.230 santriwan dan satriwati yang ikut dalam kegiatan kali ini. Dan oleh karena itu, pada hari ini MURI secara resmi mencatat bahwa pembelajaran huruf hijaiyah dengan metode Yanbu’a yang digelar hari ini mencatat rekor dngan peserta terbanyak menjadi rekor MURI yang ke 12.128,”kata Sri Widayati.
Sri Widayati juga mengatakan bahwa KH Ulil Albab Arwani sebagai penyusun pembelajaran metodologi Yanbua adalah putra asli Kudus dan Indonesia. Sehingga menurut Sri Widayati, Ketua Umum MURI Jaya Suprana juga menetapkan bahwa rekor kali ini juga menjadi rekor dunia.

Sementara, Ketua LMY Kudus, H. Romadlon, mengungkapkan bahwa penghargaan ini merupakan sebuah pencapaian yang bersejarah, sekaligus bukti nyata dari keunggulan metodologi pembelajaran Al-Qur’an Yanbu’a.
“Kegiatan ini dinyatakan unik dan fenomenal karena baru pertama kali dilakukan di Indonesia dengan jumlah peserta terbanyak,” ujarnya.
Menurutnya, rekor ini bukan sekadar pencapaian untuk kebanggaan semata, tetapi bertujuan untuk mengagungkan Al-Qur’an dan menanamkan nilai-nilai bacaan yang benar sesuai ilmu tajwid.
“Kami ingin menyampaikan pesan kepada masyarakat tentang pentingnya membaca Al-Qur’an dengan makhorijul huruf dan shifatul huruf yang benar. Ini adalah bagian dari upaya membumikan bacaan Al-Qur’an sesuai kaidah yang telah ditentukan,” tambahnya.
Romadlon menjelaskan bahwa pembelajaran Al-Qur’an yang benar harus memperhatikan ilmu bacaan seperti makhorijul huruf (tempat keluarnya huruf), shifatul huruf (sifat-sifat huruf), serta kaidah tajwid lainnya agar bacaan lebih sempurna dan bernilai ibadah.
Ali Bustomi