JEPARA (SUARABARU.ID)- Lebih dari 20 santri dari Pondok Pesantren Nailun Najah Assalafy Kriyan Kalinyamatan, Jepara, membawakan tarian sufi. Tarian yang identik dengan seorang sufi besar dari Persia abad ke 13 Masehi ini dibawakan oleh para santri di halaman Masjid Baitul Makmur Kriyan, Jumat, (21/2/ 2025).

Mereka berputar memakai sikke atau topi panjang sebagai simbol batu nisan para wali dan sufi. Mereka juga memakai pakaian putih-putih berlapis-lapis seperti kain kafan, sambil melantunkan dzikir tertentu yang harus dibaca hingga khatam selama berputar.
Menurut Muhammad, pengasuh Pondok Pesantren Nailun Najah Assalafy, kegiatan tari sufi ini merupakan bagian dari ekspresi kecintaan kepada Allah SWT dalam menyambut bulan Ramadhan. Kegiatan sebagai wujud kebahagiaan kesucian cinta melalui seni dan spiritualitas ini juga sudah berjalan lima tahun terakhir.
“Tarian Sufi atau whirling dervishes ini terinspirasi dari Maulana Jalaluddin Rumi. Acara ini tidak hanya menjadi tontonan yang menarik bagi masyarakat yang melintas atau sengaja datang, tetapi juga berfungsi sebagai tuntunan spiritual. Seiring waktu, tradisi ini telah masuk dalam kalender budaya Desa Kriyan”, ujar pria yang akrab disapa Gus Mad.

Tradisi Tari Sufi di Pondok Pesantren Nailun Najah Assalafy Kriyan bermula dari kedatangan KH. Budi Harjono ( Semarang ) mengajarkannya sekitar 14 tahun lalu. Ia belajar dari Kang Aat, seorang pengamal Thariqah Naqshbandi Haqqani dari Café Rumi Jakarta.
“Kang Aat memiliki sanad dari Syaikh Hisyam Kabbani mursyid Thariqah Naqhsbandi Haqqani (USA), beliau bersambung dari Syaikh Nazim Adil Haqqani (Siprus), yang beliau silsilahnya tersambung kepada Maulana Jalaluddin Rumi hingga Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq sahabat Rasulullah SAW”, terang Gus Mad.
“Sebab dawuhnya Kanjeng Nabi Muhammad Saw, siapa saja yang menyambut datangnya bulan Ramadhan dengan gembira maka diharamkan masuk neraka” tambahnya.
“Dengan keberlanjutan acara ini, diharapkan Tari Sufi dapat semakin dikenal dan menjadi sarana dakwah serta refleksi spiritual bagi masyarakat luas”, pungkas Gus Mad.
ua/hajir