WONOGIRI (SUARABARU.ID) – Indonesia, pernah dinyatakan sebagai negara yang bebas dari Penyakit Mulut Kuku (PMK). Itu diputuskan pada Tahun 1986 melalui Surat Keputusan (SK) Menteri Pertanian Nomor: 260/Kpts/TN.510/5/1986.
Yang kemudian, itu diperkuat dengan pengakuan Badan Dunia di bidang Kesehatan hewan, yaitu Office International des Epizooties (OIE), dalam Resolusi yang dikeluarkan OIE Nomor: XI Tahun 1990. Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (World Organisation for Animal Health), adalah organisasi internasional antarpemerintah yang bertindak sebagai koordinator kesehatan hewan dan pengendalian penyakit hewan di seluruh dunia. Organisasi ini, didirikan pada Tahun 1924 di Paris Perancis.
Di Indonesia, kasus PMK pertama kali dilaporkan terjadi Tahun 1887 melalui tindakan import sapi perah oleh pemerintah Hindia Belanda. Kemudian selama 32 tahun, Indonesia menyandang status bebas PMK tanpa vaksinasi. Pemerintah telah menggencarkan vaksinasi PMK. Tapi wabah PMK, kembali masuk Indonesia mulai 22 April 2022, bermula dari Gresik Jawa Timur (Jatim).
PMK atau dikenal juga sebagai Foot and Mouth Disease (FMD) dan Apthtae Epizooticae. Yakni penyakit hewan menular bersifat akut, yang disebabkan virus. Untu diketahui, virus RNA masuk dalam genus Apthovirus keluarga Picornaviridae. Virus penyebab PMK, disebutkan tidak menular pada manusia dan dimatikan dengan pemanasan air mendidih minimal 30 menit.
Sebagaimana pernah diberitakan, ratusan ekor sapi di Kabupaten Wonogiri mengalami sakit dan mati oleh pagebluk (wabah) PMK. Menyikapi hal ini, Bupati Wonogiri Joko Sutopo, Sabtu (4/1/25), telah memberlakukan penutupan semua pasar hewan. Penutupan dilakukan selama sepekan. Yaitu terhitung sejak Tanggal 3 sampai dengan Tanggal 9 Januari 2025 mendatang. Bersamaan itu, Bupati juga melarang para blantik (pedagang) ternak, melakukan transaksi jual beli sapi di pasar hewan dan lokasi sekitarnya.
Strategis
Selama penutupan, dilakukan penyemprotan disinfektan massal secara serentak di semua pasar hewan yang ada di Kabupaten Wonogiri. Komando penyemprotan massal secara serentak di semua pasar hewan, Sabtu (4/1/25), dilakukan langsung oleh Bupati Joko Sutopo dari Pasar Hewan di Kecamatan Pracimantoro.
Kabupaten Wonogiri, terletak di lintas strategis niaga ternak. Karena berada di lintas kabupaten antarprovinsi, yaitu dengan Ponorogo, Magetan dan Pacitan (Provinsi Jatim) dan dengan Gunungkidul Daerah Istimewa Yoyajarta (DIY).
Bupati berharap, penyemprotan massal ini dapat dilakukan dalam irama orkestra dengan baik, diselenggarakan dalam kapasitas keserentakan atas dasar kebersamaan. Agar kiat percepatan untuk memutus mata rantai penularan PMK, dapat berhasil secara maksimal.
Tujuannya, supaya pagebluk PMK dapat segera ditanggulangi, dan ternak sapi dapat terselamatkan dari ancaman kebinasaan. Di sisi lain, para petani peternak dapat diamankan dari ancaman kebangkrutan.
Bagaimana tidak bangkrut ? Ketika sapi piaraan telah terindikasi tertular PMK, tidak ada lagi yang mau membeli. Sapi yang sebelumnya laku Rp 20 juta sampai Rp 30 juta per ekor, kini hanya laku Rp 100 ribu. Bahkan mencari calon pembelinya saja sulit.
Kabupaten Wonogiri, memiliki 27 pasar tradisional. Jumlah pasar hewan ada sebanyak 17, lima diantaranya menjadi pusat transaksi jual beli ternak sapi (Kecamatan Purwantoro, Jatisrono, Sidoharjo, Wuryantoro dan Kecamatan Pracimantoro). Sebanyak 12 lainnya untuk berjualan ternak kambing.(Bambang Pur)