blank
Berulangkali terjadi kecelakaan di ruas jalan Tanggulangin, Kecamatan Jatisrono, Kabupaten Wonogiri. Yakni di Kilometer 35 jalur antarprovinsi Wonogiri (Jateng)-Ponorogo (Jatim), sebagaimana dialami truk bermuatan pupuk yang terguling ini.(Dok.Ist)

WONOGIRI (SUARABARU.ID) – Belakangan ini, terjadi berulangkali kecelakaan di ruas jalan Tanggulangin, Kecamatan Jatisrono, Kabupaten Wonogiri. Di ruas jalan Kilometer 35 jalur antarprovinsi Wonogiri(Jateng)-Ponorogo (Jatim) ini, oleh penduduk disebutkan sebagai area angker (menyeramkan ada kaitannya dengan gaib).

Kecelakaan di jalan Ciluba (turunan-tanjakan) Tanggulangin, menjadi viral di Media Sosial (Medsos), karena seringnya terjadi pada kurun waktu belakangan ini. ”Bolak-balik Tanggulangin. Kecelakaan lagi, kecelakan lagi,” ungkap masyarakat Tanggulangin, Kecamatan Jatisrono, Kabupaten Wonogiri.

Awalnya, dialami oleh truk pengangkut telur ayam dari Trenggalek, Jatim, terguling di Tanggulangin dan muatan telurnya tumpah. Selang dua hari kemudian, terjadi lagi kecelakaan beruntun, termasuk dialami oleh truk pengangkut barang rongsokan yang terperosok di Tanggulangin. Truk mengangkut pupuk juga mengalami kecelakaan di lokasi sama.

Seringnya terjadi kecelakaan di ruas jalan Tanggulangin, telah menjadi perbincangan hangat di masyarakat. Mereka mempermasalahkan pengaspalannya terlalu licin, apalagi bila turun hujan. Permukaan badan jalan yang licin, disebutkan berpotensi memicu roda kendaraan yang melewatinya mudah selip.

Tapi pendapat tersebut memperoleh tanggapan kritis dari warga yang lain. Katanya, kalau jalan rusak disalahkan, kini telah diperbaiki menjadi halus juga masih disalahkan. ”Ampun nyalahke dalane, dalan bergelombang jeglong disalahke jare bahaya akeh kecelakaan. Bareng sakini alus jik disalahke jare lunyu (Jangan menyalahkan jalannya, jalan bergelombang berlubang disalahkan karena bahaya banyak kecelakaan. Setelah sekarang halus masih disalahkan katanya licin),” kata Yono.

Menyikapi hal tersebut, Aditya, memberikan solusi bijaksana, agar Dinas Perhubungan (Dishub) atau Polres Wonogiri memasang rambu tambahan, peringatan ”Hati-hati jalan licin, kurangi kecepatan.” Ini penting, utamanya bagi kendaraan dari luar daerah yang tidak begitu paham terhadap kondisi jalanan setempat.

Ruwatan

Taufik, minta agar Dishub segera turun tangan, melengkapi rambu-rambu dan memasang penerangan jalan. ”Pengguna jalan berhak mendapatkan keselamatan, kami warga taat membayar pajak,” ujarnya. Warga yang lain menyatakan, jalur Tanggulangin termasuk area angker, menduga ada hal-hal gaib yang di luar nalar, telah mempengaruhi seringnya terjadi kecelakaan.

Kapolres Wonogiri AKBP Jarot Sungkowo dan Kasat Lantas AKP Suborto bersama Kasi Humas Polres AKP Anom Prabowo, menyatakan, dalam sebulan terakhir ini telah terjadi 4 kali kecelakaan di Tanggulangin. Menyikapi ini, Polres telah memasang rambu tambahan peringatan. ”Kami juga akan mengkoordinasikan dengan Dishub,” tegas AKP Subroto.

Seniman Dalang Ki Eko Sunarsono SKar di Kecamatan Jatisrono, Wonogiri, menangkap adanya kemunculan aspirasi dari warga tentang perlunya melaukan ruwatan. Tujuannya, untuk meredam aura gaib negatif, agar tidak memberikan dampak kurang baik terhadap keselamatan berlalulintas.

Budayawan Jawa penerima anugerah Bintang Budaya, Kanjeng Raden Arya (KRA) Drs Pranoto Adiningrat MM, menyambut baik bila ada inisiatif untuk melakukan ritual ruwatan. Pranoto yang Abdi Dalem Keraton Surakarta ini, menyatakan, ruwatan menjadi salah satu ikhtiar cara Kejawen, untuk memohon keselamatan kepada Tuhan.

Di Tahun 1990-an, komunitas Bolo Roda Terminal Krisak, di Desa Singodutan, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri, pernah mengadakan ruwatan. Itu mereka lakukan, ketika berulangkali terjadi kecelakaan dengan korban selalu meninggal di ruas jalan Terminal Krisak-Jendi Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri. Eloknya, pasca ruwatan sampai sekarang tidak lagi terjadi kecelakaan.(Bambang Pur)