JEPARA (SUARABARU.ID)- Perbaikan Alun-alun Jepara 1 yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten (pemkab) Jepara sudah mendekati tahap akhir. Rencananya, peresmian akan dilaksanakan pada Minggu, 15 Desember 2024.
Dari pantauan suarabaru.id, tampak beberapa sentuhan baru yang merubah wajah lama Alun-alun Jepara 1. Selain penggantian keramik di joging track, ada pula pembangunan beberapa monumen baru di beberapa sudut alun-alun.
Ada monumen alat ukir berupa tatah di sudut barat alun-alun. Tatah atau alat ukir ini jelas sebagai ikon penting kota Jepara yang sering disebut sebagai the world carving center, atau pusat ukir dunia.
“Tugu tatah yang ada di alun-alun itu merupakan background stage (panggung) untuk live musik”, ujar Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kabupaten Jepara Ary Bachtiar kepada suarabaru.id belum lama ini.
Sementara di sebelah barat utara (depan museum) ada beberapa ornamen yang kalau dicermati adalah motif relief yang berada di masjid Mantingan.
“Ornamen-ornamen tersebut nantinya untuk menutup kolam eksisting yang digunakan untuk penyiraman vegetasi. Dilokasi tersebut nantinya juga akan dibangun alat fitness outdoor”, lanjut Ary.
Salah satu yang paling mencolok adalah keberadaan monumen kapal yang berada tepat menghadap ke Kantor Setda Jepara. Monumen kapal tersebut diberi tulisan ‘Jong Java’.
Masih menurut Ary, Jong java selama ini adalah landmark nya Jepara. “Jong Java menggambarkan Jepara sebagai kota bahari”, terang Ary.
Namun jika diperhatikan dengan lebih seksama, bentuk monumen kapal yang diberi nama Jong Java ini masih jauh dari bentuk Jung Jawa yang beredar luas di internet. Bahkan dari segi model dan aksesorisnya sangat beda jauh dengan monumen Jung Jawa Majapahit yang berada di Simpang Empat Sekarputih, Kota Mojokerto.
Sejarah Jung Jawa di Jepara
Dalam catatan sejarah, Jepara memang terkenal dengan industri galangan kapalnya. Dalam beberapa sumber Portugis menginformasikan galangan kapal di Jawa Tengah/Timur sudah terkenal di Asia Tenggara pada abad ke- 16.
Hal ini dapat dimengerti karena di daerah Selatan Jepara di daerah pegunungan Kendeng/Kapur utara banyak terdapat hutan Jati. Dari daerah tersebut dihasilkan kayu jati dengan kualitas terbaik untuk dipakai membangun kapal.
Berdasarkan sumber-sumber Portugis dan Belanda abad ke- 16 dan ke 17 dapat diketahui ciri-ciri jung Jawa yakni, jung yang dibuat sama sekali tidak menggunakan bahan logam, papan-papan yang disambung menggunakan pansak kayu atau bambu yang dimasukan ke dalam papan-papan kayu yang disambung. Lapisan ganda dari lambung nampaknya juga menjadi ciri umum kapal-kapal Asia Tenggara.
Kapal Pati Unus mempunyai tiga lapisan papan yang dilapiskan dengan ketebalan 2 cm. Ciri-ciri lainnya adalah jung Jawa mempunyai dua kemudi pada dua sisi samping kapal, mempunyai tiang ganda antara dua sampai empat ditambah haluan simpul (tali) dan layar. Hal ini juga digambarkan oleh seorang pelaut Belanda yang bernama Jan Brandes berdasarkan pengalaman pelayarannya di Jawa antara 23 Januari 1779 – 26 Agustus 1785.
Menanggapi hal tersebut, secara terpisah Prof. Dr. Alamsyah, tim riset gelar Pahlawan untuk Ratu Kalinyamat kepada suarabaru.id mengatakan, “Terkait monumen Jung Jawa yang ada di alun-alun, saya kira itu ikhtiar yang baik. Sebagai penanda eksistensi adanya perahu Jepara pada masa itu”.
“Sebaiknya sebelum monumen itu dibangun, didahului riset terlebih dulu supaya monumen Jung Jawa mendekati kenyataan”, ujar Dekan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Diponegoro Semarang tersebut.
ua