Oleh R. Widiyartono
HARI ini tanggal 1 Desember, berarti 30 hari lagi kita sudah memasuki tahun baru. Desember adalah bulan yang menarik, maka banyak sekali lagu yang terinspirasi dari bulan ini.
Beberapa lagu yang terinspirasi bulan Desember misalnya Kenangan Desember yang dinyanyikan Arie Koesmiran, Desember Kelabu (Maharani Kahar), Desember (Koes Plus Volume 8), Badai Bulan Desember (AKA), Kabut Desember (Widyawati). Masih banyak lagi lagu Indonesia terinspirasi bulan Desember ini. Belum lagi lagu dengan bahasa Inggris, sangat banyak.
Memang tampaknya Desember itu bulan yang romantik, sehingga banyak pencipta lagi terinspirasi. Ada juga bulan-bulan yang jadi inspirasi lagi, misalnya April yang Biru (Ritta Rubby Hartland), Tetes Hujan di Bulan April (Favourites Group). Armand Maulana menyanyikan 11 Januari, Vina Panduwinata dengan Desember Ceria, Angin November oleh Emilia Contessa.
Nama Dewa-Dewi sampai Angka
Bukan lagu yang bakal dibahas di sini, tetapi bulannya. Nama-nama bulan pada kalender Masehi ini cukup unik. Ada yang diambil dari nama dewa-dewi zaman Romawi, tetapi ada juga berdasar angka jatuhnya bulan itu. Nah, ini bulan Desember, dan berdasarkan namanya ternyata Desember itu bulan kesepuluh bukan bulan kedua belas. Lho kok bisa? Begini ceritanya.
Sebelum ada kalender Masehi, sudah dikenal sistem kalender Julian. Kalender ini dipelopori oleh Julius Caesar, yang kita kenal sebagai salah satu Kaisar Romawi. Kalender Julian ini kemudian disempurnakan oleh Paus Gregorius XIII, yang kemudian dikenal sebagai kalender Gregorian atau kalender Masehi. Paus Gregorius juga mengubah tanggal 25 Maret menjadi 1 Januari. Awalnya memang ada penolakan, tetapi akhirnya diterima.
Kalender Masehi, yang juga dikenal sebagai kalender Gregorian ini berlaku sejak kelahiran Yesus yang merupakan tahun pertama Masehi. Kalender Masehi pertama kali diperkenalkan pada tahun 1582.
Bulan Pertama Sampai Keenam
Januari berasal dari ‘Janus’ nama dewa pintu dan gerbang Romawi. Janus memiliki dua wajah, satu melihat ke depan dan satu lagi melihat ke belakang.
Julius Caesar merasa nama Dewa Janus cocok untuk nama bulan pertama di awal tahun. Dua wajahnya melihat ke depan dan ke belakang. Ini melambangkan kita harus mengingat tahun yang sudah lewat dan memandang tahun mendatang.
Kemudian nama Februari berasal dari kata berbahasa Latin Februa yang berarti “pembersihan”. Pada masa itu, berlangsung festival penyucian dan penebusan dosa yang diadakan setiap tanggal 15 di bulan ini. Jadilah kata Februa menjadi Februari sebagai bulan kedua.
Bulan ketiga Maret, diambil dari nama dewa perang Romawi March atau Mars. Seperti disebut sebelumnya, bulan Maret menjadi bulan pertama atau awal tahun Kalender Romawi. Pada bulan itu, cuaca mulai hangat dan cocok untuk memulai perang. Maka nama Mars sebagai dewa perang pun dipilih.
Bulan keempat April berasal dari Bahasa Latin Aperire yang berarti membuka. Dipilih kata ini, karena pada bulan itu kuncup tanaman dan bunga yang bermekaran, menandai sebagai awal musim semi.
Sementara dalam mitologi Yunani dikenal nama Dewi Aphrodite, yang juga disebut menjadi nama bulan keempat ini. Aphrodite adalah dewi kecantikan atau dewi cinta. Bunga-bunga yang bermekaran menampilkan kecantikan dan menumbuhkan rasa cinta. Begitu kaitannya dengan nama bulan April.
Bulan berikutnya Mei, berasal dari nama dewi Yunani Maia, putri Atlas yang juga ibu dari Hermes. Dia adalah seorang pengasuh dan Dewi Bumi, yang juga dewi kesuburan. Ya, pada bulan itu musim semi tiba, pepohonan tumbuh subur bunga bermekaran.