blank
Gempol Pleret yang dijual pedagang di tepian gerbang masuk Pasar Gede Solo ini, tanpa menyediakan meja. Tapi juga laris diserbu pembeli.(SB/Bambang Pur)

Di Pasar Gede Solo, per mangkuk minuman tradisional Gempol Pleret, dijual Rp 8 ribu sampai Rp 10 ribu, tapi ada yang harganya Rp 12 ribu. Bisa langsung diminum di tempat, atau dibawa pulang dengan diwadah dalam kantung plastik transparan.

Pasar Gede Hardjonagoro atau yang lebih dikenal dengan Pasar Gede Solo merupakan pasar tradisional tertua dan terbesar di Kota Solo. Dibangun pada Tahun 1930 oleh arsitek Belanda, Thomas Karsten, pasar ini menjadi saksi bisu sejarah perkembangan Kota Solo.

Pasar ini, awalnya berfungsi sebagai pusat perdagangan hasil bumi dan kebutuhan sehari-hari. Seiring berjalannya waktu, Pasar Gede Solo berkembang menjadi pusat kuliner tradisional dan destinasi wisata. Pasar Gede Solo terletak di lokasi yang strategis di pusat kota, tepatnya di Jalan Urip Sumoharjo, Kelurahan Sondakan, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta, Jawa Tengah.

Lokasinya yang berada di pusat kota membuatnya mudah diakses dengan berbagai moda transportasi, baik kendaraan pribadi maupun transportasi umum. Pasar Gede Solo, berarsitek Jawa-Eropa, buka setiap hari mulai Pukul 08.00 hingga 17.00. Menjadi pusat kuliner wisata khas Solo yang legendaris.

Pada waktu-waktu tertentu, seperti penyambutan Hari Raya Imlek, Pasar Gede Solo semarak dengan hiasan ribuan lampion. Menjadi lokasi penyelenggaraan berbagai festival budaya Grebeg Sudiro. Yang dirayakan oleh etnis Tionghoa bersama masyarakat Solo.

Bambang Pur