JEPARA (SUARABARU.ID)- Debat publik Pilkada Jepara yang digelar oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), Sabtu (10/11/2024) di Eat and Meet Resto Jepara, memunculkan harapan-harapan baru untuk masyarakat Jepara.
Bagaimana tidak, visi misi yang disampaikan oleh pasangan calon (paslon) seakan menjadi ‘angin surga’ dan hal yang harus segera diwujudkan untuk Jepara yang lebih baik.
Dari pantauan suarabaru.id, debat publik pilkada Jepara putaran kedua yang mengangkat tema “Pemajuan dan Penyelesaian Persoalan Daerah” ini menjadi debat yang lebih baik daripada debat pertama.
Debat terbagi dalam enam segmen ini diawali dengan pemaparan visi-misi paslon, kemudian pendalaman , pertanyaan dari para panelis dan terakhir tanya jawab antar paslon.
Paslon 02 Witiarso Utomo – M. Ibnu Hajar dengan jargon MULUS (Maju, Unggul, Lestari dan Relijius) mengawali debat dengan penyampaian visi-misi dengan program yang pro rakyat.
“Kami pastikan pasangan MAWAR lima tahun kedepan akan selalu membuat program yang pro rakyat. Kita fokus pada kemiskinan ekstrim yang ada di Jepara”, ungkap Gus Hajar sapaan akrabnya.
“Kami telah keliling ke desa-desa untuk memastikan tidak ada orang miskin. Kemarin kami menemui salah satu warga yang bernama Mbah Sarmidi di wilayah Kecamatan Kedung. Target kami kemiskinan di Jepara 0%, tidak ada lagi kasus Mbah Sarmidi yang sangat memprihatinkan”, lanjut Gus Hajar.
Sementara itu, ketika Calon Bupati Witiarso Utomo disinggung soal strategi dan upaya meningkatkan kemandirian ekonomi dalam pembangunan daerah, pria yang akrab disapa Mas Wiwit ini mengatakan akan memulai tugas sebagai bupati dengan ngantor di balaidesa.
“Program Ngantor di desa akan segera kami jalankan setelah dilantik. Karena dengan ngantor di desa kita akan dengan mudah menyerap aspirasi masyarakat” ujar Mas Wiwit.
“Kita sudah keliling ke desa dan kecamatan dan bertemu dengan masyarakat dengan segala problematikanya. Kita akan mengajak seluruh masyarakat untuk membangun desa sesuai dengan kearifan lokal”, lanjut Wiwit.
Lebih jauh Wiwit menyebutkan pengembangan di bidang sosial, budaya dan ekonomi dia akan mengajak tokoh agama, tokoh masyarakat, serta pemuda. “Contoh pemberdayaan ekonomi yang sesuai dengan kearifan lokal, misal Karimunjawa dengan pariwisatanya, Tahunan dengan ekonomi kreatifnya”, tandas Wiwit.
Saat bicara soal isu lingkungan terutama persoalan penambangan pasir besi yang terjadi di desa tempat tinggalnya, Wiwit memastikan bahwa tidak akan ada penambangan pasir besi.
“Justru kami yang mendamaikan konflik antara penambang dan masyrakat. Keluarga kami di Bandungjarjo kebetulan berada di pemerintahan desa. Kami tegaskan penambangan pasir besi untuk tidak dilanjutkan. Clear kita berpartisipasi mendamaikan pengusaha dan warga setempat”, tegas Wiwit.
ua