BELITUNG (SUARABARU.ID) – Apa yang terbesit di benak orang tentang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) ? Film Laskar Pelangi yang diangkat dari Novel Andrea Hirata ? Ahok Basuki Cahya Purnama dan Menko Hukum HAM Yusril Ihza Mahendra pendiri Partai Bulan Bintang (PBB), atau Dipa Nusantara (DN) Aidit ?. Itu tidaklah salah.
Terlepas dari sejumlah nama tokoh yang menasional di Nusantara tersebut, Belitung dengan kekayaan hasil biota lautnya dan keberagaman etnisnya, juga mempunyai menu kuliner unggulan. Apa ? Mie (bakmi) Belitung, yang tercipta dari asimilasi tiga suku bangsa, yaitu Melayu (Indonesia), Belanda dan Cina.
Dalam Buku Makanan Tradisional Masyarakat Bangka Belitung (Setiati, 2008), Mie Belitung menjadi menu kuliner unggulan yang memiliki rasa khas yang spesial. Menjadi produk kuliner hasil asimilasi budaya tiga suku bangsa, yakni etnis Melayu, Belanda dan Cina (Tionghoa).
Suku Melayu merupakan penduduk asli yang mendominasi Bangka Belitung. Etnis Cina, telah sejak lama tinggal. Catatan sejarah Tambang Timah Babel, menyebutkan, keberadaan etnis Cina telah ada sejak Tahun 1742, karena didatangkan oleh Sultan Palembang sebagai pekerja penambangan Timah. Kemudian bangsa Belanda, keberadaannya telah lama karena menjajah Nusantara selama 3,5 abad.
Mie Belitung, menjadi produk dari asimilasi trio suku bangsa tersebut. Dalam semangkuk Mie Belitung, terdapat potongan udang dan bakwan ikan, serta kuah kental yang terbuat dari beragam bumbu rempah-rempah khas Indonesia seperti lengkuas, kemiri, jahe, bawang putih, dan bawang merah.
Juga dilengkapi dengan tahu goreng dipotong-potong kecil, kentang rebus, taoge, irisan mentimun dan emping melinjo. Penggunaan bakwan, tahu dan mie telur, mewakili warisan kuliner imigran Cina. Keberadaan kentang rebus, merupakan menu bangsa Belanda. Jangan lupa, lengkapi pula dengan telur ayam rebus yang telah dibelah, krupuk, kecap, saos dan sambal.
Nikmat
Menarik untuk diketahui, bahan mie dan kentang yang ada pada mie Belitung, memiliki asal-usul yang berbeda. Mie berasal dari Tiongkok Daratan, sementara kentang berasal dari Belanda. Laman resmi Dinas Pariwisata Belitung, menyebutkan, beragam bumbu rempah-rempah dan bahan-bahan khas Belitung, telah berhasil digabungkan menjadi sebuah sajian yang luar biasa nikmat.
Pemandu wisata dari Rajawali Travel, Ayik, menyatakan, Mie Belitung, awalnya menjadi sajian menu andalan pada perhelatan pesta. Menjadi suguhan kepada para tamu terhormat. Tapi, kemudian berkembang menjadi produk unggulan wisata kuliner yang khas dan spesial. Rasa nikmatnya yang nendhang awet di lidah.
Rumah Makan Mie Belitung ‘Atep’ menjadi legendaris karena telah berjualan sejak Tahun 1973. Atep adalah nama julukan berasal dari suku kata “Tep.” Yang dalam bahasa Cina dialek Khek, Tep berarti “gendut.” Ini erat kaitannya dengan penjual Mie Belitung bertubuh subur (gendut). Mie Atep Belitung memiliki ciri khas yang unik, yakni mie yang disajikan dengan selembar daun simpur sebagai alas piringnya. Selain beraroma harum, daun yang hanya dapat ditemukan di Pulau Belitung ini, juga lebih tahan panas.
Wakil Ketua DPRD Kabupaten Belitung, Hilman, menyajikan menu kuliner Mie Belitung secara prasmanan, untuk menjamu makan siang rombongan dari DPRD Kabupaten Wonogiri. Wakil Ketua DPRD Wonogiri, Suryo Suminto, bersama 18 Anggota yang mewakili pimpinan Alat Kelengkapan (Alkap) Dewan, melakukan studi banding (stuba) ke Belitung.
Mereka terdiri atas Sutoyo, Jati Waluyo, Iskandar, Ari Sumantri, Suyoto, Dani Mursito, Irwan Hari Purnomo, Joko Warsito, Astarno, Mariji, Heru Sukoco, Reni Toriliana, Intan Kusuma Susanti, Dwi Prasetyo, Azaela Puteri Utamai, Iwan Susilo, Ahmad Nasir dan Romadhani Andang Nugroho.
Ikut mendampingi Kabag Persidangan, Sunardi, bersama sejumlah staf. Studi banding ini, mengajak serta para awak media yang selama ini menjadi mitra DPRD Kabupaten Wonogiri. Mereka terdiri atas Bambang Pur, Khalid Yogi, Joko Santosa, Tulus Premana Edi, Wibatsu Ari Sudewo, Iwan Adi Luhung, Aris Arianto, Ares Munandar, Dicky Pradika dan Eka RGS.
Berikut seuntai pantun tentang Mie Belitung: Di rumah lumbung tersimpan padi/ Padi dipanen dari sawah/ Kalau ke Belitung jangan lupa mie/ Karena rasa nikmatnya awet di lidah.(Bambang Pur)