blank
Siswa memilih dan menata daun serta bunga. Foto: Endang Usriyah

JEPARA (SUARABARU.ID) — Sebanyak 220 siswa kelas 9 SMP Negeri 1 Welahan mengikuti workshop “Pembuatan Ecoprint pada Taplak Meja” sebagai bagian dari Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila, Rabu 23 Oktober 2024.  Workshop ini mengusung tema Gaya Hidup Berkelanjutan dan bertujuan mengajarkan siswa untuk lebih peduli terhadap lingkungan dengan memanfaatkan bahan-bahan organik untuk karya seni.

blank
Kepala SMPN 1 Welahan, Rofi’i S.Pd, M.P;d saat membuka kegiatan. Foto: Endang

Sebelumnya, pada tahun lalu, siswa SMPN 1 Welahan telah melaksanakan proyek ecobrick, memanfaatkan botol plastik yang diisi limbah anorganik untuk membuat bahan pengganti batu bata. Proyek tersebut sukses memberikan kesadaran lingkungan bagi para siswa. Kini, mereka diajak untuk mempelajari teknik ecoprint, yaitu seni pencetakan dengan menggunakan daun, bunga, atau bahan organik lainnya untuk menghasilkan pola dan warna alami pada kain, kulit, kertas, atau media lainnya.

Tidak seperti batik yang menggunakan lilin sebagai media pewarnaan, ecoprint memanfaatkan zat alami dari tumbuhan. Dua teknik utama dalam ecoprint adalah pounding (pemukulan) dan steaming (penguapan). Pada kesempatan kali ini, para siswa dilatih menggunakan teknik steaming, di mana warna dari daun atau bunga ditransfer ke kain melalui proses pemanasan uap.

blank
Tim pelatih dari Jati Semi Eco Print Kudus. Foto: Endang

Workshop ini terselenggara berkat kerjasama dengan sebuah UMKM lokal yang bergerak dalam penyelenggaraan workshop ecoprint bagi sekolah dan masyarakat umum. Berbekal pengalaman luas, pemilik usaha memandu para siswa dengan baik. Mereka, bersama guru pendamping, antusias mengikuti seluruh tahapan kegiatan, mulai dari menyiapkan kain hingga memilih dan menata daun serta bunga yang akan digunakan untuk mencetak.

Selama menunggu proses steaming yang memakan waktu sekitar dua jam, salah satu narasumber menjelaskan perbedaan antara batik dan ecoprint. “Batik dan ecoprint sama-sama digunakan untuk menghasilkan motif pada kain, namun tekniknya berbeda. Ecoprint memanfaatkan daun yang mengandung tanin untuk mencetak motif serat dedaunan secara alami,” katanya. Penjelasan ini memberikan pemahaman lebih dalam tentang teknik ecoprint dan keunikan seni ini.

blank
Siswa antusias membuka hasil ecoprint setelah proses steaming selesai. Foto: Endang

Setelah proses steaming selesai, para siswa kembali berkumpul untuk membuka hasil karya mereka. Rasa puas dan kegembiraan terpancar di wajah mereka saat melihat taplak meja hasil ecoprint yang sukses. Satu per satu kelompok membentangkan karya mereka di luar ruangan, memamerkan motif-motif alami yang tercetak indah di atas kain.

Kegiatan ini tidak hanya memberikan keterampilan baru bagi para siswa, tetapi juga menanamkan nilai-nilai keberlanjutan dan kepedulian terhadap lingkungan. Dengan semangat kebersamaan, mereka telah menciptakan karya seni yang ramah lingkungan dan indah, sekaligus belajar bagaimana menerapkan gaya hidup berkelanjutan melalui seni.

Hadepe – Endang