Budayawan Jawa peraih anugerah Bintang Budaya Kanjeng Raden Arya (KRA) Drs Pranoto Adiningrat MM, menyatakan, Pranata Mangsa merupakan bagian dari local wisdom yang tumbuh dalam masyarakat. Pranoto yang Abdi Dalem Keraton Surakarta ini, menyebutkan, Pranata Mangsa menjadi pedoman musim, yang diawali dari Mangsa Kasa versi Tahun Baru Jawa.
Yang untuk tahun ini, Tahun Baru Jawa diawali Tanggal 22 Juni 2024 (Sabtu Kliwon). Bukan berdasarkan Tanggal 1 Sura Tahun Je 1958 yang jatuh Senin Legi (8 Juli 2024) sebagaimana versi Kalender Sultan Agungan. Yakni kalender yang memadukan Tahun Baru Saka dari India yang mendasarkan pergerakan matahari (solar) dengan Tahun Hijriah atau Kalender Islam yang mendasarkan pergerakan bulan (lunar).
Kata Pranoto, tentang banyak sedikitnya curah hujan, itu pedomannya menganut pada hari datangnya Tanggal 1 Sura. Persoalannya sekarang, memakai Tanggal 1 Sura versi Kalender Pranata Mangsa atau menggunakan Kalender Sultan Agungan ? Bila memakai versi Pranata Mangsa, Sabtu Kliwon, sebutannya Tumpak Menda (Tahun Kambing), yang diprediksi setahun ke depan air hujan kurang. Tapi kalau mengacu pada 1 Sura versi Sultan Agungan, yakni Senin Legi, sebutannya Soma Wicitra (Tahun Cacing) banyak hujan.
Berdasarkan hari datangnya Tanggal 1 Sura, ada tujuh petung (hitungan) memprediksi banyak sedikitnya curah hujan. Bila Tanggal 1 Sura jatuh Hari Minggu sebutannya Dite Kenaba (Tahun Kelabang), kurang hujan. Bila Senin, Soma Wicitra (Tahun Cacing), banyak hujan. Selasa, Anggara Rekhata (Tahun Kepiting), banyak hujan. Rabu, Budha Mahesa (Tahun Sapi), kurang hujan. Kamis, Respati Mintuna (Tahun Mimi), hujan sedang. Jumat, Sukra Mangkara (Tahun Udang) banyak hujan dan Sabtu, Tumpak Mnedha (Tahun Kambing) hujan kurang.
Bambang Pur