blank
Kepala Disdikpora Kebumen Yanie Giat Setyawan memberi sambutan pada Bimtek penguatan pendidikan inklusif bagi guru dan pengawas TK, SD dan SMP di Hotel Mexolie, Sabtu21/9. (Foto:SB/Kominfo Kbm)

KEBUMEN (SUARABARU.ID)– Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kebumen melalui Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga menggelar Bimtek penguatan pendidikan inklusif bagi  guru dan pengawas tingkat TK, SD dan SMP sesuai dengan Kurikulum Merdeka.

Bimtek diikuti 350 peserta itu berlangsung di Aula Hotel Mexolie, Kelurahan Panjer, Sabtu (21/) 2024.

Bimtek turut dihadiri Kepala Disdikpora Kebumen Yanie Giat Setyawan, serta menghadirkan empat pembicara. YuliaTriharyanti dari RSUD dr Soedirman, Sukinah, Dosen PLB FIPP UNY,  Agus Ardani guru SLB Putra Pertiwi, dan Yoga Bandriya, guru SLB Tamanwinangun.

Pada kesempatan tersebut, Yanie mengatakan, dalam bimtek ini yang perlu ditekankan adalah bagaimana guru memiliki kompetensi dasar mengenai pendidikan inklusif, karena anak-anak berkebutuhan khusus ini memiliki cara pandang dan perilaku yang berbeda.

blank
Kepala Disdikpora Kebumen Yanie Giat Setyawan memegang nota kesepahaman Pemkab dengan UNY di Hotel Mexolie, ,Sabtu 21/9. (Foto:SB/Kominfo)

“Jadi pada Bimtek ini kita mencoba membekali para guru tentang metode pembelajaran yang efektif terhadap para siswa berkebutuhan khusus, dengan harapan penerapan pendidikan inklusif bisa berjalan sesuai ketentuannya,”ujar Yanie.

Yanie mengakui, selama ini guru-guru masih banyak yang belum memiliki kompetensi terkait pendidikan khusus ini sehingga pihaknya mendorong para guru kelas dan guru mapel memiliki kompetensi dalam melaksanakan proses pembelajaran bagi siswa berkebutuhan khusus.

Menrut Kepala Disdikpora, Untuk program jangka pendek para guru diharapkan sudah bisa langsung menerapkan metode pembelajaran pendikan inklusif. Kemudian jangka panjang pada penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun depan, semua semua guru, dan sistemnya sudah siap dalam menyambut para siswa berkebutuhan khusus.

Lebih jauh Yanie mengatakan, dalam pendidikan inklusif murid harus mampu mengenal dan menemukan cara belajar yang paling sesuai dengan dirinya. Sedangkan peran guru adalah merancang dan menciptakan situasi pembelajaran yang merangsang murid untuk”mau dan mampu” aktif, kreatif, dan inovatif dalam mengikuti setiap alur pembelajaran yang sudah di desain.

”Dengan demikian, peran guru sebagai fasilitator, mediator, dan desainer mampu membuat suasana kondusif untuk terjadinya iklim pembelajaran yang dibutuhkan murid,”jelasnya.

Di Kebumen sekolah inklusif untuk tingkat SD ada 26, SMP 26 sekolah. Adapun jumlah siswa berkebutuhan khusus di Kebumen kurang lebih ada 393.

Yanie menyebut idelnya satu kecamatan ada satu sekolah untuk siswa berkebutuhan khsusus. “Alhamdulillah di setiap kecamatan kita sudah ada,”tuturnya.

Pada kesempatan tersebut juga dilaksanakan MoU antara Disdikpora Kebumen dengan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) tentang penguatan pendidikan inklusif di Kebumen.

Komper Wardopo