Grengseng Pamudji ketika mendeklarasikan diri sebagai bakal calon bupati, belum lama ini. Foto: eko

KOTA MUNGKID (SUARABARU.ID) – Bursa calon Bupati Magelang mulai jadi bahan perbincangan. Penetapan pasangan calon pada 22 September, pengundian nomor urut pada 23 September dan pada 25 September 2024 mulai kampanye.

Bakal Calon Bupati, Grengseng Pamudji, ketika ditemui Senin (9/9/24) malam menyatakan optimis mampu membawa perubahan untuk Kabupaten Magelang lebih sistematis. Bakal calon berusia 45 tahun itu kini telah membuka Posko Pemenangan Progress (Pro Grengseng – Sahid) di Jalan Raya Magelang – Yogyakarta, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang.

Putra daerah asal Desa Girikulon, Kecamatan Secang, itu optimis mampu membawa daerah tersebut lebih baik dengan program yang lebih bersahabat pada anak muda. “Seperti halnya sekolah gratis, hingga beasiswa ke perguruan tinggi,” tuturnya.

Dipaparkan, sebelumnya, selama dua periode menjadi anggota DPRD Kabupaten Magelang dia sudah menyalurkan beasiswa kepada 900 mahasiswa yang tersebar di Universitas Tidar Magelang, Universitas Muhammadiyah Magelang (Unimma) serta STMIK Bina Patria.

“Dengan mereka kuliah, selain menambah ilmu pengetahuan bagi mahasiswa tersebut, juga ada harapan orang tuanya,” terang peraup 25 ribu suara pada Pemilihan Anggota DPRD Kabupaten Magelang 2024 itu.

Selain program beasiswa bagi mahasiswa, dia juga akan melakukan program pemerataan pendidikan yang selama ini belum menyeluruh. “Bayangkan, dari 21 kecamatan di Kabupaten Magelang, sejumlah kecamatan seperti Tegalrejo, Sawangan, Pakis belum memiliki sekolah menengah atas. Tentunya itu menjadi kewajiban pemerintah untuk memenuhi hak belajar bagi warganya,” imbuhnya.

Dikatakan juga, penerapan program pendidikan gratis belum terlaksana dengan baik di Kabupaten Magelang. Meski sudah disubsidi oleh Pemerintah Pusat melalui program bantuan operasional sekolah (BOS), ternyata masih ada tarikan iuran yang dibebankan pada orang tua siswa. Padahal, ada dana APBD yang bisa dialokasikan untuk pembangunan sekolah dan sarana prasarana penunjang lainnya.

“Kami akan merubah mindset, sehingga sekolah menjadi pilihan yang menyenangkan bagi siswa dan orang tua. Akan jadi pilihan yang tidak memberatkan, sehingga orang tua mendukung anaknya bersekolah,” jelas Grengseng.

Menurutnya, program pendidikan tersebut harus dipenuhi untuk meningkatkan sumber daya manusia, sehingga masyarakat bisa berdaya dengan mempunyai wawasan luas, serta mampu mengentaskan kemiskinan.

Bukan hal yang tidak mungkin dilakukan, lanjutnya, semua tergantung kebijakan pemerintah daerah setempat. Karena dengan APBD Rp 2,7 triliun dia optimis program tersebut bisa dilakukan. “Misalnya ada dua ribu lulusan SLTA diberi beasiswa dengan anggaran Rp 8 juta per anak, maka total yang akan dikeluarkan Rp 16 miliar. Tentu itu bisa dilakukan,” pungkasnya.

Eko Priyono