Menginap di Desa Wisata Samirono, menikmati malam dengan minuman hangat dan api unggun yang mengesankan. Foto: Tangkapan layar youtube

PEMANDANGAN gunung selalu mengundang rindu. Terlebih bari mereka yang tinggal di kota, terlebih kota pantai. Menikmati kesejukan udara gunung dan keindahan panorama alam adalah obat kangen, setelah berhari-hari berkutat dengan pekerjaan.

Untuk menuntaskan rindu pada udara yang sejuk dan pemandangan alam yang memghijau segar, maka bolehlah memilih berkunjung ke suatu tempat di lereng Gunung Merbabu, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.

Desa Samirono, ya Desa Wisata Samirono yang berhasil masuk 300 besar Anugerah Desa Wisata Indonesia yang diselenggerakan Kementerian Pariwisata dan ekonomi Kreatif.

Datang ke Desa Wisata Samirono, akan disambut kehangatan warganya. Lima dusun yang berada di wilayah desa ini. Pengunjung yang datang bisa langsung melakukan registrasi di kantor Desa Wisata.

Pemandu wisata dengan ramah dan penuh kehangatan menerima tamu, dan menawarkan paket-paket yang tersedia di desa wisata ini.

Sekretaris Desa Samirono Mayoritas wisatawan dari kalangan pelajar hingga mahasiswa sering melakukan live in atau tinggal bersama masyarakat setempat.

Hal tersebut diungkapkan Sekretaris Desa Samirono Didik Mustofa mengatakan, yang sudah sering datang ke tempat ini kebanyakan pelajar dan mahasiswa. Para mahasiswa atau pelajar ini biasanya mengambil paket live in.

Mereka akan diajak menikmati segala potensi keindahan alam dan keragaman serta kegiatan Masyarakat. “Mereka menginap di homestay milik warga,” kata Didik Mustofa.

Pemilik homestay dengan hangat menyambut kedatangan tamu. Foto: tangkapan layar youtube

Kedatangan para tamu ini bukan hanya sekadar berlibur menikmati keindahan dan kesejukan alam, tetapi juga melakukan edukasi. Kegiatan warga yang bermacam-macam dari adat-istiadat setempat sampai mata pencaharian seperti peternakan dan pertanian juga menjadi atraksi wisata.

Peternakan sapi yang selain menghasilkan susu yang sudah dibudidayakan secara kreatif menjadi  yoghurt atau permen, kotorannya juga dimanfaatkan untuk biogas. “Jadi warga kami tidak perlu membeli gas melon untuk memasak, karena sudah mandiri dalam bidang energi,” kata didik Mustofa.

Keberadaan ternak sapi juga menjadi atraksi wisata di tempat ini. Pengunjung bisa mencoba memerah susu sapi, sebuah sensasi yang tidak gampang didapat. “Kayaknya gampang tinggal diperah, ternyata gampang-gampang sudah. Setelah mencoba beberapa kali, barulah susu keluar dengan lancar,” ujar seorang mahasiswi dari Salatiga.

Seperti umumnya di desa-desa, biasanya ada kegatan adat tertentu seperti sedekah bumi, merti desa, ada kegiatan pada bulan tertentu seperti saparan, suran, nyadran, dan sebagainya. Kearifan lokal semacam ini juga ada di Desa Wisata Samirono.

Memerah sapi untuk mendapatkan susu adalah atraksi desa wisata Samirono. Foto: Tangkapan layar

Di sini ada upacara tradisi merti desa atau Saparan. “Wisatawan dari mancanegara juga datang ke sini. Mereka tertarik untuk melihat pemanfaatan energi terbarukan berupa biogas dan pupuk organik. Sedangkan untuk wisatawan lokal mereka tertarik ke kearifan lokal dan kebudayaan,” tambahnya.

Mandiri Energi

Desa Samirono tidak hanya memiliki daya tarik alam dan kegiatan warganya yang menjadi atraksi wisata. UMKM (usaha mikro kecil dan menenengah juga menjadi daya dukung perekonomian warga.

Sebagian besar penduduk desa berprofesi sebagai peternak sapi perah. Pengunjung bisa merasakan sensasi memeras susu sapi dan melihat proses pengolahan susu menjadi yoghurt oleh UMKM setempat.

Limbah organik dari sapi diolah menjadi pupuk organik dan biogas, yang digunakan untuk memasak sehingga masyarakat tidak perlu membeli gas. Maka, Desa Wisata Samirono pun membuat tagline sebagai Desa Mandiri Energi, dengan keberadaan instalasi biogas yang memanfaatkan limbah kotoran sapi.

Pemandangan hijau alam gunung adalah pelepas kejenuhan dari kegiatan sehari-hari. Foto: Tangkapan layar

Kreativitas warga juga tampak dalam memanfaatkan benda-benda yang sebenarnya merupakan limbah, khususnya plastic. Pengelolaan limbah plastik juga menjadi bagian penting dari desa ini.

Warga membuat kerajinan dari plastik bekas menjadi tas, tikar, dan produk lainnya. “Dengan menyaksikan bagaimana warga memanfaatkan limbah plastik menjadi benda-benda yang bermanfaat, kemudian limbah kotoran sapi menjadi biogas akan memberikan inspirasi bagi wisatawan untuk lebih peduli terhadap lingkungan.

Kegiatan warga lainnya yang juga menjadi atraksi wisata adalah edukasi pertanian. Wisatawan diajak memahami masalah pertanian, mulai dari penanaman hingga panen. Wisatawan bisa bisa belajar tentang pertanian sekaligus praktik tanam hingga panen.

Keberadaan warga yang memproduksi tempa, juga bisa menjadi tempat belajar. Tempe yang eksotik dibungkus menggunakan daun andong. Dari tempe yang sudah jadi, juga bisa diolah menjadi keripik. Dan, kita bisa ikut dalam proses pembuatan keripik, sampai mencicipinya.

Kudapan lain seperti getuk singkong, bisa dinikmati. Kemudian menyaksikan proses pembuatan teh Jawa dan minuman jahe yang disangrai, yang menghasilkan minuman hangat yang pas dinikmati di Samirono. Ada juga atraksi barista yang menyajikan kopi.

Indahnya pemandangan pemrmukiman di Samirono dilihat dari atas. Foto: Tangkapan layar

Desa Samirono juga menawarkan kreasi seni budaya Jawa yang melengkapi keseruan liburan Anda. Aluman gamelan dan tarian tradisional menjadi suguhan bagi pengunjung.

Untuk mendukung kenyamanan dan keselamatan pengunjung, pengelola desa wisata menyediakan fasilitas lengkap seperti ruang umum, rambu penunjuk arah, tempat parkir, dan produk cenderamata dari UMKM setempat. Anda juga bisa menikmati fasilitas camping ground yang tersedia di desa ini, untuk pengalaman berkemah yang menyatu dengan alam.

Jadi, kapan Anda berkunjung ke Desa Samirono?

R. Widiyartono