Peserta pelatihan memperhatikan pemaparan Kirno Prasojo, Selasa (7/8/24). Foto: eko

KOTA MUNGKID (SUARABARU.ID) – “Melayani wisatawan harus hati-hati dan sabar”. Pesan itu disampaikan oleh pemilik sebuah biro perjalanan/wisata, Kirno Prasojo, ketika mengisi materi pelatihan kebersihan lingkungan, sanitasi dan pengelolaan sampah di destinasi pariwisata.

Pelatihan di Resort Sevila, Mungkid, Kabupaten Magelang, yang diikuti 40 orang Pengelola Daya Tarik Wisata, Pengelola Desa Wisata, Kelompok Sadar Wisata di Kabupaten Magelang, itu berlangsung 6-8 Agustus 2024.

Banyak pengalaman dari pemilik rental mobil, andong, mobil VW wisata, yang disampaikan dalam kesempatan tersebut. Antara lain, pernah ada wisatawan asing yang marah-marah, merasa kehilangan kamera dan handphone-nya. Ketika itu wisatawan melapor ke aparat keamanan, selanjutnya dipertemukan dengan Kirno Prasojo.

Oleh Kirno, wisatawan tersebut diajak bertanya ke loket pembelian tiket tanda masuk Candi Borobudur. Petugas loket tidak melihat turis tersebut membawa kamera. Akhirnya turisnya ditanya lagi, sebelum sampai Borobudur naik apa, dijawab naik becak.

“Ketika tukang becaknya kami temui dan ditanya apakah kamera turis tersebut tertinggal di becak, dia tidak tahu,” tuturnya.

Lalu Kirno bertanya ke terminal bus dan menemui krew bus yang ditumpangi turis tersebut, ketika dari Yogyakarta. Kernet pun tidak tahu. Tak putus asa, dia hubungi hotel tempat menginap pelancong tersebut saat di Yogyakarta.

“Akhirnya diketahui bahwa kamera dan hp milik turis itu tertinggal di hotel,” katanya.

Pelayanan

Seperti itu merupakan bentuk pelayanan kepada wisatawan, agar bisa terlayani dengan baik. Jangan sampai merasa kapok berkunjung ke sebuah objek wisata, akibat pelayanan yang kurang baik.

“Jangan sampai terjadi, ada wisatawan yang kecewa. Kalau sampai terjadi, susah mengembalikan kepercayaan,” tandasnya.

Mantan karyawan sebuah hotel bertarif mahal di Borobudur itu selebihnya menguak kenapa hotel tersebut tarifnya sangat mahal. Ada kamar yang tarifnya Rp 40 juta/hari. Ada pula kamar seharga Rp 20 juta/hari, tanpa sarana televisi.

Mahalnya tarif kamar hotel tersebut, karena bagusnya pelayanan dan kebersihan. “Seminggu menginap di sana Anda bisa jual rumah,” guraunya.

Warga Jalan Balaputradewa, Cawangsari, Borobudur, itu memberikan gambaran, hotel tersebut memiliki lahan sekitar 12 hektare (ha). Tetapi yang ada bangunannya hanya
2 hektare. Sisanya, sekitar 10 hektare berupa sawah.

“Karena kalau lahan yang 10 hektare berisi bangunan, hotel tersebut tak bisa promosi keasrian alam,” ujarnya.

Jalan Macet

Dia berpesan kepada pelaku wisata tentang beberapa hal. Misalnya harus mengupayakan agar jalannya jangan macet. Karena wisatawan akan memilih lokasi wisata yang jalannya lancar.

Selain itu, menjaga kelestarian lingkungan. Karena merupakan daya tarik utama.

Faktor kebersihan juga penting. “Kalau Anda ke tempat wisata dan ternyata tempatnya kumuh, coba kesannya bagaimana,” katanya.

Untuk keperluan tersebut harus melibatkan pemerintah. Baik pemerintah pusat, pemprov, dan pemerintah desa. Semua harus berperan aktif.

Eko Priyono