Darum Santi (46) menunjukkan karya sepasang Boneka Nona Kriwil berbusana adat Nusantara, di kediamannya, di Kelurahan Muktiharjo, Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin 24 Juni 2024. (Foto: Diaz Azminatul Abidin)

Darum Santi (46), teramat resah pada limbah kain perca yang sukar terurai. Berbekal ketekunannya di dunia kerajinan, perempuan yang berprofesi sebagai guru sekolah dasar (SD) itu membuat karakter boneka baju adat nusantara memanfaatkan limbah kain perca. Boneka mungil itu dinamai ‘Nona Kriwil’, dengan menerbangkan empat pesan yakni, budaya, lingkungan, ekonomi kreatif, hingga pemberdayaan perempuan. Melalui logistik JNE, pesan-pesan perempuan asal Semarang itu diantar ke penjuru nusantara, bahkan terbang ke Asia Timur dan Eropa…”

WAKTU Darum Santi (46) cukup senggang. Guru di Sekolah Dasar (SD) swasta itu menikmati hari pertama liburan sekolah tahun ajar 2023-2024, saat penulis menyambangi kediamannya, di Kelurahan Muktiharjo, Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin 24 Juni 2024.

Di depan garasi rumah Santi, beberapa kucing liar berbaring di sisi-sisi piringan berisi butir-butir makanan instan si anabul (anak bulu). ‘Miauw-miauw’, bunyi salah satu kucing berwarna kembang Asem (Orang Jawa biasa menyebut warnanya), atau Oyen (sebutan kekinian dari netizen), sesaat sebelum penulis masuk melewati pintu depan rumah.

“Silahkan masuk mas. Tapi ini (stok boneka yang tersedia) sudah mulai berkurang. Kemarin sudah ada beberapa yang laku,” kata Darum Santi sembari menunjuk boneka yang tertata dalam larik-larik rak vertikal, dan serta di atas meja setinggi lutut kaki.

Sesaat usai Santi mempersilahkan masuk ke dalam rumahnya, karakter boneka baju adat Papua mencuri perhatian mata saya di antara puluhan lainnya. Pada pipinya tiga coretan putih tersemat, masing-masing di bagian kanan dan kiri.  Karakter boneka berbaju adat Papua berukuran sekira 10-15 sentimeter itu .

Karakter mungil itu berekspresi tersenyum dengan rambut keriwil, mengenakan baju rumbai jerami, berkalung manik-manik. Kemudian tersemat mahkota di Kepala berbulu warna-warni, dan coretan putih pada wajah. Boneka adat karya Darum Santi ini menyerupai baju adat Ewer dari Papua Barat.

Selain karakter baju adat Papua Barat, puluhan bahkan lebih dari seratus boneka itu punya ragam pakaian daerah lainnya. Ada boneka berkebaya Jawa, Bali, Sunda, Betawi. Ada pula boneka dengan kain lurik khas Indonesia Timur, ini juga menarik perhatian.

Boneka Nona Kriwil berbalut busana adat Papua karya Darum Santi dalam kotak terbuka, di kediamannya Kelurahan Muktiharjo, Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin 24 Juni 2024. (Foto: Diaz Azminatul Abidin)

Inspirasi dan Proses

Darum Santi menamai karyanya dengan merek ‘Nona Kriwil’. Kriwil merujuk kata ‘Keriwil’ yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti keriting menggantung. Tipikal rambut keriwil inilah yang menjadi keunikan karakter Boneka Nona Kriwil.

Dia menguraikan, Nona Kriwil merupakan sebuah karakter boneka dengan rambut keriwil, yang disulam menggunakan bahan benang wol . Kemudian untuk sematan pakaian kebaya, dan baju adat nusantara dijahit memanfaatkan limbah kain-kain perca seperti batik, lurik, dan kain tenun, serta lainnya.

“Sengaja (pakai) model rambut keriwil untuk kekhasan karakter ini. Kalau pada umumnya memang kebaya berambut konde, ini supaya unik dan menarik minat orang,” ucap dia.

Pada ukuran boneka yang dibuat Darum Santi ada tiga model, yakni 12 cm, 17 cm, dan 20 cm.Setiap ukuran dan model punya tingkat kesulitan yang berbeda dalam membuatnya.

“Lama proses pembuatan (setiap boneka) itu sebetulnya sekira 3 jam bila dari awal. Namun kalau membuatnya itu sebetulnya saya itu dalam skala banyak, misal bajunya dulu, lalu rambutnya, jadi lebih cepat. Begitu caranya,” kata dia.

Sekira pukul 09.30 WIB, Darum Santi mengeluarkan alat-alat untuk dipakai membuat boneka yang tampak menggemaskan itu. Ada benang wol, dakron, kain perca, bagian-bagian boneka seperti badan, kaki, kepala, dan lainnya. Kemudian peralatan, di antaranya lem tembak atau glue gun, jarum.

Sembari menunjukkan proses pembuatan boneka Nona Kriwil, dia bercerita banyak bagaimana mulai menggeluti kerajinan boneka sebagai usaha sampingannya. Profesi utama yang ditekuni sosok dengan rambut panjang sebahu itu yakni guru menggambar di salah satu sekolah dasar (SD) swasta di Kota Semarang.

“Kalau proses mulai dari mengisi dakron ke dalam kain yang dijahit berbentuk bagian-bagian badan boneka,” katanya.

Selanjutnya, dia harus merekatkan potongan badan boneka seperti tangan ke badan dengan lem bakar dan dijahit. Langkah sesudahnya, Darum Santi cekatan memotong kain-kain perca dan dibentuk baju adat nusantara.

“Yang terakhir proses menjahit benang wol pada bagian kepala. Ini pakai benang wol yang ditata menjadi rambut keriwil sebagai ciri khasnya. Sudah terbiasa jadi tidak terlalu lama, prosesnya,” ucap dia.

Jadilah boneka Nona Kriwil berbaju adat khas nusantara yang unik, hingga banyak diminati masyarakat lokal. Boneka Nona Kriwil karya Darum Santi juga telah dikirim ke berbagai wilayah di luar Pulau Jawa, seperti Kalimantan. Karyanya juga telah terbang ke beberapa negara seperti Jepang, dan Swiss.

Proses menyulam benang wol untuk bagian rambut pada bagian ke;pala Boneka Nona Kriwil, ditunjukkan Darum Santi di kediamannya Kelurahan Muktiharjo, Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin 24 Juni 2024. (Foto: Diaz Azminatul Abidin)

Pesan Literasi Budaya dan Lingkungan

Semasa kecil Darum Santi memang sudah menyukai kerajinan. Kemampuan yang diembannya, didapat bermula saat masih sekolah mendapat pelajaran seperti menjahit atau menyulam. Sekian waktu yang membersamai dia, kemampuannya terus berkembang.

“Apalagi zaman dahulu saya kecil itu ada mata pelajaran seni kerajinan. Dahulu ada kan seperti menyulam, menjahit di sekolah,” katanya.

Seiring berjalannya waktu, dia mulai menyalurkan kegembiraannya akan kerajinan dengan membuat boneka-boneka suvenir berukuran kecil. Mulanya, kata dia, memang suka dengan kerajinan. Sejak 2012 mulai membuat kerajinan boneka-boneka (suvenir) apa saja.

Darum Santi mengutak-atik bermacam jenis-jenis boneka. Hingga dia merasa karya kerajinannya harus berbeda dan unik daripada yang lain.

Pada 2019, menjadi tahun tercetusnya ide membuat boneka dengan karakter rambut keriwil berpakaian kebaya dan adat nusantara, yang mampu menyampaikan pesan budaya atau kebangsaan.

Ada misi pesan untuk lebih mencintai lingkungan dalam karya boneka Nona Kriwil. Ya, bahan busana yang digunakan merupakan limbah kain perca yang didapat dari para penjahit. Adapun bahan yang didapat dari luar wilayah sesuai baju adat daerah seperti kain lurik khas Indonesia Timur.

“Alasanya pakai kain perca ya saya ingin membantu diri saya sendiri dan bumi pada umumnya. Saya banyak baca artikel tentang kain perca yang sulit diurai. Saya mulai dari diri saya sendiri untuk bergerak memanfaatkan kain perca yang tak digunakan lagi oleh penjahit di sekitar saya. Saya mintai untuk dibikin kerajinan,” katanya.

Setidaknya, dia telah melahirkan karya-karya boneka Nona Kriwil dengan baju adat sebanyak 18 provinsi dari seluruh Indonesia. Ada busana adat Jawa, Sunda, Bali, Nusa Tenggara, hingga Papua.

Boneke Nona Kriwil diperkenalkannya kepada publik sebagai pesan literasi dalam bentuk selain buku, mengenalkan budaya Nusantara kepada khalayak sekaligus berorientasi menjaga lingkungan.

“Tema baju adat nusantara dipilih juga karena saya ingin lestarikan budaya Indonesia. Memperkenalkan juga pada anak-anak, ini lho Indonesia itu kaya sekali (budayanya),” ucap Darum Santi.

Ekonomi Kreatif, dan Pemberdayaan Perempuan

Bukan perkara mudah memulai bisnis usaha kecil dan menengah (UMKM) ekonoim kreatif pada bidang kerajinan. Apalagi dirinya dan pelaku usaha lain harus melewati masa sulit saat Pandemi Covid 19 di Indonesia sejak Maret 2020.

Baru setahun memulai bisnis dengan ide baru tersebut, Darum Santi harus bertahan terhadap banyak pembatasan pergerakan saat itu. Dia tak lagi banyak mengikuti pameran-pameran UMKM di luar seperti mall, lokasi-lokasi luar ruangan (outdoor).

“Saya memilih banyak dirumah (tidak pameran di luar) saat itu mungkin ada dua tahun lebih,” katanya.

Seiring berjalannya waktu, kini usaha Nona Kriwil sudah bangkit kembali. Darum Santi sudah sering mengikuti pameran UMKM di luar bersama relasi sesama banyak perajin, dan pelaku ekonomi kreatif lainnya.

Dalam menggarap tiap-tiap pesanan, Darum Santi kini tidak lagi sendiri. Dia sudah mulai dibantu tenaga dari beberapa orang untuk membuat Boneka Nona Kriwil. Setidaknya dua hingga tiga orang lain yang membantunya berkarya.

“Sekarang sudah dibantu part time (paruh waktu). Kerjaan itu diambil dibawa pulang. Kemudian untuk finishing (penyelesaian) dikerjakan di rumah saya,” katanya.

Ya, Darum Santi merupakan salah seorang sosok perempuan yang peduli dengan persoalan pelestarian budaya, lingkungan. Kepedulian pada kayanya budaya Nusantara, dan lingkungan dipadukan bekal pengalaman di dunia kerajinan, disampaikan melalui literasi tiga dimensi, yakni Boneka Nona Kriwil.

Selain itu, dalam tubuh ceria Nona Kriwil juga mengandung dua pesan lain yakni ekonomi kreatif, dan pemberdayaan perempuan. Melalui usaha ekonomi kreatif kerajinan Boneka Nona Kriwil, Darum Santi juga mampu memberdayakan perempuan di sekitarnya.

Apa yang dilakukan Darum Santi, disemogakan mampu merengkuh hati orang lain dan menjadi inspirasi membungakan kebaikan-kebaikan lain yang tek terbatas.

Proses menyulam benang wol untuk Sejumlah Boneka Nona Kriwil beragam baju adat nusantara, ditunjukkan Darum Santi di kediamannya Kelurahan Muktiharjo, Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin 24 Juni 2024. (Foto: Diaz Azminatul Abidin)Proses menyulam benang wol untuk Sejumlah Boneka Nona Kriwil beragam baju adat nusantara, ditunjukkan Darum Santi di kediamannya Kelurahan Muktiharjo, Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin 24 Juni 2024. (Foto: Diaz Azminatul Abidin)

Penjualan ke Penjuru Nusantara hingga Luar Negeri

Boneka Nona Kriwil cukup mendapatkan perhatian dari khalayak dengan karakternya yang khas dan mengenalkan budaya Nusantara. Belum lama ini Darum Santi baru saja mengirimkan karyanya ke Palangkaraya, Kalimantan Tengah.

“April 2024 akhir saya ada pesanan ke Palangkaraya,” ucapnya.

Selain penjualan dengan mengikuti banyak pameran-pameran UMKM, penjualannya juga banyak melalui media sosial atau daring. Satu bulan rata-rata penjualan bisa 50-100 boneka.

Untuk penjualan, kata Darum Santi, udah ada yang memesan dari luar Pulau Jawa. Diakui paling banyak masih pembeli dari Pulau Jawa, karena dia masih sering keliling mengikuti pameran UMKM.

“Omzet bisa belasan juta sebulan saat sedang banyak. Harga boneka sekarang berkisar itu Rp120 ribu – Rp170 ribuan,” ujarnya.

Diceritakannya, Boneka Nona Kriwil juga sudah terbang ke luar negeri, di Eropa sampai ke Swiss. Boneka Nona Kriwil sebelumnya juga mendarat di Jepang, ketika dibeli orang Indonesia yang memang telah lama tinggal di Negeri Sakura.

“Pernah dibeli bule Swiss, istrinya orang Indonesia. Saat itu ingin terbang ke Swiss lalu membeli suvenir yang menurutnya khas ini. Lalu suatu ketika ada warga negara Indonesia (WNI) yang tinggal di Jepang sedang di tanah air. Dia ingin kembali ke Jepang. Suka dengan boneka Nona Kriwil ketemu saat saya pameran, lalu dibeli lumayan jumlahnya beberapa untuk mengenalkan budaya Indonesia di sana,” ujarnya.

Berkenalan dengan JNE

Darum Santi bilang, soal logistik, telah berlangganan dengan PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE). Perkenalannya itu sekira tahun 2012-an ketika pertama kali mulai menggeluti dunia ekonomi kreatif kerajinan.

“Kenal JNE sudah lama, pertama kali main di daring pakai JNE. Tahunya karena dekat rumah ada JNE pertama kali kenal logistik sekira 2012,” kata dia.

JNE cukup menjadi bagian penting untuk usaha kecil seperti Boneka Nona Kriwil untuk berkembang. Banyak perhitungan-perhitungan yang membuatnya terus berlangganan hingga hari ini. Mulai dari harga yang bersaing, hingga kepercayaan pelanggannya kepada JNE dalam urusan logistik pengiriman barang.

“Contoh saya kalau kirim ke Jakarta dan sekitarnya sekira dua hari sampai dengan harga Rp13-18 ribu untuk reguler. Ketika pengiriman ke luar pulau Jawa seperti Kalimantan dan Lampung (Sumatera), harga di atas Rp40 ribu dengan estimasi sampai 5 hari. Pelanggan rata-rata milihnya JNE. Mungkin karena di sana sering dipakai sama konsumen kemudian harga tidak terlalu tinggi,” ujar dia.

Menurutnya, pelayanan JNE ramah dan cepat. Dia mencontohkan saat mengganti metode pengiriman dari ok ke reguler dibantu dengan cepat hanya beberapa menit, padahal sudah tercetak berkasnya.

“Untuk kritik dan saran, mungkin bisa diperbanyak saja outlet-nya supaya mudah dijangkau,” kata dia.

Dwi Putri Misnawaty (kiri) dan anggota Cla-10 Ecoprint, menunjukkan hasil beberapa karya dengan pewarna alami di showroom di Dukuh Jebugan, Desa Karanganom, Kecamatan Karanganom, Kabupaten Klaten, pada tahun lalu, Senin 25 September 2023. (Foto: Diaz Azminatul Abidin)

UMKM Cla-10 Ecoprint

Hal yang hampir serupa dengan apa yang dilakukan Darum Santi, juga dikerjakan Dwi Putri Misnawaty (52). Dia menggagas usaha kecil mikro dan menengah (UMKM) fesyen dengan brand Cla-10 Ecoprint sejak 2019.

Cla-10 (dibaca Klaten) Ecoprint merupakan sebuah UMKM asal Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, yang di dalamnya terdapat potret gerakan pemberdayaan kaum perempuan yang berorientasi lingkungan dengan pewarna alami.

Di dunia fesyen, Ecoprint menjadi teknik cetak dengan menggunakan pewarnaan kain alami dengan motif dari dedaunan, bunga, kayu, dan lainnya. Dari hasil teknik Ecoprint ini mampu menghasilkan motif alami yang unik dan natural.

Dwi Putri bersama empat orang lainnya yakni Etik Haryani, Eni Hariyati, Endyah Suci Maharani dan Siti Suparni berupaya terus konsisten mengembangkan Cla-10 Ecoprint, berupa lembaran dewangga atau kain.

Tak muluk-muluk memilih motif daun-daun yang sukar ditemukan, Dwi Putri mencoba menembus batasan tak tertulis di dunia kerajinan Ecoprint. Dia berkarya menemukan bahan-bahan apa saja hingga dedaunan semak sekalipun.

Salah satu yang sering digunakan yakni daun yang sering disebut dari pohon Lanang. Dia juga berkreasi menggunakan daun-daunan yang ada dan tumbuh di sekitar desa, ada daun Jarak Kepyar, Jati, Talok/Kersen, ada mangsi-mangsian yang tumbuh di semak-semak.

Sementara itu, untuk pewarnaannya menggunakan daun Indigo, Secang, warna merah ada kayu Tingi, kayu Teteran, dan kayu-kayuan lain.

“Pada intinya semua daun bisa dipakai (Ecoprint). Di desa itu sebetulnya  ada banyak tanaman namanya keren-keren, misalnya daun tanaman Bidan itu di jalan-jalan di semak-semak banyak. Ada daun Marenggo, Pakis-pakisan. Pokoknya tidak usah yang susah-susah dan yang ada di sekeliling dulu,” ujarnya, saat penulis mengunjungi showroom di Dukuh Jebugan, Desa Karanganom, Kecamatan Karanganom, Kabupaten Klaten, pada tahun lalu, Senin 25 September 2023.

Dalam perjalanannya, karya UMKM Cla-10 Ecoprint telah banyak diminati ragam kalangan. Mereka mulai dari konsumen dalam negeri, hingga turis yang berwisata ke Indonesia. Misalnya, karya kain Ecoprint pernah dibeli turis Mandarin, saat berkunjung ke Candi Prambanan. Kebetulan saat itu, ada pameran yang diikuti Cla-10 ecoprint.

Karya-karya Cla-10 Ecoprint tak hanya lembaran kain, namun juga merambah kerajinan sepatu, tas, gelas, hingga beberapa model kerajinan lainnya. Adapun, dalam pengiriman ke konsumen dalam negeri, Dwi Putri mengaku berlangganan dengan JNE.

“Kebetulan JNE, dekat dengan galeri (kami). Pengiriman ke luar daerah seperti ke Surabaya, dan Jakarta,” ujar dia, saat dihubungi kembali penulis, Selasa 23 Juli 2024.

Selain, jangkauan JNE yang dekat dengan lokasi usahanya, Dwi Putri bilang, cukup cocok dengan tarif yang diberikan. Selain itu, pelanggannya juga memilih JNE sebagai pengiriman produk pesanan.

Sekretaris Dinas Koperasi dan UKM (Dinkop UKM) Provinsi Jawa Tengah, Hatta Hatnansya Yunus, di kompleks Kantor DPRD Jawa Tengah, , Kamis 11 Juli 2024 malam. (Foto: Diaz Azminatul Abidin)

Potensi Pertumbuhan UMKM di Jawa Tengah

Sekretaris Dinas Koperasi dan UKM (Dinkop UKM) Provinsi Jawa Tengah, Hatta Hatnansya Yunus menjelaskan, pada sebuah Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, data pertumbuhan UMKM di Jawa Tengah nya 4,2 juta.

Selanjutnya, data itu diperbaharui oleh Dinkop UKM Jawa Tengah untuk lebih spesifik lagi. Pada 2022 ditemukan ada  1,6 juta pelaku UMKM. Kemudian pada 2024, mulai Juli-November akan mendata lagi sebanyak  1 juta 59 ribu UMKM yang tersebar di 32 kabupaten/kota.

“Maksud pendataan untuk memperbarui lagi. Kita tahu mungkin saat Covid-19, ada (UMKM) yang berhenti atau pindah usahanya, atau mereka memilih profesi lain. Makannya didata ulang agar fix by name by addres, sehingga lokasi tempatnya juga kita bisa dapat. Data UMKM itu secara umum ya, baik yang terdaftar di OSS maupun umum (belum),” ujar dia, Kamis 11 Juli 2024.

Selanjutnya dijelaskan, UMKM di Jawa Tengah didominasi kaum perempuan. Hatta menyebut  angkanya kira-kira di atas 60%. Untuk data yang lebih lengkap, pihaknya akan terus mendata lebih jauh secara spesifik mendalam.

 

Foto ilustrasi kurir JNE sedang melakukan mengantar paket. (Foto: Dok JNE)

UMKM Tulang Punggung Bisnis JNE

Head Regional JNE Jawa Tengah-DI Yogyakarta Marsudi mengatakan, secara Jawa Tengah dan Nasional presentasi pelanggan JNE didominasi pelaku UMKM dibandingkan korporasi. Mayoritas transaksi terbanyak masih di dalam Pulau Jawa. Di dalamnya, termasuk UMKM Boneka Nona Kriwil, dan Cla-10 Ecoprint.

“Bila dibandingkan dengan 5-7 tahun ke belakang, masih didominasi oleh korporasi.  Akan tetapi kemudian saat ini didominasi oleh UMKM dan brand owner. Jadi kalau dari presentasi  100 persen, 80 persennya UMKM dan brand owner, 20 persennya korporasi,” ujarnya dikonfirmasi Suarabaru.id, Jumat 28 Juni 2024.

Untuk komoditas pengiriman yang paling besar yakni fesyen dan makanan. Sementara pada bidang kerajinan di Jateng-DI Yogyakarta khususnya masih di bawah fesyen dan makanan. Tren ini juga berlaku di kota –kota lainnya di luar Jateng-DI Yogyakarta.

Marsudi mengakui paham betul kebutuhan pelaku UMKM untuk berkembang dan kebutuhan masyarakat . Dia mengakui, JNE terus mendukung pertumbuhan UMKM di Jateng-DI Yogyakarta khususnya dengan menghadirkan promo-promo atau layanan yang sesuai dengan kebutuhan UMKM.

“Promo itu salah satunya dengan Layanan Instan Kurir bernama Roket Indonesia melalui aplikasi. Itu program pengiriman untuk dalam kota, di mana rata-rata didominasi makanan dan minuman (food and beverage). Kami juga masuk ke rumah sakit-rumah sakit sebagai mitra layanan pengiriman obat. Itu salah satu terobosan untuk peka terhadap kebutuhan pelanggan JNE,” ujarnya.

Di era sekarang, Marsudi mengemukakan bila orang berbelanja pasti akan melihat berapa ongkos kirim, hingga bebas biaya atau tidaknya.  Maka JNE, juga memberikan solusi untuk dua hal umum tersebut melalui brand owner  (pemilik usaha/penjual).

JNE juga memberikan promo khusus untuk pelanggan yang datang ke langsung bertransaksi di outlet layanan. Misalnya, kata Marsudi, promo itu menyesuaikan momentum pada hari raya Idul Fitri, dalam rangka Piala Eropa memberikan diskon 50 persen untuk pengiriman internasional, dan lainnya.

“Tren dari promo-promo ini dapat dilihat dari meningkatnya kiriman dari waktu ke waktu tahun–ke tahun positif naik sekira 30-40 persen. Khususnya pada momen-momen besar ataupun promo tanggal tertentu,” ucapnya.

Dengan banyaknya layanan itu, JNE tak lantas tutup mata soal kritik saran dari pelanggan. Marsudi bilang, untuk berusaha peka mendengarkan apa kebutuhan pelanggan melalui tim penjualan yang ada di masing-masing kantor cabang di seluruh Indonesia.

Keunggulan JNE, sambung dia, perusahaan punya cabang-cabang utama di masing-masing provinsi dan ada kantor cabang di ring dua di kota atau kabupaten penyangga. Dengan begitu, pelanggan bisa berkomunikasi langsung dengan pegawai JNE untuk mengakomodir kebutuhan mereka.

Jasa Pengiriman Terpopuler

Dalam survei yang dirilis Populix pada awal Agustus 2023, bertajuk “Indonesia Outlook on the Logistic Delivery Services”, JNE masuk dalam jajaran atas jasa pengiriman logistik yang diminati Gen Z dan milenial.

Timothy Astandu, Co-Founder dan CEO Populix, bilang sebanyak 88% dari partisipan riset kalangan Gen Z mengaku memakai layanan pengiriman untuk pembelian daring. Angka 12% lainnya menunjukkan kebutuhan pribadi dalam memakai jasa pengiriman barang.

“Generasi Milenial, 76% responden riset memakai jasa pengiriman untuk berbelanja daring. Secara angka rata-rata, kalangan ini memakai jasa pengiriman untuk kebutuhan belanja maupun pengiriman barang pribadi mencapai 2-3 kali dalam kurun waktu satu bulan,” kata Timothy dalam rilis hasil survei  tersebut.

Kecepatan pengiriman barang, jadi alasan mayoritas responden memilih salah satu jasa pengiriman untuk pengiriman pribadi. Pada kebutuhan pengiriman belanja daring, ada alasan keuntungan gratis ongkos kirim dan kecepatan pengiriman.

Dari sisi penjual, sebanyak 63% pelaku usaha memilih jasa pengiriman barang dagangan karena alasan jangkauan konter kurir yang paling dekat. Terlebih, sudah ada layanan, mendapatkan nomor pelacakan fisik secara langsung untuk memantau status pengiriman barang mereka.***

#JNE #ConnectingHappiness #JNE33Tahun #JNEContentCompetition2024 #GasssTerusSemangatKreativitasnya

Diaz Azminatul Abidin