blank
Macan kurung koleksi Dr Sugiyanto, SST, S.Pd, M.MT. Foto: Sumarno

Oleh : Hadi Priyanto

Macan Kurung sejak ratusan tahun lalu telah menjadi ikon seni ukir Jepara. Karena itu di pintu masuk kota ini  di Desa Gedangan, Kecamatan   Welahan di bangun monumen Macan Kurung  yang sangat megah. Jauh sebelumnya jugatelah  dibangun monumen dalam bentuk yang lebih kecil diperbatasan Jepara – Kudus.

Namun ikon Macan Kurung  itu kini terancam  punah. Sebab saat ini tinggal  satu orang pengrajin macan kurung yang tersisa. Itu pun tidak setiap hari bekerja. Bahkan untuk menjaga  dapurnya tetap menyala, ia harus bekerja di Jakarta. Ironis memang, sebab kota ini memiliki branding sebagai kota ukir dan bahkan mencoba membangun citra baru, Jepara The Word Carving Center,  Jepara Pusat Ukir Dunia.

Macan kurung pertama kali dibuat oleh  Asmo Sawiran, seorang perajin dari Belakang Gunung apada akhir abad XVIII.  Selain dikenal sebagai kreator macan kurung, Asmo Sawiran konon  adalah penemu pahat pusaka yang ada dalam legenda Sungging  Prabangkara seniman  handal dari Majapahit yang mengukir dengan menaiki layang-layang karena dihukum raja Brawijaya V. Sang seniman yang memiliki nama lain Joko Prabangkara ini konon jatuh dan kemudian setelah meninggal dimakamkan  di Gunung Layu, Belakang Gunung.

Karena menemukan pahat Sungging Prabangkara, menurut almarhum  Sunardi, keahlian mengukir Asmo Sawiran meningkat pesat. Almarhum Sunardi adalah seorang seniman Macan Kurung hebat pada masanya. Ia adalah cucu Asmo Sawiran yang mewarisi kemampuan mengukir macan kurung dari eyangnya.

Menurut Sunardi, Mbah Asmo Sawiran  kemudian banyak sekali menemukan ide-ide penciptaan ukiran di luar dugaan, seperti mendapatkan tuntunan gaib. Salah satu karyanya yang kemudian sangat terkenal adalah macan kurung yang sempat menjadi produk primadona pada masa kejayaannya.

Macan kurung adalah karya seni ukir tiga dimensi yang terbuat dari sepotong kayu bulat. Tidak terdapat satu bagian pun dari bentuk kurungan yang pembuatnnya menggunakan teknik tempelan atau membelah kayu untuk memasukkan  macan, bola, atau rantai. Keseluruhan komponen macan kurung adalah satu bahan kayu yang utuh.

Pada bagian badan terdapat subyek utama seekor macan dengan rantai pengikat dan sebuah bola yang dapat menggelinding.Di seputar macan dan bola terdapat bentuk-bentuk batang silinder (jeruji) dalam ukuran yang sama, disusun dengan formasi memutar, serta pada jarak tertentu secara beraturan sehingga membentuk sebuah ruang di dalamnya. Kemudian di atasnya terdapat sebuah bidang bulat seperti dasarnya yang menutupi ruang itu secara rapat.

Pada bagian atas kurungan biasanya diberi hiasan bebas seperti naga, burung elang, ular, pepohonan (hutan), atau burung Garuda Pancasila tergantung kreativitas perajin atau pesanan pembeli dengan memperhatikan tujuan atau makna simbolis tertentu. Namun tidak jarang pula perajin memberi hiasan pada bagian atas macan kurung hanya sebatas hiasan tanpa memikirkan mengenai makna simbolisnya.

Ukiran ini dibuat pada sepotong kayu bulat utuh tanpa dibelah dan tanpa sambungan. Karena keunikan-keunikannya maka macan kurung menjadi  ikon seni ukir Jepara.  Ironis jika kemudian dibiarkan punah. (Bersambung)

Penulis adalah Ketua Yayasan Pelestari Ukir Jepara