Oleh: Amir Machmud NS
// takkan ada yang berbeda/ dalam status perjuangan/ dia boleh selucu dan semanis kelinci/ boleh pula secerdik kancil/ pun bisa segalak macan…//
(Sajak “Si Kucing Galak”, Juli 2024)
SELUCU kelincikah kita? Semanis kucingkah, atau menjadi secerdik kancil? Atau setrengginas “blacan” si kucing hutan, yang menjelma menjadi “kucing galak” di tengah kepungan kesangaran para macan?
Peta babak ketiga Pra-Piala Dunia Zona Asia rasanya sulit mengapungkan optimisme, walaupun tentu kita tak boleh pesimistis. Dengan ranking FIFA 134, realitasnya Tim Garuda menempati pot bawah di antara kekuatan-kekuatan utama Asia.
Tergabung di Grup C bersama Jepang, Australia, Arab Saudi, Cina, dan Bahrain jelas bukan jalan yang menyenangkan bagi Asnawi Mangkualam dkk. Toh tim pelatih, lewat asisten Choi In-chul merasa jalan ini sudah sesuai ekspektasi, dan Shin Tae-yong cs akan mengeksplorasi potensi terbaik tim.
Jalan terjal Indonesia mirip dengan peta yang ditempuh Thailand dan Vietnam di kualifikasi Piala Dunia 2018 dan 2022. Kedua tim terbaik di Asia Tenggara itu tak mampu berbicara lebih jauh.
Vietnam pada 2021 jadi bulan-bulanan kumpulan tim yang hampir sama dengan lawan-lawan Indonesia sekarang. Bedanya, kali ini ada Bahrain, sedangkan dulu mereka menghadapi sesama tim Asia Barat, Oman.
Dua Aspek
Banyak pengamat yang mengatakan, penampilan Indonesia akan berbeda dari kualifikasi Piala Dunia yang sudah pernah dilalui. Termasuk oleh Thailand dan Vietnam.
Pertama, konstelasi kekuatan Timnas Garuda kali ini sudah jauh berbeda dari kualifikasi-kualifikasi yang lalu. Indonesia dipilari oleh para pemain naturalisasi (baca: diaspora) yang terbukti telah mengangkat performa timnas di Piala Asia 2023 dan Piala Asia U23 2024. Kelolosan ke putaran ketiga Pra-Piala Dunia juga harus diakui merupakan efek kuat dari kebijakan penggunaan pemain diaspora.
Kehadiran pelatih Shin Tae-yong merupakan sisi lain yang — suka atau tidak suka — menumbuhkan budaya baru dalam disiplin dan gaya hidup timnas.
Jika dua aspek ini bisa secara konsisten dikelola dan dimaksimalkan, bukan tidak mungkin penampilan melawan tim-tim “macan Asia” seperti Jepang, Arab Saudi, dan Australia bakal berbeda. Setidak-tidaknya, lewat Piala Asia 2023 dan Piala Asia U23 2024 kekuatan-kekuatan utama Asia sudah memandang lain racikan coach STY.
Kedua, banyak pengamat yang memberi tekanan saran agar kita betul-betul memanfaatkan laga kandang. Dari Grup C, tim yang sudah memberi gambaran bakal menjadi lawan sulit adalah Jepang, Arab Saudi, dan Australia. Terhadap Cina dan Bahrain, walaupun keduanya juga bukan tim yang di atas kertas mudah diatasi, namun berada di bawah pot tiga macan garang Asia tersebut.
Maka, memaksimalkan suasana keriuhrendahan Gelora Bung Karno di Senayan, atau memanfaatkan “taktik kelelahan perjalanan lawan” dengan menjadikan Gelora Bung Tomo Surabaya sebagai kandang, bisa menjadi alternatif pertimbangan yang memberi keuntungan.
Dari aspek ini, kita juga tetap harus memandang laga tandang ke Jepang, Australia, dan Arab Saudi, di samping ke Cina dan Bahrain sebagai fokus untuk tidak menjadi bulan-bulanan lawan. Dari sisi peluang, sekali lagi, Indonesia sudah berbeda dari sebelum era Shin Tae-yong dan proyek naturalisasi.
Konsistensi
Mengejar “status” sebagai macan Asia memang masih menjadi perjalanan panjang. Kemampuan mengalahkan Australia, Yordania, dan Korea Selatan di Piala Asia U23 Qatar, secara tidak langsung mengangkat konfidensi anak-anak Indonesia, namun dengan kenyataan kita masih selalu kesulitan menghadapi tim-tim Asia Barat. Irak, misalnya.
Dan, Indonesia juga akan menjajal kondisi itu menghadapi Arab Saudi dan Bahrain.
Menjelang serangkaian laga babak ketiga kualifikasi Piala Dunia, Pasukan STY membutuhkan perawatan konsistensi persiapan. Peta jalan ini tidak boleh diganggu agar di arena nanti Asnawi Mangkualam dkk betul-betul menjelma sebagai “kucing galak” di tengah kepungan kegarangan para macan.
Saatnya, Indonesia meraih posisi untuk dikenang sebagai kekuatan yang perlahan-lahan mampu menjajarkan diri di kancah persaingan Asia.
Dari kucing ke blacan, dari blacan ke macan…
— Amir Machmud NS, wartawan suarabaru.id, dan Ketua PWI Provinsi Jawa Tengah —