blank
Atlet Gantole beraksi pada Kejuaraan Internasional Lintas Alam Terbatas Gantole Piala Telomoyo VIII 2024 Cat 2 FAI, di Gunung Telomoyo, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah yang dimulai Rabu-Ahad, 24-28 Juli 2024. (Foto: Diaz Abidin)

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Sebanyak 31 atlet berpartisipasi dalam Kejuaraan Internasional Lintas Alam Terbatas Gantole Piala Telomoyo VIII 2024 Cat 2 FAI, di Gunung Telomoyo, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah yang dimulai Rabu-Ahad, 24-28 Juli 2024.

31 peserta kejuaraan Gantole di Gunung Telomoyo tersebut berasal dari berbagai wilayah, seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, DI Yogyakarta, Sumatera, hingga beberapa atlet dari India.

Dimulainya kejuaraan Gantole tahun ini juga sekaligus meresmikan Gunung Telomoyo menjadi pusat olahraga Dirgantara Gantole, yang ditandatangani oleh Penjabat Gubernur Jawa Tengah Nana Sudjana diwakili oleh Asisten Ekonomi dan Pembangunan Sekda Jateng, Sujarwanto Dwiyatmoko, disaksikan perwakilan dari Perhutani, dan Pengurus Besar Federasi Aero Sport Indonesia (PB FASI).

Atlet Wanita dan Termuda

Salah satu atlet yang menarik perhatian yakni satu-satunya atlet perempuan sekaligus jadi yang termuda, Yuana Putri Kurnia Ramadani (19) asal Madiun, Jawa Timur. 

Dia bilang, Gunung Telomoyo punya kekhasannya tersendiri ketika digunakan untuk terbang. Lokasi ini menjadi yang kedua kalinya untuk Mahasiswi Universitas Negeri Surabaya (Unesa) itu terbang hingga kejuaraan kali ini.

“Di Gunung Telomoyo enaknya lama, bisa terbang 2-3 jam. Pemandangannya juga indah banyak Gunung, ada Gunung Merbabu,” kata dia.  

Salah satu tantangan untuk terbang di Gunug Telomoyo yakni kondisi Termal. Kemudian dekat dengan kabut awan, yang itu akan sering dihindari penerbang.

“Jadi memang awan itu dihindari. Akan bahaya kalau masuk, karena putih semua. Jadi bisa tabrakan antar penerbang,” ujarnya.

Untuk diketahui, Yuana merupakan salah satu atlet potensial Gantole. Dia baru mengenal dunia olahraga ini pada saat kelas 2 SMA tepatnya pada 2021.

“Kenal olahraga ini dikenalkan oleh orang tua dahulu karena terlibat di Pramuka. Kemudian berlatih dan berlatih, mulai lari-larian di bandara. Terjun di tempat pendek, mulai ketinggian 5 meter-10 meter. Keluarga itu yang menjadi dukungan terbesar saya,” ujarnya.

blank
Atlet Gantole dalam kejuaraan internasional di Gunung Telomoyo. (Foto: Diaz Abidin)

Perjuangkan Olahraga Dirgantara

Ketua PB FASI Marsda TNI Andi Wijaya bercerita sejak 1997 memperjuangkan Gantole menjadi cabang olahraga yang diakui, hingga kini berkembang dan menjadi daya tarik tersendiri di tengah masyarakat.

“Saya bercerita sedikit saya ini seorang penerbang. Tahun 1997, Gantole sudah mengawali.  Setiap ada olahraga dirgantara di sana akan tumbuh sisi ekonomi dan pariwisata,” kata dia.  

Khusus Gunug Telomoyo, kata dia, menjadi salah satu tempat tertinggi di Indonesia untuk olahraga dirgantara.  

Dengan adanya Gantole, potensi pariwisata alam di Gunung Telomoyo yang berada pada ketinggian 1.894 MDPL membuatnya semakin diperkenalkan kepada publik nasional, dan internasional.

“Dengan adanya olahraga dirgantara ini, setiap kawasan yang kami gunakan makin dikenal. Apalagi Gunung Telomoyo ini wisatanya bagus untuk pemandangannya,” kata dia. 

Andi Wijaya menambahkan, keberadaan para atlet olahraga dirgantara tidak semata-mata mengejar profit, meskipun keberadaanya pasti menumbuhkan ekonomi dan pariwisata.

Misalnya ada bazar usaha kecil mikro dan menengah (UMKM) di tempat pendaratan Gantole dan Parahlayang. Lalu daya tarik kunjungan pariwisata di Gunung Telomoyo.

“Kami ini pak, kalau hobi ya hobi saja. Namun olahraga ini mengajarkan kami membentuk karakter, disiplin, dan mental berani.” kata dia.

Tertib dan Bebas Pungli

Dengan tumbuhnya pariwisata di kawasan, Andi Wijaya ingin adanya kolaborasi antar pihak, dan dibuatkan landasan aturan.

Tujuannya, kata dia, agar kawasan pariwisata bisa semakin tertib. Dia ingin ada perjanjian kerja sama atau MoU yang mengikat.

“Sebuah tempat pariwisata itu butuh ketertiban. Wisata akan langgeng kalau ada servis dan keamanan, kalau tidak begitu maka pariwisata akan hilang.  Keamanan dan servis harus dijaga, yang paling penting tidak ada pungli (pungutan liar),” ujarnya.

Asisten Ekonomi dan Pembangunan Sekda Jateng, Sujarwanto Dwiyatmoko menyampaikan dukungan penuh untuk PB FASI menggelar kegiatan-kegiatan tersebut. Terlebih mampu meregenerasi bibit muda atlet, hingga mendatangkan atlet internasional.

“Kami menaruh fokus untuk mengembangkan sport tourism di Jawa Tengah. Apalagi di Gunung Telomoyo ini, dengan potensi alam yang luar biasa,” kata dia.

Diaz Abidin