Jenazah pemeran Bagong, WO Ngesti Pandowo, Totok Pamungkas disemayamkan di Sobokartti. Foto: R. Widiyartono
Totok Pamungkas melatih menari Jawa. Foto: Dok keluarga

WAYANG ORANG Ngesti Pandowo kehilangan pemeran Bagong, yaitu Yurustiarto atau yang dikenal sebagai Totok Pamungkas. Totok Pamungkas meninggal dunia dalam usia 60 tahun, di RS Telogoredjo Rabu malam, sekitar pukul 22.00.

Totok Pamungkas meninggal setelah dirawat sehari di rumah sakit tersebut. Menurut putri sulungnya, Indah Leo Yurita, sang ayah meninggal karena menderita sakit gula dan terakhir mendapat serangan jantung.

“Bapak sakit tetapi tidak dirasakan. Kalau disarankan untuk periksa nggak mau, alasannya, nanti jadi tahu segala penyakitnya,” ujar Indah, di Gedung Sobokartti Jalan Dokter Cipto, Semarang tempat jenazah disemayamkan.

Beberapa pelayat hadir dan berdoa did epan peti jenazah almarhum Totk Pamungkas didampingi putrinya Indhah Leo Yurita. Foto: R. Widiyartono

Indah menyebut, ayahnya adalah seorang fighter. “Sampai detik terakhir tidak pernah menyerah. Bapak tidak pernah mengeluh, dan komitmen pada pekerjaan, pada kesenian sangat luar biasa,” kata Indah.

Indah juga menuturkan, Sabtu malam 13 Juli lalu, ayahnya masaih main di Ngesti Pandowo. Pentas hari itu adalah memperingati 87 tahun kelompok wayang orang yang tetap eksis di Semarang ini.

“Bapak sudah diingatkan, karena kondisinya dalam keadaan sakit. Tetapi mengatakan, bahwa hari itu hari penting, peringatan 87 tahun Ngesti Pandowo, bapak ingin ikut menandai perjalanan Ngesti Pandowo,” ujar Indah.

Sabahat-sahabat almarhum Totok Pamungkas, yaitu Tjahjono Rahardjo dan fotografer Agus Budi Santoso melayat di Sobokartti. Foto: R. Widiyartono

Tampak melayat di sana seperti Tjahjono Rahardjo, yang pernah menjabat Ketua Perkumpulan Seni Budaya dan Gedung Cagar Budaya Sobokartti. Tjahjono mengatakan, Totok Pamungkas adalah sosok yang luar biasa. “Dia bukan sekadar pemain wayang, yang berperan sebagai Bagong. Dia itu guru yang luar biasa, di Sobokarrti dia guru tari, dia juga dikenal sebagai sutradara,” ujar Tjahjono Rahardjo.

Sebagai guru, tambah Tjahjono, Totok Pamungkas sangat disiplin. Karena kedisiplinannya ini, banyak yang menyebut Totok guru yang galak. “Sebenarnya bukan galak, tetapi karena disiplin itu. Dulu murid tari pada awalnya hanya empat orang, dengan adanya Mas Totok sekarang murid tarinya ratusan orang,” ujar Tjahjono.

Totok Pamungkas meninggalkan tiga orang anak yaitu Indhah Leo Yurita, Benny Brahmantya Adi, dan Dimas Brahmantya Adi, dan dua orang cucu Lionel dan Elyon.

Jenazah almarhum saat ini masih disemayamkan di Sobokartti dan akan dimakamkan di makam Cebolok, Sambirejo, Semarang berdampingan dengan istrinya yang meninggal tahun 2021 lalu.

Sugeng tindak Mas Totok, Rahayu ing Palereman, Gusti sampaun maringaken panggenan sekeca ing swarga.

R. Widiyartono