blank
DBHCHT Fasilitasi Pelaku Usaha dan Perajin Tembakau Kembangkan Produksi Rokok

WONOSOBO(SUARABARU.ID)-Dinas Tenaga Kerja Perindustrian dan Transmigrasi (Disnakerintrans) Kabupaten Wonosobo secara intens dampingi para pengrajin tembakau. Pendampingan tesebut dilakukan agar para pengrajin tembakau bisa terus berkembang dan mandiri.

Kepala Disnakerintrans Wonosobo Prayitno menjelaskan sudah sejak lama daerahnya dikenal sebagai salah satu kota penghasil tembakau.

Hal itu membuat tembakau menjadi salah satu komoditas andalan bagi masyarakat yang hidup di sekitar lereng Gunung Sindoro maupun Gunung Sumbing.

“Dan selama ini tidak hanya para petani yang banyak mengambil keuntungan dari keberadaan tembakau di Wonosobo. Banyak pengrajin juga yang ikut memanfaatkan adanya tembakau untuk diolah menjadi produk. Lewat tembakau garangan maupun tembakau halusan,” katanya.

Untuk itu, Pemkab Wonosobo melalui Disnakerintrans berusaha memfasilitasi para pelaku tembakau untuk mengembangkan keterampilan yang dapat menjadikan sebuah nilai tambah. Salah satunya melalui berbagai pelatihan yang telah digelar selama ini.

“Melalui Disnakerintrans ini kita berkolaborasi dengan Bea Cukai menggunakan anggaran DBHCHT menggelar pelatihan teknis pelintingan ke beberapa pengrajin yang ada di Wonosobo,” ujarnya.

Hal itu dilakukan agar para pelaku dan pengrajin tembakau bisa meningkatkan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menentukan kualitas tembakau hingga menjadi nilai tambah dalam segi ekonomi.

“Karena kita tahu produk hasil tembakau telah menjadi komoditas yang memliki kontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat maupun pembangunan daerah,” terangnya.

Dua Kecamatan yang dianggap banyak pelaku dan pengrajin tembakau ini ada di Kecamatan Kertek dan Kalikajar. Sehingga pihak Disnakerintrans mencoba untuk fokus melakukan pelatihan di dua kecamatan tersebut.

“Melalui dukungan fasilitasi pelatihan dan pendampingan yang diberikan, sejauh ini sudah berdiri dua industri rokok di Wonosobo. Itu ada di Desa Reco, Kertek dan Desa Mangunrejo, Kalikajar,” terangnya.

Saat ini, lanjut dia, proses pembentukan pabrik rokok lokal ini masih terus berjalan. Dan pengajuan cukai tinggal menunggu hasil dari uji lab tar dan nikotinnya sehingga dapat diperjualbelikan dengan aman.

Lakukan Branding

blank
Beberapa warga tampak antusias ketika mengikuti pelatihan ketrampilan yang digelar Disnakerinstrans Wonosobo. Foto : SB/Muharno Zarka

Disampaikan Prayit, pelatihan yang diberikan tidak hanya sekadar pelatihan teknis pelintingan tembakau saja. Melainkan juga bagaimana cara melakukan branding kretek asli Wonosobo ini agar memiliki nilai tambah dan mampu bersaing di pasaran.

“Diharapkan, para pengrajin dan pelaku tembakau dapat bisa terus berkembang dan lebih mandiri. Apalagi daerah Kertek dan Kalikajar selama ini dikenal sebagai penghasil daun tembakau dengan kualitas bagus,” katanya.

Karena itu, menurut Prayit, pemerintah daerah ingin produk hasil tembakau di Wonosobo bisa terus eksis di pasaran. Sehingga peningkatan keterampilan dari sektor sumber daya manusia (SDM), terutama bagi petani dan perajin tembakau, perlu terus dilakukan.

“Dengan demikian akan selalu muncul inovasi dan bisa terus meningkatkan serapan tenaga kerja dari sektor ini. Jika komoditas tembakau di Wonosobo banyak terserap di pasaran, maka ke depan banyak petani dan pedagang tembakau yang semakin sejahtera,” ungkapnya.

Sementara itu, Sekretaris Daerah Wonosobo, One Andang Wardoyo mengakui di dua kecamatan, yakni Kertek dan Kalikajar memang menjadi salah satu kawasan pertanian penghasil tembakau. Namun selama ini, produk tembakau masih sering dijual ke pabrik besar di luar daerah.

“Dengan munculnya usaha baru bagi warga di Desa Reco dan Desa Mangunrejo ini tentu akan bagus bagi keberlangsungan petani kita. Juga mampu berpeluang membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar,” jelasnya.

Menurut Sekda, tembakau akan bernilai lebih jika diolah dengan keterampilan yang mumpuni. Salah satu nilai tambahnya yaitu dibuat rokok dengan branding lokal yang khas. Rokok lokal harus bisa bersaing dengan produk rokok yang selama ini beredar di pasaran.

“Dengan kehadiran perusahaan rokok ini akan sangat membantu kiprah dari para petani tembakau lokal di Wonosobo. Sehingga mampu menjadi daya ungkit ekonomi di masyarakat semakin luas,” tandasnya.

Pada Kesempatan yang sama, Nur Mustaqim selaku pemilik dari PT Nur Agung Reborn mengatakan bahwa pihaknya masih banyak membutuhkan dorongan dari pemerintah dalam mengembangkan usaha dan perannya terhadap keberlanjutan dan kesejahteraan masyarakat.

“Sejauh ini kami masih berusaha meningkatkan nilai tambah dalam mengolah hasil petani tembakau dari bahan baku menjadi produk dengan nilai jual yang tinggi,” kata dia.

“Dengan jalinan kerja sama melalui pelatihan ini, harapannya ini dapat memberikan manfaat keterampilan bagi para karyawan serta memberi efek baik bagi masyarakat sekitar,” pungkasnya.

Muharno Zarka