Tentang dipilihnya surat Yusuf itu dengan harapan, jika bayi itu lahir lelaki, dia memiliki wajah yang rupawan, seperti Nabi Yusuf AS yang rupawan. Selain berwajah rupawan juga cermin dari ramaja yang pandai menjaga diri, tidak mudah dirayu wanita kaya.

Dan setelah dewasa, juga tidak dendam kepada saudara-saudara yang pernah menzaliminya, padahal saat dewasa itu dia mampu untuk melakukan pembalasannya, dan itu tidak dilakukannya.

Nabi Yusuf AS pun anak yang berbakti kepada orang tuanya, Nabi Ya’kub. Dan statusnya sebagai raja pada saat itu, tidak membuatnya angkuh dan menyia-nyiakan ayahnya yang sudah tua dan buta.

Karena itu, sebagai bentuk ikhtiar agar bayi itu kelak memiliki sebagian dari kebaikan lahir batin sebagaimana kebaikan yang ada pada fisik dan pribadi Nabi Yusuf AS, sedangkan tugas Ibu, dianjurkan membaca surat Maryam.

Yaitu surat yang mengisahkan keagungan perawan Maryam, yaitu Ibu dari Isa Almasih, wanita suci yang terkurung dalam mihrab dan selalu didatangi rezeki dari Allah berupa buah-buahan.

Maryam adalah perawan yang belum terjamah, yang dipilih Allah SWT, ini menunjukkan kekuasaan-Nya maka dia pun hamil tanpa melalui proses sebagaimana yang lazim terjadi pada umumnya.

Selain ajaran dari para ahli hikmah, secara  tradisi, orang-orang tua kita memberikan ajaran agar seseorang lebih dapat menjaga diri ketika dia memiliki janin dalam kandungan. Di antaranya, kedua orang stua untuk  memperbanyak laku prihatin.

Ramah terhadap alam, tidak menganiaya binatang (apalagi manusia), tidak menghina ciptaan Allah yang tampak cacat, dan sesegera mungkin memohon ampunan disaat melakukan kesalahan, baik yang disengaja atau karena khilaf.

Selain memperbanyak membaca Alquran, Ayah calon bayi pantang melakukan hal-hal yang negatif, apalagi yang masuk dalam kategori melampaui batas. Bahkan jika perlu, selama bayi dalam kandungan,  kedua orang tuanya puasa sunnah Senin dan Kamis dan malam hari memperbanyak saalat tahajjud.

Intinya, apa yang dilakukan kedua orangtua pada saat bayi dalam kandungan itu merupakan “fotokopi” yang nantinya mewarnai kepribadian anak dikemudian hari.

Dalam kitab Qurratul Uyun dijelaskan, di saat Ibu sedang hamil, disarankan untuk menjauhi makanan yang hina, menjijikkan, tidak mengandung gizi yang baik dan sering berganti-ganti menu.

Dan jika  menghendaki anak yang memiliki kecerdasan baik, Ibu banyak makan buah lauban. Fungsi dari buah ini, agar anak terhindar dari penyakit dahak.

Dalam Kandungan

Masih berkaitan dengan pendidikan si calon bayi dalam kandungan, pernah diadakan penelitian terhadap 40 Ibu yang hamil dibagi dalam dua kelompok. Masing-masing diperdengarkan musik yang berbeda.

Kelompok pertama diperdengarkan musik rock dan kelompok yang kedua diperdengarkan musik reggae. Hasilnya, sebagian besar dari bayi itu setelah lahir menyenangi jenis musik yang selalu diperdengarkan di saat ibunya hamil.

Tentu saja sangat logis jika bayi dalam kandungan selalu diperdengarkan firman-firman Allah agar setelah lahir, hati dan telinganya peka terhadap sentuhan-sentuhan religi agar kelak lebih mudah menerima nasihat kebajikan dan tumbuh sebagai generasi yang tidak menimbulkan masalah bagi keluarga dan lingkungannya.

Setelah bayi lahir, tugas kedua orang tua belum selesai. Selanjutnya dia harus memberikan nama yang baik, yang memiliki makna doa kebajikan. Dan orang tua yang baik tentu menghindari memberi nama pada anaknya yang asal nama.

Apalagi hanya berdasarkan pada keinginan untuk mencerminkan bentuk-bentuk kesombongan. Nama yang baik tidak harus berbahasa Arab. Dengan bahasa daerah, jika itu memiliki makna yang baik dan mencerminkan kerendahhatian, dihadapan Allah. (Bersambung)