Lawiyah, warga Desa Padas Kecamatan Kedungjati, Kabupaten
Grobogan, Jateng terdampak kemarau. Foto: Dok/Dompet Dhuafa

“Untuk bertahan hidup, saya bertani dan mengirimkan (jagung) ke kota. Penghasilan saya bergantung dengan hasil panen dan itu nggak tentu. Tahun lalu saya gagal (panen), karena tanaman jagung dimakan ular. Tahun ini pun hasilnya tidak bagus karena kemarau. Saya jadi sedih, anak saya yang harusnya kerja di luar jadi ikut bantu saya di sini, bantu ngarit atau bersih-bersih ladang,” terang Lawiyah belum lama ini.

Untuk bertahan hidup, sehari-hari Lawiyah dan suami serta dua anaknya harus mengkonsumsi nasi berlauk daun singkong rebus. Sesekali ia memasak tahu dan tempe untuk memenuhi kebutuhan protein keluarganya. Untuk konsumsi daging, kata Lawiyah, nyaris tak pernah.

Diketahui, pada Idul Adha 1444 H, Dompet Dhuafa berhasil mendistribusikan daging hewan kurban ke desanya. Lawiyah mengatakan bahwa warga di desa tersebut tidak pernah ada yang mampu berkurban. Itu menjadi momen pertama dan terakhir kali ia mengonsumsi daging kambing.

“Seringnya masak daun singkong. Kalau punya uang saya beli tahu tempe. Kalau mau makan daging ayam, saya harus menabung dulu. Saya pernah makan daging kambing itu pertama kali saat Dompet Dhuafa mengirim daging kurban sampai desa ini. Itu tahun lalu. Matur nuwun Dompet Dhuafa ingkang sampun bantu kulo seneng dapet daging kurban (Terima kasih Dompet Dhuafa sudah bantu, saya senang dapat daging kurban),” tutur Lawiyah dengan mata berkaca-kaca.

Meski makan daging hanya dapat dirasakan sesekali dalam hidup Lawiyah, ia tetap bersyukur karena dapat bertahan hidup setiap harinya.

Ning  S